"Selamat pagi, Mah,Pa "Fera menyapa dengan senyum merekah nya.
Saat ini Mama dan papa sedang memulai sarapan pagi bersama.
"Ada apa ini? wajah mu terlihat bahagia. " tanya sang Mamah.
" Hehe hari ini aku senang sekali mah, karna di kampus, aku bisa satu kelompok dengan pria yang sering aku ceritakan, " jawab Fera yang saat ini sudah duduk di bangku makan.
" Siapa? " papa ikut penasaran, ini kali pertama anak nya menyukai pria, karna sudah banyak pria yg mendekati tapi Fera tetap tidak mau dan tidak perduli.
" Ada deh. Papa kepo, "jawab Fera tertawa kecil. Papa hanya geleng-geleng kepala.
"Pa, Aku boleh minta uang jajan lebih tidak? tanya Fera, yang sedang meyeruput susu hangat nya.
"Untuk apa? tumben sekali minta uang jajan lebih?" tanya Mama.
"Emmm, dikampus banyak sekali tugas Mah, pah. jadi aku banyak pengeluaran, " Fera nampak gugup menjawab nya.
" Oke, nanti papa transfer. " Jawab Papa.
" Trima kasih. " Fera nampak senang, "Aku pamit berangkat, " mencium pipi kiri dan kanan mama dan papa nya.
Di Kampus.
Saat ini Fera sedang mengerjakan tugas kelompok nya bersama Vano, Exel, dan Yani. Dan mereka melakukan nya di taman, karna ini tugas outdor.
" Oke, karna kita di tugaskan untuk memberikan contoh Desain yang bagus, jadi kita masing-masing membuat desain nya, dan kita bandingkan designer siapa yang paling bagus. "Ucap Vano sebagai ketua kelompok, mereka mengangguk setuju. Fera senyum-senyum sendiri melihat Vano berbicara, terlihat tampan dan bijak, membuat Fera semakin mengagumi sosok Vano.
Masing-masing Mereka mendesain dari ide mereka sendiri. Tanpa sadar Fera malah melukis wajah Vano yang sedang melakukan tugas kelompok, Fera senyum-senyum sendiri melakukan nya. Ia sangat senang.
"Oke, sudah selesai semua? " tanya Vano yang baru selesai mendesain gambar sebuah hotel mewah.
Mereka mengangguk.
"Sekarang kita bandingkan, dan letakan di tengah-tengah lingkaran kita." titah Vano, meletakan satu lemaran kertas di tengah-tengah.
Semua meletakan hasil nya. Fera menutup mulut nya, ketika menyadari hasil gambar nya. Dengan cepat dia mengambil kembali kertas hasil kerja nya, tapi kalah cepat oleh Vano.
"Simpan hasil mu di sini, kenapa kau ambil lagi?" tanya Vano, langsung merebut kertas dari tangan Fera, tanpa melihat, Vano langsung meletakan kertas hasil gambar Fera bersamaan dengan hasil yang lain nya.
Semua memicingkin mata nya, kedua alis mereka bertautan.
" Kenapa kau melukis wajah ku?" tanya Vano dengan sedikit kesal. Vano benar-benar di buat malu oleh Fera.
" Tapi itu bagus sekali, mirip dengan wajah mu, Vano, " ucap Yani memuji hasil kerja Fera, memang benar-benar mirip dengan wajah Vano.
" Ya, benar. Kau hebat, Fera. Sangat mirip. " Exel mengacungkan kedua jempol nya. Dia tersenyum kagum.
"Tapi ini akan membuat ku malu di hadapan teman-teman yang lain, terutama dosen, mana ada desain wajah seperti ini." Vano mendengus kesal, dia sudah mulai emosi. "Cepat kau buat lagi gambar yang lain! " titah Vano dengan tegas.
Fera hanya menunduk, dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga ia menahan air mata nya agar tidak jatuh ke pipi nya.
"Tapi waktu nya tinggal sepuluh menit lagi, Vano. mana mungkin Fera bisa menyelesaikan tugas nya. " Exel membela Fera, karna mereka saja mengerjakan dalam waktu 30 menit.
"Aku tidak peduli, salah dia kenapa menyusahkan diri nya sendiri, membuat ku emosi saja." Ucap Vano melirik Fera dengan jengah.
"Maaf, " ucap nya dengan pelan, dia menunduk semakin dalam. Fera terus merutuki diri nya sendiri, mengapa ia bisa menggambar wajah Vano tanpa sadar?
" Maaf mu tidak berguna!" kesal Vano, tanpa menoleh ke arah Fera.
"Sudahlah, Vano. Lagi pula Dosen kita tidak membatasi desain apa yang harus kita buat kan? jadi kita dengan bebas bisa membuat desain apapun. " ucap Yani, yang mengerti perasaan Fera, sebagai wanita, Yani tahu pasti akan merasa sedih jika diperlakukan serupa seperti Vano.
" Tetap saja itu akan membuat ku malu, Yani. Sudahlah jangan buang-buang waktu. Cepat Fera, kau buat lagi desain yang lain." Ucap Vano dengan tidak sabar.
Fera mengangguk, ia kembali mengambil kertas yang bergambar wajah Vano. Segera Fera berbalik badan dengan masih posisi duduk. Fera memandangi gambar wajah Vano, Seketika buliran bening jatuh dari pelupuk mata nya, air mata nya jatuh tepat pada gambar wajah Vano, hati nya sakit, dada nya sesak. Sebegitu marah kah Vano pada nya? hanya karna diri nya menggambar wajah pria tampan yang selalu dia cintai dan kagumi.
sebegitu malu kah Vano karna wajah nya digambar oleh Fera?
Apakah Vano akan semarah ini jika wajah nya di lukis oleh Anindita?gumam nya dalam hati.
Segara Fera meyeka air mata nya, ia tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Fera menarik nafas dalam, menguasai diri nya kembali. Segera ia mendesain gambar yang ada di imaginasi nya, meski terburu-buru tetapi Fera mengerjakan nya dengan fokus, karna hanya ada waktu sepuluh menit lagi.
"Huh, akhir nya selesai, " Fera tersenyum, ia menatap kagum gambar yang ia buat, bagus. pikir nya. Fera membalikan badan.
"Nih, sudah selesai," ucap Fera meletakan selembar kertas di hadapan teman-teman kelompok nya.
Semua melebarkan mata nya, menatap kagum gambar yang telah di buat Fera. Sebuah Desain rumah mewah bak istana, rumah yang bergaya eurova. Apalagi pola yang di buat Fera sangat terlihat rapih.
"Wah wah desain rumah yang kau buat, bagus sekali, Fera. " Yani benar-benar kagum." Aku jadi ingin punya rumah seperti ini nanti. " lanjut nya.
" Ya, aku setuju, hasil desain mu benar-benar bagus, Fera. Padahal kau membuat nya hanya dengan waktu 10 menit, " ucap Exel menimpali. "Lihatlah, diantara gambar kita, coba kalian bandingkan, menurutku hasil Desain Fera yang lebih bagus." lanjut Exel dengan wajah serius.
"Ya, aku setuju." jawab Yani.
Fera tersenyum malu, "Trima kasih."
Vano nampak serius memandangi hasil Desain yang di buat Fera.
"Bagaimana menurut mu Vano? Kau setuju kan hasil Desain Fera yang di kumpulkan? " tanya Exel.
Vano mengangguk kecil," Baik, tinggal kita tambahkan saja apa yang menurut kalian kurang, tanpa harus merubah Desain yang telah di buat Fera. " ucap Vano membuat Fera tersenyum merah merona, tanpa di duga Vano memilih hasil design yang buat, itu membuat hati Fera yang sempat sedih ikut terobati.
" Jadi menurut mu hasil Desain ku bagus, Vano? " Tanya Fera dengan mata berbinar.
" Lumayan, " jawab nya dengan santai. padahal tidak bisa di pungkiri Vano juga mengagumi Desain yang di buat Fera sungguh indah dan elegan.
" Kau tahu Vano, aku memang benar-benar menginginkan rumah seperti ini, ini adalah rumah impian ku sejak dulu. Dan aku berharap bisa memiliki rumah seperti ini bersama orang yang aku cintai, " Ucap nya melirik Vano yang sama sekali tidak menatap nya.
Vano terdiam tidak menanggapi.
" Ya, semoga kau bisa memiliki rumah yang kau impikan dan bisa tinggal satu rumah bersama orang yang kau cintai, " ucap Yani mengusap pundak Fera.
" Sudahlah kenapa kau malah curhat? " Vano seakan tidak perduli dengan ucapan Fera, membuat senyuman Fera memudar." Sekarang kau jelaskan hasil Desian mu," titah nya. Fera langsung mengangguk.
Semua sudah masuk kelas. dan mempersiapkan untuk mempresentasikan hasil tugas kelompok nya.
" Fera, itu kertas apa?. " bisik Tisa, karna Fera sejak tadi memandangi kertas yang tengah di genggam nya.
" Nanti saja aku jelaskan, sekarang ada bu Dosen, malu jika ketahuan," bisik Fera.
" Sekarang saja sebentar, aku ingin lihat sini, " Tisa mencoba merebut kertas nya, tapi Fera menghindar dengan gerakan tangan nya, tapi Tisa tetap kekeh ingin melihat nya, hingga akhir nya kertas itu terjatuh.
" Fera, kertas apa itu yang ada di bawah bangku kamu?" tanya Bu Dosen, berdiri dan ingin menghampiri Fera.
Semua menoleh ke arah Fera, mereka pun sama penasaran nya.
Deg!
jantung Fera berdetak dengan kencang, ia gugup. bagaimana ini? Vano pasti akan marah.Batin nya.
Bersambung..
Boleh dong kasih Vote nyah 😘😘😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
martina melati
iy nih... yg baca ikut gugup jg /Shy/
2025-01-31
0
Hikmal Cici
berasa di gantung kayak jemuran sama othor 😪😪😪
2021-09-09
0
kucing kecil
kapan upnya kangen aku sama Fera
2021-08-21
0