"Cassandara!" Teriakku berlari mengejarnya.
Dia menoleh dan langsung berhenti.
"Ada yang ingin ku katakan padamu!" Ucapku dengan napas tersengal.
"Woo, padahal baru saja aku ingin ke kelasmu!" Balasnya.
"Sini!" Aku membawanya ketempat sepi.
"Kau kenapa?" Tanyanya.
"Kau ingat dengan laki-laki yang aku ceritakan kemarin!"
"Ahh.." dia sumringah membayangkan yang tidak-tidak. "Kalian, jadian!"
"Tolong dengarkan aku dulu!"
Lalu aku menceritakan semua yang terjadi kepadanya. Tentang pria misterius itu, bus yang sama ku naiki setiap hari, tempat duduk yang selalu kosong meskipun penumpangnya padat, kejadian berulang tentang penyebrang jalan yang hampir tertabrak, dan juga tindakannya yang dahulu melindungiku seolah dia sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Hantu tidak bisa berinteraksi langsung secara fisik dengan manusia dan memprediksi masa depan!"
Itulah respon pertama Cassandra saat aku menjelaskan tentang pengalamanku selama ini.
"Hantu juga tidak bisa dengan mudah mengganggu manusia, terlebih mereka hanyalah mahluk rendah yang tercipta dari penyesalan diri semasa hidup!" Lanjutnya.
Aku menyimak.
"Tapi mendengar dari ceritamu, ada dua kemungkinan!" Dia mengacungkan 2 jarinya padaku. "Kemungkinan pertama, pria misterius di dalam bus itu, merupakan hantu kuat dengan energi berlimpah yang punya urusan yang belum selesai denganmu. Bisa saja semasa hidup dia punya penyesalan yang tak bisa dia tebus sehingga dia kembali dan mengusikmu."
"Ahh!" Aku terkesiap, "aku baru menjalani hidup selama 14 tahun, bagaimana bisa aku berurusan dengan orang dewasa, pastinya bukan itu penyebabnya!"
"Entahlah, siapa tahu secara tak sengaja kau pernah melakukan hal buruk padanya sebelum dia mati!"
"Aku hidup dengan baik, memangnya hal buruk apa yang bisa ku lakukan!"
"Cih.!" Dia memalingkan wajahnya sambil mengejek.
"Lalu bagaimana dengan kemungkinan kedua?" Tanyaku.
"Kemungkinan kedua," lanjutnya. "Yah, meskipun kau sukar percaya dengan apa yang ku katakan. Tapi, bisa jadi pria itu adalah mahluk terkutuk yang di ceritakan turun temurun oleh keluargaku."
"Mahluk terkutuk?" Aku tercekat. "Apa maksudmu?"
"Yah, meskipun aku tak pernah melihat mereka dan tak pernah sekalipun berhadapan secara langsung, tapi aura yang tersisa di dalam tubuhmu waktu itu sama dengan yang di bawa oleh saudaraku!" Jawabnya.
Aku masih bingung.
"Saudaraku pernah berhadapan secara langsung dengan mereka, dan aura menjijikan yang tersisa di tubuhmu waktu itu sama persis seperti yang ada di tubuh saudaraku!" Jelasnya.
"Jadi yang kau maksud waktu itu adalah.."
"Mereka terlihat seperti manusia normal padahal tidak, bertindak dan bertingkah layaknya manusia, melakukan hal normal dan pandai berbaur." Gumamnya mengabaikanku.
Raut wajahnya seketika berubah.
"Mereka hidup tapi sebenarnya mati, mereka hidup hanya untuk menipu diri mereka sendiri." Lanjutnya.
"Apa maksudmu?" Tanyaku.
"Aku tak bisa mengatakan detilnya padamu karena hal ini bersifat rahasia dan hanya boleh di ketahui oleh orang pilihan saja, tapi.." dia menatapku. " kejadian yang kau alami selama ini lebih dari cukup untuk mengatakan kalau kau lebih dari sekedar orang pilihan!"
Tanpa sengaja kaki ku melangkah mundur dengan wajah tercekat. Aneh, rasanya aku ingin kabur.
"Dari dua kemungkinan ini, aku tak bisa memastikan keduanya jika tak mengalaminya secara langsung. Karena bisa saja tidak keduanya, atau..." dia memicingkan matanya. "Malah sesuatu yang lain, yang di luar dugaan!"
"Jadi..." aku menaut dagu, "apa yang harus kita lakukan?"
Cassandra menatap ku.
"Yah, sepertinya aku harus memastikannya sendiri jika ingin tahu apa yang terjadi padamu!" Ucapnya menyeringai.
"Maksudmu?"
"Baiklah, sudah ku putuskan. Malam ini, aku akan menginap di rumah Hanah!" Dia senang tak alang kepalang.
"Apa?" Aku kaget.
Dia memunggungiku sambil merogoh ponsel.
"Ahh..apa maksudmu. Hei, sejak kapan aku mengajakmu menginap di rumahku!"
Dia mengacuhkanku.
"Hei, sejak kapan aku.."
"Hallo. Ibu, maaf aku menelpon saat sibuk. Tapi hari ini aku ada janji menginap di rumah temanku..."
"Hei, aku kan tidak..."
Dia tidak memperdulikanku.
Cassandra bukan sekedar ingin membantuku. Melainkan melihat ku sebagai kesempatan.
***********
"Hooammhh..."
Plaakk...
Aku menutupi wajahnya dengan buku agar debu jalanan tak masuk ke dalam mulutnya.
"Ahh..terimakasih. rasanya aku masih butuh tidur!"
"Saking semangatnya, kau sampai begadang dan merepotkan ayahku!" Balasku.
Cassandra si pembuat onar, akhirnya dia jadi menginap dan membuat masalah yang selalu merepotkanku.
Bukan sekali dua kali Cassandra membuat masalah saat menginap, dan kali ini dia membuat ayahku kewalahan karena harus terpaksa begadang menemani kami berdua menonton pertandingan ulang pacu kuda yang bahkan Cassandra sendiri tidak mengerti.
Bukan ayahku namanya kalau tidak bisa mengatakan tidak untuk sesuatu yang berhubungan baik di sekitarnya. Bahkan sebelum ini, aku pernah melihatnya yang terus meladeni kakek tua tetangga yang terganggu akal sehatnya, setiap hari sampai kakek itu wafat.
"Tak ada salahnya mendengarkan cerita mereka, karena hidup manusia itu singkat, dan kenangan mereka berharga!"
Begitulah yang dia katakan padaku di hari terakhir kakek itu menjalani hidup.
Cassandra terobsesi dengan wajah ayahku yang bagaikan ilusi. Umur hanyalah angka, bagi sebagian orang berpendapat jika ayahku terlihat tak pernah menua meskipun sudah hampir menginjak kepala 4. Bukan hanya Cassandra saja, tapi di lingkunganku dia cukup populer berkat wajahnya.
Meskipun terkadang aku lelah karena hal itu.
"Jadi kapan kau akan mengajakku menginap lagi!"
Aku tak perduli dan membuang muka.
"Hei!" Dia memegang lenganku lalu mencondongkan tubuhnya, "apa ayahmu sedang mencari seorang istri!"
"Yang penting bukan kau!" Balasku sinis.
"Aku belum bicara apa-apa tapi kau langsung menunjukku menjadi kandidat!"
"Hah, rasanya kupingku sakit!"
"Sepertinya kau sangat merestui hubungan kami." Balasnya.
Aku kehabisan kata-kata meladeninya.
"Hanah, kau tak akan menyesal menjadikan aku sebagai ibu tirimu. Bayangkan saja jika itu terjadi. Dan kita akan menghabiskan waktu bersama sepanjang hidup kita. Bayangkan itu, apa kau benar-benar tak tertarik!"
Aku menatap nya dengan ekspresi jijik dan dia membalasku dengan tatapan penuh harapan.
"Bus nya datang!" Aku mengacuhkannya.
"Hei, Hanah. Aku sedang tidak mengada-ngada, bayangkan saja semua yang ku katakan barusan, apa kau benar-benar tak berpikir kalau ini, takdir..."
Cassandra mendadak diam di saat bus itu berhenti tepat di hadapannya. Pandanganya tak tentu arah seperti melihat sesuatu. Tubuhnya gemetar, dia gelisah.
Karena sudah terlambat dan tak punya waktu untuk menanyakannya, jadi aku menarik paksa tubuhnya agar segera beranjak.
Tak seperti biasanya, bus yang kami naiki hari ini berbeda dengan yang biasa. Hari ini kosong tanpa ada penumpang lain, selain pria misterius berbaju hitam yang dengan khitmat membaca buku usang tua nya.
Cassandra tambah menjadi, dia yang tadi begitu bersemangat sekarang terlihat gelisah setengah mati. Keringat dingin mengucuri tubuhnya, wajahnya pucat pasi, gelagatnya aneh bahkan engga beranjak dari hadapan pintu bus.
"Cassandra!" Panggilku.
Tapi dia tak mengidahkan ku dan malah mematung tanpa bicara.
"Hei. Kau kenapa, apa yang terjadi?" Bisikku.
"Hanah!" Panggilnya memegangi erat lengaku dengan nada bergetar.
Lalu tanpa mengatakan apa pun, dia langsung beranjak dari hadapanku dan melesat pergi ke bangku paling belakang. Sendirian, di pojok, dan enggan menatap lurus ke depan.
"Cassandra, apa yang.."
Tiba-tiba tubuhku bergerak sendiri tanpa di perintah. Saat sadar, aku sudah duduk di samping pria misterius itu.
Tepat setelah nya, bus berhenti secara mendadak.
"Maaf semuanya, apa kalian baik-baik saja!" Pengemudi bus menenangkan para penumpangnya yang hanya ada kami bertiga.
Kali ini aku tak kaget saat lengannya sudah menjulur melindungiku. Dan kali ini pun aku tak lagi heran saat dia langsung mengabaikan ku seperti tak ada yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Waktu itu gua komen apa ya di mari 🤔
Tapi perasaan gak ada yang berubah. Ngapain lu hapus bab lama, padahal komentar sama like-nya udah bejibun
2023-10-23
0