Fera kembali ke kelas dengan wajah yang terlihat sedikit basah, karna tadi Fera ke toilet untuk membasuh wajah nya yang sempat basah oleh air mata nya. Fera tidak ingin teman sekelas nya tau kalau dia baru saja menangis.
"Kau habis nangis bukan? " tanya Tisa saat Fera baru saja duduk di samping nya, " Vano marah? " tanya nya, ada raut wajah yang merasa bersalah pada Tisa.
Fera menggeleng, tanpa menjawab sepatah katapun.
"Maaf, " ucap Tisa dengan pelan, dia benar-benar merasa bersalah pada sahabat nya ini, karna dirinya yang terlalu kepo dan tidak sabar karna sebuah kertas membuat Fera harus bertengkar dengan Vano.
Fera menghembuskan nafas nya dengan panjang, "Tidak perlu meminta maaf, aku yang salah, karna tidak langsung membuang kertas itu ke tempat sampah, " jawab nya dengan tersenyum getir.
Tisa hanya bisa mengusap lembut lengan Fera, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi karna memang dia yang salah.
Tak lama Vano datang ke kelas, mata nya tertuju pada Fera yang saat ini sedang menunduk dengan wajah yang tak bisa di artikan.
Mungkinkah Vano merasa bersalah?
Atau bahkan dia tidak perduli dengan Fera walau Fera sudah mengecap nya dengan sebutan jahat?
"Dari mana? " tanya Exel saat Vano sudah duduk di sebelah nya.
"Toilet."
"Habis kau apakan si Fera? " tanya Exel, membuat Vano mengerutkan dahi nya.
"Kenapa kau tanya seperti itu?"
"Aku yakin kau sudah memarhi Fera kan, Vano? hanya gara-gara lukisan wajah mu, " jelas Exel ada guratan kekesalan di wajah nya.
Mendengar itu, Vano menghela nafas panjang, "Kau pasti sudah tau jawaban nya, tanpa harus aku yang jelaskan, " Vano kembali menatap lurus ke depan, untuk fokus kembali belajar mata kuliah nya.
"Kalau jadi laki-laki jangan terlalu kasar terhadap wanita, Vano, nanti kau kena batu nya. "
"Maksud nya?" Vano langsung menoleh ke hadapan wajah Exel.
"Semua bisa saja berbanding terbalik terjadi padamu. "
"Kau ngomong apa? jangan berbelit-belit, " Vano sudah mulai sedikit kesal, pasal nya sejak tadi Dosen melirik mereka.
"Haissshh sudahlah percuma ngomong sama yang tidak peka dan tidak punya perasaan. "
"Kanapa kau malah yang baper? " Vano menyunggingkan senyum nya.
"Siapa yang baper? " wajah Exel kembali di hadapkan ke depan, dia berdehem.
"Siapa lagi? " Aku tahu kau menyukai Fera. "
"Jangan sembarangan ka_"
"Ehem, " Bu Dosen tiba-tiba berdehem cukup kencang, membuat Vano dan Exel langsung terdiam. Mereka hadapkan kembali wajah nya ke depan.
"Semua nya fokus ke depan, karna bahan ini untuk UTS nanti, " ucap Dosen sembari melirik Vano dan juga Exel.
Semua mahasiswa mengangguk, dan mereka kembali fokus pada dosen. Termasuk Vano dan Exel.
"Setelah saya melihat hasil karya design kalian, ada dua hasil karya yang cukup menarik perhatian saya, " ucap Dosen itu dengan tersenyum, dia melihat dua kertas yang sudah di pilih dari beberapa kertas mahasiswa yang lain nya, "Hasil design nya bagus, elegant dan juga terlihat mewah, dan saya akan memberikan nilai yang bagus untuk hasil karya ini. Dan dua orang itu adalah, " Dosen itu menjeda ucapan nya.
Semua mahasiswa cukup penasaran dengan apa yang di katakan Dosen itu.
Siapa dua orang itu?
Mereka sangat beruntung karna bisa mendapatkan nilai yang bagus dari dosen yang memang cukup pelit dan teliti terhadap penilaian.
"Dua orang itu adalah Vano dan Fera, " Dosen itu tersenyum melihat ke arah Vano dan juga Fera.
Semua bertepuk tangan, mereka geleng-geleng kepala merasa kagum, saat Dosen menunjukan hasil karya mereka berdua ke hadapan semua mahasiswa nya.
Hasil Karya Vano dan juga Fera memang sangat bagus dan elegant.
"Cieee Vano dan Fera. "
"Uhuyy jodoh nih. "
"Cinlok nih Cinlok. "
Semua nampak riuh ramai, apalagi saat ini mereka tau, kalau Fera seperti nya menyukai Vano karna Fera sempat melukis wajah Vano.
Vano hanya menghela nafas nya dengan kasar, ada rasa senang bercampur kesal dengan kejadian hari ini.
Sementara Fera dia tersenyum, dia senang karna bisa mendapatkan nilai yang bagus dari dosen nya. Tapi senyum Fera meluntur saat dia melihat Vano sedang dalam wajah terlihat kesal.
"Apa Vano malu karna hasil design nya bagus di umumkan bareng dengan aku? " gumam Fera dalam hati.
"Sekarang saya mau bertanya pada Fera, " Dosen itu bangun dari tempat duduk nya, dia mendekat ke arah Fera.
"Fera, apa tujuan mu men design rumah mewah sebagus ini? "
Fera terdiam, mata nya melirik sedikit ke arah Vano, dia tersenyum kala mengingat tujuan utama men design rumah yang dia inginkan.
"Eumm tujuan aku men design rumah, karna memang rumah yang aku design adalah rumah impian ku, " Fera tersenyum membuat Dosen itu manggut-manggut di barengi dengan senyuman nya.
"Rumah impian? rumah impian bersama siapa? kedua orang tua atau siapa? " tanya Dosen itu karna tertarik dengan jawaban Fera.
"Rumah impian itu aku design untuk bersama orang yang sangat aku cintai, tentu nya untuk suami ku suatu saat nanti, " Fera senyum-senyum, lagi dan lagi mata nya melirik Vano.
"Aku berharap aku bisa tinggal di rumah impian ku bersama kamu, Vano, " Gumam Fera dalam hati, sungguh Fera benar-benar menginginkan hal itu terjadi.
"Waah suami mu pasti nanti akan sangat nyaman tinggal di rumah yang telah kau design Fera, " ujar Dosen itu.
"Hehe trima kasih, Bu, " senyum mengambang muncul di bibir nya.
"Dan untuk Vano, kenapa kau juga mendesign hotel mewah? " Sekarang Bu Dosen mendekat ke arah Vano.
"Jawaban nya mungkin sama dengan dia, " Vano menoleh ke arah Fera.
"Cieeee, " semua menyahuti meledek Vano dn Fera membuat Fera cukup terkejut dengan jawaban Vano.
"Sama dengan ku? apa maksud nya?"
Apa itu artinya dia mendesign hotel untuk bulan madu bersama istri nya?
Apa istri nya nanti itu aku? "
Fera senyum-senyum sendiri di hati nya, dia membayangkan saat dirinya bulan madu bersama Vano nanti.
Pikiran Fera benar-benar berkelana sangat jauh, dia menghayal apa yang di inginkan nya.
"Apa itu artinya hotel yang kau design adalah hotel impian mu juga? " tanya Dosen.
"Iya, hotel yang saya design adalah hotel impian saya, saya berharap suatu saat nanti bisa melakukan pernikahan nanti di hotel yang sudah saya Design bersama istri yang sangat saya cintai, " Vano tersenyum.
"Cieeee, calon nya Fera kan? "
"Ciee Fera, " semua kompak menyahuti membuat Fera tersenyum malu.
"Tidak! " Vano langsung menyangkal dengan tegas nya, membuat senyum Fera memudar.
"Wanita itu tentu bukan dia, " tersenyum masam menatap Fera, "Wanita yang aku cintai itu cantik, baik, pintar, berprestasi dan juga sederhana. "
"Waaaw, " Dosen itu dibuat penasaran dengan jawaban Vano.
"Wanita itu adalah Anindita Valency, dia gadis yang aku sukai, " ucap nya menatap Anindita dengan tatapan hangat nya.
"Waaaaw Anin. "
Semua senyum-senyum, Anin langsung menunduk, dia tersenyum malu. Kenapa Vano berani sekali mengucapkan itu di depan semua teman-teman kelas nya? tanya Anin dalam hati.
Sementara Fera, langsung menunduk, mata nya berkaca-kaca, hingga satu tetes mata menetes terjatuh di telapak tangan nya. Dia kecewa.
Maafkan aku yg baru muncul 🙏
karna bbrpa hari ini anak ku sakit dan aku jg sibuk di kampus.
smoga kedepan nya aku jg bisa up normal lagi yah. mohon doa dan support nya dari tema 2 semua.. biar aku smangat nulis nya hehe 🥰 luvluv kaleaan 🥰😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ida
semangat Thor... 💪💪💪💪 sllu d tunggu Up nya..
2021-11-02
1
Wenni Laura
jangan lama2 updatenya thor nungguin terus buat anak thor cepat sembuh ya
2021-11-01
1
Dedeh Supriatin
semoga cepet sembuh anak'a ya thor... sehat slalu thor....
2021-11-01
1