Tok tok tok...
"Hanah bangun, waktunya sarapan!"
Tapi aku tak menggubris dan menutup mataku dengan lengan.
"Hanah. Nanti kau terlambat!"
"Iya!" Jawabku.
Suaranya hilang, dan langkah kakinya terdengar menjauh dari kamarku.
"Selamat pagi!" Sapaku dengan malas.
"Kau kenapa. Apa tidurmu nyenyak?"
Aku tak menjawab dan melahap roti selai yang dia hidangkan.
Dia menyerah akan reaksi ku, dan menuangkan susu ke dalam gelas.
Aku hidup bersama pria yang ku sebut sebagai ayah, dia adalah lelaki paruh baya berumur 38 tahun yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengurusi keperluanku, dan berkerja membanting tulang di waktu yang bersamaan.
Kami tak punya hubungan sedarah, dia sengaja mengadopsiku sebagai anaknya pada belasan tahun lalu. Meskipun awalnya pihak dinas sosial terkait mempermasalahkan perannya yang merupakan pria lajang, tapi entah kenapa besoknya mereka langsung setuju dan menyerahkan ku kepada nya.
Ayah bukan pria sehat seperti kebanyakan pria seusianya, dia punya riwayat asma yang menahun, hal itu semangkin terasa menyengsarakan saat di tengah malam dia selalu terbangun karena sesak yang parah. Kadang serangan itu datang saat dia lembur seharian, atau di saat cuaca dingin karena terlalu lembab.
Tapi barang sekalipun aku tak pernah melihatnya mengeluh tentang kondisinya.
Aku tak bisa membayangkan jika tak ada dia di dalam hidupku. Pria lembut yang bahkan tak sanggup membunuh serangga.
"Kau kelihatan kurang sehat?" Dia menyadari gerak-gerikku.
"Aku hanya sedikit tak enak badan!"
"Tak enak badan!" Dia berdecak, "apa karena semalam kau menghabiskan persedian ice cream kita selama 2 minggu sambil menonton pertandingan pacu kuda!"
Sontak aku terkesiap dan menatapnya yang berdelik muram sambil menyilangkan tangan.
"Ah..." aku menggaruk tengkuk.
Karena kejadian itu, aku menjadi seperti bukan diriku dan tak berhenti memikirkan hal itu seperti orang gila. Aku tak bisa beraktifitas dengan normal dan kesusahan melakukan tugas mudah, serta sulit mengingat pelajaran.
Pelampiasanku satu-satunya adalah ice cream dan pertandingan ulang pacu kuda. Dan ayah mengerti jika aku sedang bermasalah.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya peka.
Aku berusaha menyembunyikan wajahku dengan tidak menjawab.
"Ahh..." dia mendesis curiga, "sepertinya benar memang terjadi sesuatu rupanya!" Ucapnya sambil menyurup kopi dengan mata menyorot kearah ku.
"Apa yang kau bicarakan. Memangnya aku kenapa!" Aku gugup.
"Hmmmhh..!" Dia menatap sinis sambil mengunyah roti.
"Bagaimana hasil kunjungan ayah ke dokter?" Aku mengalihkan pembicaraan.
Dia tak langsung menjawab tapi meneruskan memakan sarapannya.
"Kau tidak usah khawatirkan keadaanku." Balasnya, "selama kau giat belajar dan menjadi anak baik, ayah akan selalu baik-baik saja!!"
"Bukannya akhir-akhir ini obat yang kau minum lebih banyak dari biasanya!"
Dia tak menjawab.
"Ayah!" Panggilku, "berhentilah melakukan pekerjaan berat. Bukannya kita masih bisa bertahan meskipun kau tidak lembur."
Tak...
Dia meletakkan cangkir di atas meja dan berdiri.
"Sudah ku bilang jangan khawatirkan keadaanku. Ayah tak kan mati meskipun lembur selama 100 tahun!"
Aku mengedutkan dahi. "Mudah saja kau bicara!"
"Sudahlah habiskan saja sarapan mu, sebentar lagi ayah terlambat!" Ucapnya buru-buru memasang jaket lusuh berwarna biru bekas alumni sekolahnya, lalu keluar melewatiku sambil mengusap kepalaku.
"Jangan lupa untuk memakan bekal mu. Ayah sudah menaruh salad dada ayam seperti yang kau bicarakan kemarin!"
Braaakkk..
Dia keluar dari rumah ini dengan menyisakan aroma kamper dari jaketnya.
"Hah.." aku menghela napas, "kadang aku merasa dia bisa membaca pikiranku!"
Aku menatap kotak bekal dengan salad dada ayam tanpa tambahan saus salad seperti yang barusan ku pikirkan.
*********
Bus yang ku tunggu akhirnya tiba. Dan seperti yang sudah-sudah semuanya telah terisi penuh dengan penumpang.
Tapi ternyata terdapat satu tempat duduk kosong di baris kedua, tapi entah secara kebetulan atau memang takdir, kursi kosong itu berada di sebelah lelaki kemarin yang duduk di sebelahku.
Ini memang tak masuk akal, kalau bukan, mana mungkin selama 2 hari berturut-turut aku duduk bersebelahan dengannya. Di tambah lagi kenapa tak ada penumpang lain yang ingin duduk di sebelahnya.
Dia terlihat tak tertarik dengan keadaan sekitar dan fokus tertuju pada buku hitam usang miliknya.
Ckkittt..
Tiba-tiba pengemudi menghentikan busnya secara mendadak, sehingga seluruh penumpang bus tersentak kedepan dengan kejutan yang kuat. Lalu terlihat seseorang yang menyebrang jalan sembarangan hampir tertabrak.
"Maaf semuanya, apa kalian baik-baik saja!" Ujar pengemudi bus. Yang kemudian di sambut oleh suara riuh rendah para penumpang yang shock.
Tanpa sadar, lagi-lagi aku kembali memegangi lengan nya, sebelum kejadiannya berlangsung dia sudah dulu menyodorkan lengannya ke arahku. Seakan-akan dia sudah tahu kalau hal ini akan terjadi.
Aku menatapnya dalam diam tanpa mampu mengatakan sepatah katapun. Dan dia hanya membalasku dengan tatapan mata yang tajam, tanpa ekspresi.
Kejadian seperti ini terasa begitu familiar, bukankah hal ini sama persis dengan kejadian kemarin. Tapi mungkin hanya kebetulan, lagi pula memang banyak orang sibuk yang terburu-buru hingga menyebrang dengan sembarangan.
Tak lama berselang, datanglah penumpang lain yang masuk kedalam bus, dan secara tak sengaja dia tersandung terjatuh ke arahku.
"Anda baik-baik saja!" Tanyaku membantu wanita itu untuk menjaga keseimbangannya.
Dia tak menjawab, matanya tertuju pada pria yang ada di sebelahku.
Anehnya wajah wanita ini pucat pasi seperti mayat, tubuhnya dingin sedingin es, matanya keabuan seperti mata bangkai ikan, dan juga bau tubuh wanita ini aneh seperti bau campuran belerang dan juga rambut yng di bakar.
Saat kami berdua bertemu pandang, dengan sigap wanita itu langsung melepaskan tanganku dari tubuhnya dan buru-buru pergi ke arah belakang dengan napas terengah-engah.
"Aneh, dia kenapa?"
Beberapa detik kemudian, tiba-tiba entah kenapa, tubuhku terasa janggal.
Ada hawa dingin yang menusuk masuk dari pangkal kaki hingga ke ubun-ubun. Otakku benar-benar tak bisa di pakai berpikir karena perasaan panik dan gelisah.
Dalam sekejab tubuhku terasa mati rasa sampai tak bisa di gerakkan, membatu seolah membeku, kemudian di iringin oleh warna kulit yang membiru seperti manusia yang mengalami frostbite.
Dengan keadaan panik, aku berusaha meminta pertolongan dengan siapapun yang ada di dalam bus namun anehnya suara ku tak kunjung keluar. Sekuat apapun aku berteriak, tak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutku.
"Benar, ini ilusi. Aku hanya sedang terjebak di dalam fantasi ku saja."
Tapi sial nya, hal ini pun terus berlanjut, seakan-akan mulai mengambil kesadaran ku secarah penuh.
Tap...
Sebelum aku berpikir untuk mati, lelaki di sebelahku tiba-tiba mencengkram kedua lenganku dengan erat, menatapku dengan ekspersi marah.
Tatapannya mengerikan, seolah dia sedang mengutukku karena telah melakukan tindakan paling buruk. Sorot mata nya lebih tajam dan dalam ketimbang monster yang berasal dari dunia tergelap sekalipun.
Sesuatu yang berasal dari dalam diriku seketika tunduk dan merasa kecil di hadapannya. Sesuatu yang tak bisa ku jelaskan telah mengakui kengerian ini.
Sesaat kemudian, cengkramannya kini berubah menjadi semangkin kuat, dan sesuatu yang di luar nalar kembali menghampiriku.
Dunia berhenti berputar, pergerakan orang-orang di sekitarku terhenti.
Dalam tarikan napasku yang terakhir, aku melihat segaris api jingga menari-nari pelan di pelupuk mataku.
Indah.
Sangat indah, bahkan sukar di lukiskan dengan kata-kata.
Surai-surai yang mengikuti bentuk apinya berwarna jingga lembut seperti lukisan dalam kanvas, dalam setiap tarian syahdunya memberikan ketenangan.
Hangat.
Aku merasakan sesuatu yang hangat berasal dari dalam dadaku, perasaan yang benar-benar pertama kali ku rasakan seumur hidupku.
Sraakkk...
Tiba-tiba dunia kembali normal dalam hitungan detik. Dan kini tubuhku terpulihkan sepenuhnya.
Tak ada lagi rasa sakit seperti sebelumnya, dan warna tubuhku juga kembali seperti semula.
Berlahan dia melonggarkan cengkeramannya pada lenganku, tatapannya yang semula penuh dengan amarah kini berubah menjadi tatapan tanpa ekspresi.
Aku sadar sepenuhnya jika dia telah menyelamatkan nyawaku.
Tapi setelah melihat ekspresi kosong tanpa emosi itu, aku memutuskan untuk mengurungkan niatku untuk mengetahui nya lebih lanjut.
Saat aku berpikir kalau kegilaan ini sudah berakhir. Pandanganku teralihkan kepada setumpuk pakaian lusuh yang terbakar.
Sampai akhirnya aku sadar. Jika, telah terjadi sesuatu kepada wanita yang tadi menghampiriku.
Dia lenyap dengan tubuh terbakar yang kemudian hanya menyisakan abu dan pakaiannya. Dan anehnya tak ada yang menyadari akan hal itu
Sesuatu terjadi padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт
Itu tangannya, kek tangan Mang Samuji tukang tape nyang suka lewat depan rumah aku, sih?🤔
Wuaahhh... Mang ... kamu hebat yaaa... Tanganmu dipake visual sama si Alisyah.👏
Btw, dikasi royalti gak tu Mang Samuji???Wkwk..
Lanjuuutttt....
2020-12-23
1
Akbar Saputra
genrenya cocok ke gua. Ceritanya jg mudah dibayangin. sebetulnya emg lbh suka genre fantasi drpd romance. good job thor👍🏻
2020-12-20
1
Miss GH
mulai baca aku hadir like yg tertinggal. rate vote biar author semakin semangat up.
2020-12-14
1