"Hanah!"
"Sial, kau mengagetkanku!" Runtukku.
"Astaga. Kau ini kenapa, padahal dari tadi aku memanggilmu!"
"Kau memanggilku?" Tanyaku.
Dia mengangguk.
"Maaf, aku tidak dengar!"
"Kau sedang memikirkan apa?" Tanyanya.
Aku mengacuhkannya.
"Dasar buper?" Gumamnya.
"Hah. Apa katamu?"
"Memangnya aku bilang apa?" Dia berdalih.
Dia menatapku dengan maksud jahil.
"Siapa laki-laki beruntung yang sedang kau pikirkan?" Dia tambah menjadi.
"Apa sih!"
"Hei, kau meragukan kemampuan ku dalam menganalisa perasaan seseorang!" Dia bawel sekali. "Cepat katakan padaku. Siapa dia!"
"Rasanya lebih rumit dari yang kau pikirkan!" Jawabku.
"Nah, benar. Benarkan!" Ucapnya setengah memekik dan membuat seisi kelas memperhatikannya. "Apa ku bilang. Aku memang lihai menebak isi hati orang!"
Sial. Dia benar-benar tidak waras.
"Jangan meremehkan perasaanmu sendiri Hanah!" Ujarnya, "kau tidak tahu betapa hebatnya perasaan kasmaran itu!"
"Heh, Anak SMP bicara kasmaran!"
"Mengaku saja, sikapmu itu terlalu kentara sampai tak bisa di tutupi!" Dia bersikeras.
"Hei, apa aku benar-benar terlihat seperti orang kasmaran!" Ucapku sambil menunjukan urat-urat mataku yang memerah karena frustasi.
"Kau terlihat berbunga-bunga!" Jawabnya.
Ternyata wanita ini lebih sinting dari yang ku duga.
"Aku menjumpai seseorang selama 2 hari berturut-turut di dalam bus!"
"Benarkah!" Dia antusias. "Bagaimana rupanya, apakah tampan. Dia berasal dari sekolah mana?"
"Dia, orang dewasa!" Jawabku sedikit tercekat.
"Hanah!" Dia menutup mulutnya sendiri seolah tak percaya. "Tidak ku sangka ternyata diam-diam kau menyukai pria dewasa ketimbang lelaki seumuran!"
"Diam!"
Buru-buru aku menjegal mulutnya karena di perhatikan seisi kelas. "Dasar mesum!"
"Hei, cinta itu tak mengenal batas usia, ada yang menikah walau usia mereka terpaut 50 tahun!" Dia pandai berdalih.
"Kau gila ya!"
"Bahkan ada pemuda yang menikahi wanita yang berusia di atas 70 tahun!"
"Aku yakin pemuda itu ingin mengincar harta wanita itu!" Aku menarik kesimpulan.
"Bagaimana kalau cinta mereka berdua tulus, kita tak boleh menstigma orang sembarangan!"
Astaga, aku kehilangan kata-kata.
"Oh hei. Apa ini?" Ucapnya tiba-tiba memasang wajah penasaran.
"Kenapa?" Tanyaku.
Dia tak langsung menjawab, namun memperhatikan sekitarku seolah sedang tertarik pada sesuatu.
"Apakah kau terlibat sesuatu akhir-akhir ini?" Bicaranya langsung berubah serius.
"Terlibat, maksudmu?"
"Entahlah, tapi.." dia menjulurkan tangannya di dekat kepalaku, namun di tengah-tengah tangannya terhenti seperti sedang meraih sesuatu. "Di tubuhmu, ada sisa energi dari mahluk terkutuk!"
"Cassandra!" Panggilku panik.
Tapi dia tak menggubris dan tertuju pada sesuatu yang tak tampak.
"Aku sama sekali tak mengerti apa yang sedang kau bicarakan?"
"Jangan bergerak.." potongnya.
Bel tiba-tiba berbunyi.
Dia tersentak sambil menatap bingung ke arahku. Tanpa menjelaskannya terlebih dahulu, dia terpaksa beranjak dari hadapanku dan kembali ke kelasnya. Terlihat jelas jika tatapannya pada saat itu terlihat gelisah dan khawatir. Mungkin memang terjadi sesuatu, karena gadis itu adalah orang yang berbeda dari kebanyakan orang.
Cassandra Loren. dia di cap sebagai orang aneh. Karena aneh, maka tak ada orang yang ingin berteman dengannya selain aku.
Keluarganya terkenal akan teknik pengusiran hantu yang paling berpengaruh, dan keahlian keluarganya itu di turunkan dari generasi ke generasi. Itulah alasan orang-orang menjadi enggan mendekatinya, Dia bisa melihat keberadaan mahluk halus bahkan mampu berkomunikasi langsung dengan mereka.
Ada satu kejadian yang membuatnya amat di kenal di sekolah ini, yaitu keberaniannya yang menangani kasus poltergeist (fenomena suatu benda yang bisa bergerak dan melayang di udara), yang menghebohkan sekolah sampai membuat media meliput situasi itu.
Dia mahir mengusir roh jahat dan mendapatkan pengakuan dari semua orang terutama di kalangan paranormal.
Namun bagiku, Cassandra hanyalah gadis biasa. Meskipun aneh, dia tak pernah meremehkan pertemanan, sekalipun orang-orang berpikiran buruk tentangnya.
************
"Sial. Aku terlambat!"
Aku mengejar bus yang sudah meninggalkanku hingga jauh. Namun beruntungnya, pengemudi bus menyadari hal itu dan langsung berhenti.
"Terimakasih pak!" Ucapku sambil membungkuk.
Aku berhenti di tengah jalan saat lagi-lagi mendapati pemandangan yang sama. Seluruh bangku telah terisi penuh kecuali tempat kosong yang berada di sebelah lelaki yang aku temui kemarin.
Ini bukan lagi sebuah kebetulan melainkan memang ada yang tak beres, tapi tak ada yang bisa ku lakukan selain berpura-pura tak ada yang terjadi.
Aku melihat sekeliling dan memperhatikan dengan seksama penumpang bus ini. Tak ada yang aneh mau pun mencurigakan, semuanya terlihat normal.
Setelah lama mengalami dilema yang berkepanjangan. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk disebelah pria itu meskipun dengan pikiran-pikiran parno yang bergelayutan seperti monyet di kandang binatang. Namun barang sekalipun dia tak menggubris kekalutanku, dan bersikap acuh seolah tak ada yang terjadi.
Bus berhenti, dan naiklah seorang laki-laki paruh baya yang berhenti di sebelahku, dia menatapku dengan sinis. Sesekali memberikan aba-aba seperti menungguku bergeser, tapi tak ku idahkan karena semua bangku telah penuh.
"Hei nak. Kau ada masalah apa, kenapa kursi di dekat jendela kau biarkan kosong!" Ujarnya dengan nada kesal.
Aku balik menatapnya, dan memberikan isyarat jika seluruh bangku telah terisi penuh.
Tapi dia tak terima dan terus mengusikku.
"Tempat ini sangat penuh. Kenapa kau duduk di sini sedangkan kursi didekat jendela itu kosong, apa kau sengaja melakukannya agar tak ada orang yang duduk di sebelahmu." Dia marah.
Aku menatapnya dengan bingung, bagaimana bisa dia tak melihat seorang pria dewasa yang sedang membaca buku di sebelahku.
Orang-orang di sekitar bus mulai berbisik ke sesamanya karena kami membuat keributan.
"Tapi saya sedang bersama seseorang, tidakkah bapak melihatnya?" Jawabku dengan sedikit menaikkan nada.
"Mana?" Tanyanya.
"Disini, bapak tidak melihat ada orang di sini!" Jawabku sambil sesekali menatap pria di sebelahku agar dia tahu kalau aku sedang membelanya.
"Nona. Apa kau sudah gila!"
"Apa!"
"Meskipun kau tak ingin ada orang yang duduk di dekatmu tapi lihatlah kondisi sekarang, memangnya bus ini milikmu. Siapa yang mengajarkanmu bersikap tidak sopan, kau sama sekali tidak bermoral!" Dia memakiku.
Belum sempat aku memberikan pembelaan, pria itu menarik tanganku dan menyuruhku berdiri.
Dia menyerobot masuk ke dalam dan duduk di samping jendela.
Aku terdiam dalam logika yang tak bisa ku bantah. Mereka berdua duduk di satu kursi namun menembus satu sama lain seperti bayangan.
"Apa ini?" Aku gemetar setengah mati, rasanya tubuhku melayang.
"Kau kenapa, sudah tidak mau duduk!" Ujar pria tadi dengan melotot.
"Ahh.. maaf!" Balasku melunak dan duduk di samping mereka berdua.
"Apa yang harus ku lakukan. Kenapa mereka berdua bisa saling menembus satu sama lain!" pikirku tanpa pernah mengalihkan tatapan dari fenomena aneh ini.
Pria tadi menjadi risih, dan balik menatapku.
"Apa kau ingin mengatakan sesuatu lagi?" Tanyanya.
Aku menggeleng.
"Lalu kenapa kau memandangiku begitu?" Dia kesal setengah mati.
"Tidak, tidak apa- apa!" Jawabku.
"Dasar aneh, sangat tidak sopan!" Gerutu nya sambil menatap ke luar jendela.
Ckiiit...
Tiba-tiba bus berhenti secara mendadak, sehingga semua pengunjung ikut tersentak ke depan dengan kejutan yang kuat.
"Maaf semuanya, apa kalian baik-baik saja?" Tanya pengemudi bus menenangkan penumpangnya.
Aku langsung menatap lengan yang menjulur di hadapanku, dan lagi-lagi seperti mengetahui hal ini akan terjadi dia sudah bertindak duluan untuk melindungiku.
Kejadian yang sama terjadi selama 3 hari berturut-turut. Dan hari ini akhirnya aku sadar kalau dia bukan manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Gerhana
Kesukaan Jibril Ibrahim nih cerita-cerita model begini
2021-02-07
0
ciciinne
gilaaa kereeeenn
2021-01-22
0
Seul Ye
Novel fantasi pertama yg masuk fav. Kayanya gue lebih milih baca ini deh kak daripada skripsian 🤣
2021-01-06
0