Sembari melepaskan pelukannya, anggun menoleh ke arah pintu. Ia melihat mamanya yang entah sejak kapan berdiri di balik pintu kamarnya yang tersenyum sambil mengusap air matanya.
"mama! mama ngapain disitu? kenapa gak masuk?" tanya anggun sambil berjalan kearah mamanya.
"mama, cuma ingin mendengar obrolan kalian. Lagian mama gak mau ngerusak moment baik kamu." jawab mamanya
"mama ini ngomong apa sih? sini masuk!" Pinta anggun pada mamanya sambil menarik tangan mamanya untuk masuk.
"mah! kenalin ini dokter yang akan merawat anggun sampai nanti anggun melahirkan, namanya andin." kata anggun sambil menunjuk kearah andin.
Andin berjalan kearah anggun dan mamanya, dia mengulurkan tangannya pada ibu rossa. ibu rossa membalas uluran tangan andin dan andinpun dengan sigap mencium punggung tangan ibu rossa. Ibu rossa senang melihat sikap andin yang sopan. Sambil tersenyum pada andin ibu rossa menyentuh wajah andin dan berkata,
"Apa benar kamu calon menantuku?" tanya ibu rossa dengan seutas senyuman penuh harap.
Sontak andin terkejut dengan pertanyaan ibu rossa. Dia menoleh ke arah alex yang juga sedang terperangah mendengar pertanyaan mamanya.
"Mama ini apa-apaan sih? Pertanyaan macam apa itu?" Protes Alex pada mamanya dengan wajah merah karna malu.
"loh! Mama kan cuma tanya? apa salahnya mama bertanya?" sahut ibu rossa menjawab pertanyaan alex dengan pertanyaan juga.
"Mah! Andin itu cuma temen alex kok! ga lebih." Jawab alex dengan wajah sedikit sinis sambil melirik anggun yang dari tadi hanya senyum senyum melihat tingkah laku alex yang sedikit gugup. Ibu rossa hanya tersenyum mendengar jawaban alex seakan paham maksud hati putranya.
Andinpun hanya tertawa canggung mendengar obrolan keluarga itu. Sambil membenarkan posisi tas yang diletakan dibahunya Andinpun berpamitan hendak pulang.
"Maaf tante, mbk anggun dan mas alex. Kayanya saya harus pulang. Sudah malam, saya juga belum shalat maghrib." kata andin sambil tersenyum ramah.
"Loh! nak andin mau kemana ko buru-buru? tante kan belum ngobrol banyak sama nak andin." ibu rossa keberatan andin pulang cepat.
"Bagaimana jika nak andin makan malam disini? Nanti pulangnya biar diantar sama alex." imbuh ibu rossa sambil melirik alex.
"Bener juga kata mama ndin, lagian kamu sudah bersedia membantu kak anggun. Anggap saja ini ungkapan rasa terima kasih kami buat kamu." alex menyetujui saran mamanya.
"Ya udah kalo gitu kita shalat berjama'ah saja dulu, keburu isya'. Setelah itu kita lanjut makan malam." kata anggun antusias.
Andinpun tak dapat menolak. Kemudian mereka beranjak dari kamar anggun menuju musholla dirumah keluarga hartawiguna. Alex selaku pria satu-satunya dirumah itu mau tak mau harus menjadi imam shalat.
selesai shalat alex berbalik mencium tangan mamanya, kemudian anggun dan kemudian...
Deg.....
Deg.....
Deg....
jantung alex berdetak hebat kala Andin mencium punggung tanggannya dengan tersenyum penuh ketulusan. Alex duduk mematung sambil menatap tangannya sedangkan andin sibuk melepas mukenahnya dan berlalu keluar meninggalkan musholla bersama anggun. Andin tak menyadari sikap Alex yang tertegun tatkala ia mencium tangannya. Hanya ibunya yang menyadari sikap alex dan tersenyum seakan paham suasana hati putranya. Setelah Andin dan anggun keluar ibu rossa menepuk pundak putranya sambil tersenyum.
"Hanya mau menatap bekas tangannya saja? tidak ingin menggandeng tangannya langsung?" goda ibu rossa pada putranya.
"ma...mama a...pa-apaan sih? alex ga ngerti." jawab alex gugup sambil berlalu meninggalkan mamanya yang tersenyum melihat tingkah putranya. sedangkan wajah Alex saat ini sudah memerah sampai ujung telinganya karna menahan malu.
ibu rossa berdiri sambil tersenyum melihat punggung putranya yang meninggalkan dirinya seolah tak ingin ketahuan raut wajahnya sekarang. Sambil bernafas kasar ibunya tersenyum menggelengkan kepala.
#DIRUANG MAKAN
Suasana sepi menyelimuti meja makan, hanya terdengar suara dentingan piring dan sendok.
"Nak andin tinggal dimana sekarang?"tanya ibu rossa memecah keheningan.
"saya tinggal di apartement dekat Rumah sakit tempat saya bekerja tante."Jawab andin.
"tinggalnya sendiri atau sama orang tua?" tanya ibu rossa.
"sendiri aja tante, keluarga tinggalnya dikampung. Disini saya hanya sendiri." jawab andin dengan tersenyum pahit.
ibu rossa mengerti perasaan andin yang tak ingin membahas perihal keluarganya. Diapun mengalihkan topik pembicaraan.
"sudah lama kenal sama Alex?"tanya ibu rossa sambil melirik putranya.
"lumayan tante. Sekitar 3 tahunan." jawab andin singkat.
"jadi andin tahu kalo alex itu berstatus duda? apa andin ga masalah dengan status alex?" tanya ibu rossa menyelidik.
andin merasa terkejut mendengar pertanyaan ibu rossa, tapi dengan cepat menyembunyikan perasaannya.
"Gak masalah kok tante. Lagi pula dalam berteman ga boleh milih-milih apalagi sampe melihat statusnya. Masa hanya karna mas alex duda saya ga boleh temenan sama dia." jawab andin menjelaskan pada ibu rossa.
Ibu rossa terdiam. Ia memikirkan hubungan andin dan alex sebenarnya bagaimana? setelah selesai makan malam dan dilanjut ngobrol sedikit diruang tamu. Andin melirik jam tangannya sudah menunjukan pukul 20:00. Andinpun berpamitan hendak pulang ke apartementnya. ibu rossa menyuruh alex mengantarkan andin. Alexpun menyetujui permintaan ibunya, dan mereka berduapun melaju meninggalkan rumah alex dengan menggunakan mobil milik alex. suasanan dalam mobil tampak hening. Alex fokus menyetir, sedangkan andin sibuk menatap luar jendela entah apa yang sedang dia pikirkan.
" ndin" panggil alex membubarkan lamunan andin. Entah mengapa alex suka memanggil andin dengan nada seperti itu. sedikit medok kata orang jawa, padahal alex keturunan sunda dan tak mengerti bahasa jawa sedikitpun.
andin mengalihkan pandangannya pada alex.
"Hm? Ada apa mas? " tanya andin sambil menatap alex.
"soal pertanyaan mama tadi jangan diambil hati ya ndin? maklum namanya juga orang tua, suka kepo. he...." kata alex sambil tertawa menunjukan gigi putihnya.
"mas alex tenang aja. Aku gak papa kok." jawab andin sambil tersenyum dan kembali menatap keluar jendela.
alex menoleh kearah andin dan tersenyum mendengar jawaban andin. Hanya saja tatapan itu... Alex melihat tatapan mata andin dari pantulan kaca jendela mobilnya. tatapan mata andin dirasanya penuh dengan kesesihan, ada banyak beban didalamnya, ada banyak kesedihan dibalik tatapannya. Tapi entahlah.... Alex juga tidak tahu itu benar atau hanya perasaannya saja. Dia tak berani bertanya. mereka memang sudah lama kenal, sudah lama berteman, tapi baik alex maupun andin tidak pernah bercerita perihal masa lalu masing-masing. bukannya tak ingin tahu, hanya saja mereka tak pernah bertanya, lagipula andin dan alex kelihatannya tak ingin membahasnya.
alexpun melajukan mobilnya kearah apartement andin, menembus pekatnya malam dengan keheningan dan hanya terdengar suara deru mesin mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Ayuu
itu blom muhrim Thor . . knp salam2 sma lawan jenis . . 😂
2021-07-05
0
maulidia
sampai sini masih penasaran
2020-08-07
3
Dia Asmawati
next
2020-08-07
0