Fera melirik ke segelah arah, melirik mereka, teman-teman nya yang sekarang sedang
menoleh ke arah nya.
"Kertas apa itu Fera? " tanya Bu Dosen, yang saat ini berdiri tepat di hadapan Fera.
Fera menelan ludah nya dengan sangat susah payah, dia melirik Vano yang saat ini sedang melihat ke arah nya, rupanya Vano juga sedikit penasaran dengan kertas yang di genggam Fera saat ini.
"Eum ini, ini, " Fera gugup, sekali lagi dia melirik Vano. Vano yang sejak tadi sadar akan lirikan Fera langsung memicingkan mata nya, heran.
"Apa? coba ibu lihat, " Bu Dosen mengulurkan tangan nya pada hadapan wajah Fera.
"Bukan apa-apa kok, Bu, ini tidak penting, " jawab nya dengan masih gugup.
"Tidak penting gimana Fera? ayoo kasih saja pada Bu Dosen, " Sang ketua kelas yang memang sangat penasaran, karna memang sejak tadi Fera dan Tisa terlihat berisik karna memperebutkan sebuah kertas.
"Iya, Fera kalau tidak penting ngapain juga di sembunyikan, kasih pada Bu Dosen. "
"Ya, benar."
Semua ikut menimpali, mereka juga penasaran, karna Fera sendiri terlihat enggan memberikan kertas itu pada Bu Dosen, sehingga membuat mereka semakin tambah penasaran.
Fera menghembuskan nafas nya dengan panjang, ketua kelas dan teman-teman nya ini memang menyebalkan. pikir nya.
"Fera, Ayo sini Ibu lihat, " Dosen itu tersenyum, Ya kebetulan saat ini sedang di ajar oleh Dosen yang ramah dan lemah lembut.
"Cepat kasih Fera, jangan sampai kertas yang kau pegang membuat jam mata kuliah kita jadi berkurang, " sahut Vano dengan tiba-tiba tanpa di duga oleh Fera, rupanya Vano jadi sedikit kesal.
Fera terdiam, dia melirik Vano sejenak, "Tapi kau jangan marah, Vano, " gumam Fera dalam hati.
Lalu tangan nya dengan terpaksa memberikan kertas yang sejak tadi di genggam nya, dia langsung menunduk.
Bu Dosen tersenyum, dengan pelan dia membuka kertas itu yang memang sudah Fera lipat sejak tadi di taman.
Dosen itu melebarkan mata nya, tapi sejenak dia tersenyum melirik Vano, membuat semua memicingkan mata nya, mereka jadi semakin penasaran. Apa isi kertas itu?
"Kamu hebat Fera," Tiba-tiba Dosen itu memuji Fera, membuat Fera tersenyum kikuk.
"Emang apa isi nya? kanapa Dosen itu malah memuji kamu?" bisik Tisa, dia masih saja bisa bertanya seperti itu pada Fera, membuat Fera sedikit kesal pada sahabat nya ini.
Fera tidak menjawab. dia hanya menggeleng dengan dengan mulut terbungkam.
"Emang apa isi nya, Bu?" tanya Tisa, membuat Fera langsung tepuk jidat.
"Setelah ini kau harus bertanggung jawab! " celetuk Fera dengan pelan, membuat Tisa terdiam dengan mulut memonyong. Apa maksud nya?
"Ini hasil design Fera, sebuah wajah yang tampan, " jawab Bu Dosen, dengan melirik Vano sekali lagi.
Vano langsung terhenyak, sadar akan ucapan Dosen, gambar wajah?
Bukan kah tadi Fera menggambar wajah ku?
Vano melirik Fera, ada guratan wajah yang seperti nya sudah tidak bisa menahan emosi.
"Maksud nya Fera menggambar wajah? "
"Siapa Bu? "
"Jadi penasaran."
Semua nampak antusias untuk bertanya.
"Fera melukis wajah Vano, sangat bagus dan sangat mirip, kamu hebat, Fera, " Dosen itu memuji Fera kembali, dia kagum.
Semua terkejut. Mereka tersenyum.
"Cieee Vano. "
"Cieee Fera gambar wajah Vano."
"Ciee Fera yang lagi Falling in love dengan Vano, hahaha, " semua nampak tertawa, membuat Vano langsung mengepalkan tangan nya, dia malu.
Fera sejak tadi menunduk, dia tau Vano pasti marah.
"Saya pamit ke luar dulu, Bu, " Vano langsung bangun. Tiba-tiba dia mendekat ke arah Fera.
"Ikut aku! " ajak Vano dengan kalimat pelan tapi penuh dengan penekanan. Dia keluar telebih dahulu.
Fera menarik nafas dalam, memejamkan mata nya sejenak. Dia pun pamit pada Bu Dosen dan mengikuti Vano dari belakang.
Langkah Fera sangat pelan, dia takut, Vano akan marah besar pada nya. Fera berjalan dengan wajah menunduk.
"Eum, " Fera menabrak Vano karna Vano tiba-tiba menghentikan langkah nya dan berbalik badan.
Vano berdiri di hadapan Fera, tatapan Vano terlihat sekali menahan amarah.
"Hari ini kau sudah membuatku malu, Fera! " teriak Vano, membuat Fera terhentak kaget, Fera langsung menundukan kepala nya lagi.
"Kenapa kertas yang tadi tidak kau buang langsung ke tempat sampah? heum? " Vano mengangkat dagu Fera, dengan jari telunjuk nya, " Tegak kan wajah mu, jangan cengeng, " tegas nya karna melihatbuliran bening jatuh di pipi lembut Fera.
"Ak-aku tidak tahu akan seperti ini, Vano, " Fera menatap wajah Vano dengan sendu, pipi nya sudah basah bersamaan dengan air mata yang terus mengalir, " lagi pula kenapa kau harus malu? wajah mu terlihat tampan di gambar itu, " dengan sangat berani Fera berkata, karna memang itu fakta nya, Vano sangat terlihat tampan dengan hasil Design nya.
"Tentu aku malu, karna yang menggambar wajah ku bukan orang yang aku sukai, jika Anin yang menggambar itu jelas akan membuat ku senang, karna Anin gadis yang aku cintai bukan kau, paham? " Vano tersenyum kecut, menatap Fera dengan jengah.
Mendengar ucapan Vano, membuat air mata Fera semakin deras membasahi pipi nya.
Wajah nya dia tegakan, menatap mata Vano dengan dalam, " Kamu ja-hat, Vano! " itulah kalimat yang keluar dari mulut mungil Fera, Fera langsung belari meninggalkan Vano yang saat ini menatap punggung nya yang semakin terlihat jauh.
"Haissssh, " Vano mengusap wajah nya dengan kasar, dia kesal. Tidak mengerti dengan cara berfikir Fera, kenapa Fera malah menyebut nya dengan orang jahat?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Dedeh Supriatin
poor fera, bertepuk sebelah tangan
2021-10-27
1
Ida
Kasian sma Fera Q bca nya thor sakit mmg klw Cinta bertepuk sebelah tangan.. 😁
2021-10-27
1
Arlisa Wanda
up
2021-10-27
1