Lie Zi

‘Si.. siapa anak ini!’ teriak Mey Wan dalam hati.

‘Apa benar dia senjata para penduduk bangsawan yang dikirim untuk menipu para penduduk di keluarga rakyat kecil? bayi ini tidak terlihat seperti manusia biasa’

Karena ketakutannya Mey Wan mundur beberapa langkah, hingga kini jaraknya diantara anak itu berjarak sepuluh langkah. dia masih bingung akan melakukan apa, dia melihat bayi itu dari jauh yang sekarang mulai terbangun dari tidur pulasnya.

Bayi mungil itu mulai menangis sangat kuat, dan tangisannya membuat seluruh ruangan yang ada didalam rumah Mey Wan itu serasa menjadi panas seketika. Mey Wan sedari tadi menahan hawa panas yang ada di dalam rumahnya, sejujurnya ia ingin membantu bayi itu namun ia takut dengan wujud bayi itu.

‘Apa yang harus aku lakukan!’ teriak Mey Wan dalam hati.

‘A.. aku tidak bisa.. aku harus membantu bayi itu.’ Mey Wan melangkah maju dengan tekat serta rasa takut yang menghantui dirinya, dia memang orang yang anti melihat anak anak menangis apalagi ini adalah seorang bayi. dia melangkah sangat lambat, hingga akhirnya jarak antara dia dengan bayi itu hanya tinggal tiga langkah.

Kini suhu ruangan itu tiba tiba menjadi normal. Mey Wan menjadi lebih bingung, ia mulai mengangkat bayi itu dan dengan seketika bayi itu berhenti menangis.

Mey Wan melihat sekelilingnya untuk memastikan tidak terjadi apa-apa. namun pandangannya seketika tertuju ke kertas yang ada diatas kain anak itu yang kini menjadi basah.

‘Apa itu?’ ia menuju ke arah tempat surat itu berada dan kemudian ia mengambilnya.

‘Kertas ini basah, seharusnya aku mengeringkannya dulu.’ dia berjalan ke tempat ia memanaskan air tadi sambil menggendong bayi. ia mulai memanaskan kertas itu hingga akhirnya kering.

Mey Wan membuka lipatan kertas itu, dan melihat ada tulisan didalamnya.

‘Ternyata ini adalah sebuah surat’ ia mulai membaca surat yang dititipkan Liu Ying ke dalam gulungan kain bayi itu sampai akhirnya ia tidak sadar bahwa ia telah meneteskan air mata.

“Lie zi, nama yang bagus. nak, aku akan merawat dan melindungimu dari orang orang jahat di kota ini” ia melihat keluar sejenak sebelum memutuskan untuk pergi ke luar kota bersama bayi itu.

‘Diluar sepi, sebaiknya aku pergi sekarang agar tidak ada yang melihatku meninggalkan kota.’ Pikirnya.

Ia mulai bersiap untuk keluar, sesekali ia melihat orang di sekitarnya, namun ia bersembunyi di tempat yang bisa memungkinkan untuk bersembunyi.

Hingga sekarang ia sampai ke depan pintu gerbang pembatas antara desanya dengan kota. Tidak ada yang menjaga gerbang itu, namun gerbang itu terkunci rapat. Pada saat yang sama ia melihat ada seseorang yang biasanya menjaga gerbang desa itu berjalan ke arah gerbang.

‘Aduh!! Mengapa harus ada dia!!’ Mey Wan mengumpat dalam hati.

Penjaga gerbang itu duduk di sebuah kursi tempat ia menjaga gerbang biasanya, dijarinya ada kunci gerbang pembatas antara desa para penduduk rakyat bangsawan dengan kota.

‘Mau tidak mau aku harus menunggunya pergi dari tempat itu!’ Dengusnya dalam hati.

Ia bersembunyi di sebuah rerumputan bersih yang ada dekat dengan pintu gerbang desa dengan menggendong Lie Zi.

***

Suasana tempat itu sekarang ada beberapa orang yang melintas, meskipun jumlahnya agak banyak, Mey Wan tidak akan mengurungkan niatnya untuk merawat dan membawa bayi itu pergi dari desa.

Semakin lama tempat itu semakin ramai orang, namun tidak ada yang melihat keberadaan Mey Wan.

Hari mulai gelap, kini tempat itu semakin sepi. ia sesekali melihat penjaga pintu gerbang itu sambil berharap agar penjaga itu meninggalkan tempat itu. namun saat ini penjaga itu hanya menjaga di tempat itu saja.

Tempat itu semakin sepi, dan penjaga itupun sudah meninggalkan tempat itu. Meskipun tempat itu sudah sepi, namun masih ada sedikit orang yang melewati tempat itu. Mey Wan berjalan menggunakan penutup wajah agar tidak ada orang yang mengenalnya.

Kini ia sudah sampai kedepan pintu gerbang pembatas itu, saat ini Mey Wan kebingungan untuk mencari jalan keluar, karena gerbang itu sudah dikunci oleh penjaga gerbang yang tadinya menjaga gerbang itu, Ia melihat kembali sekelilingnya hingga pandangannya jatuh kepada kunci yang terletak di bawah kursi tempat penjaga gerbang.

‘Ah itu dia!’ Mey Wan berlari ke arah kunci itu berada, namun langkahnya terhenti saat ada yang berteriak padanya.

“Hei!! siapa kau!” teriak seseorang di belakangnya.

Mey Wan menoleh kebelakang, dan melihat orang yang tadinya menjaga gerbang itu dengan wajah dingin sambil berjalan ke arahnya.

“Bu...bukan, aku bukan siapa-siapa” jawabnya dengan grogi.

“Jangan berbohong! sedari tadi siang aku melihatmu mengintaiku.” Penjaga itu berkata dengan tegas.

“Tidak aku tidak mengintaimu, mungkin kau salah orang!” Jawabnya dengan menyembunyikan perasaan takutnya.

“Aaa” Tanpa aba aba penjaga itu mengayunkan pedang yang ada di pinggangnya ke arah Mey Wan.

Mey Wan menutup matanya sambil memeluk

Lie Zi erat, mengira hari ini adalah hari kematiannya.

‘Apa... aku sudah mati?’ pikirnya.

Perlahan lahan ia membuka matanya, ia melihat dihadapannya sebuah pedang yang disanggah pedang lain.

Kemudian dua orang yang membawa pedang itu menjauh darinya. Mey Wan mundur beberapa langkah dari tempat pertempuran itu.

Mey Wan melihat sekelilingnya dia merasa bingung sampai akhirnya pandangannya jatuh ke arah kunci gerbang yang diletakkan dibawah kursi penjaga gerbang itu.

Dia berlari kearah kunci itu berada, hingga ia berpikiran untuk kabur dari tempat itu.

***

Setelah Mey Wan mendapatkan kunci itu dia berlari kearah pintu gerbang pemisah antara desanya dan kota.

‘Ah.. akhirnya aku bisa pergi dengan selamat bersama bayi ini.’ pikirnya sambil berlari.

Dia berlari begitu cepat, Namun larinya dihadang oleh seseorang yang menggunakan tutup muka, dia kelihatan seperti pria.

‘Sepertinya aku pernah melihatnya.’ pikir Mey Wan.

“Kenapa kau lari? kau tidak ingin membantuku?” kata pria yang sedang menghadangnya itu.

“Si.. siapa kau?” Jawab Mey Wan dengan ketakutan.

“Sungguh? Kau tidak mengenalku?”Jawab Pria itu.

“Sepertinya iya, bagaimana kau bisa mengenalku sedangkan aku tidak mengenalmu?” Jawab Mey Wan dengan sedikit ketakutan, namun berusaha menutupinya.

“Mmm... sebelumnya kenalkan namaku Loi Wi. panggil saja Senior Wi” jawabnya sambil mengulurkan tangan menandakan untuk menjabat tangan.

Mey Wan membalas jabatan tangan Loi Wi dengan sedikit ragu, namun ia memberanikan diri setelah mendapatkan sebuah ide.

“Mengapa aku harus memanggilmu senior?” jawab Mey Wan sambil membuka penutup wajahnya.

Mey Wan sebenarnya merupakan salah satu dari tiga wanita terhebat yang ada di desanya.

“Kenapa kau baru sekarang membuka penutup wajahmu? apa kau pikir aku akan takut kepadamu jika kau buka penutup wajahmu?” Jawab Loi Wi dengan senyum sinis.

Terpopuler

Comments

Sekar Arum🌴🍬

Sekar Arum🌴🍬

next.

2020-06-26

1

rumytashann

rumytashann

Hai, Kak, ceritamu bagus. Aku sudah vote, like dan rate 5. Ditunggu feedbacknya ke ceritaku: Mungkin, Memang Tidak Bisa untuk Ditulis Ulang.😍😍😍😘😘😘

2020-06-20

0

Habib Kurniawan

Habib Kurniawan

Thor kalo bisa 1 hari 2 chapter
next

2020-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!