Bab 5

Surya kebingungan harus mencari Regina kemana. percuma saja jika melapor ke kantor polisi atas hilangnya Regina. karena baru tadi pagi dia tau Regina tidak ada di rumah. Polisi tidak akan melakukan apa-apa sebelum 1X24 jam.

Sementara di rumah, Ira menunggu dengan harap-harap cemas. Nomor Regina belum bisa dihubungi, menambah kekhawatiran di dalam hatinya. Sebagai seorang ibu, tentu Ira menginginkan yang terbaik untuk putrinya. Jika Regina sudah yakin dengan pilihannya, juga bisa bertanggungjawab atas pilihannya, tentu dia akan memberi restu. Akan tetapi, sebagai seorang istri, Ira harus menurut apa yang diucapkan suaminya. Sudah pasti, Ira marah, kecewa dengan sifat keras kepala sang suami yang tak kunjung memberi restu kepada Regina dan Anton. Membujuknya pun percuma, yang ada hanya cekcok saja.

Ponsel Ira berbunyi, tertera nama sang putri di layar tersebut. “Re, kamu di baik-baik saja, kan?” pertanyaan pertama dari Ira.

Iya, Mi, Regina baik-baik saja. Mami tidak perlu cemas.

“Tidak perlu cemas bagaimana?” Suaranya sedikit meninggi.

Regina mengatakan apa yang menjadi keinginannya. Bahwa dia tidak akan pulang sebelum hubungannya dengan Anton direstui. Kalau papi keras kepala, aku juga bisa keras kepala, Mi.

Bujukan Ira tidak berhasil, putrinya tersebut benar-benar mempunyai sifat yang sama dengan suaminya. Sangat keras kepala.

***

Dua hari sudah Regina pergi dari rumah. Selama itu pula, dia tetap pada pendiriannya. Sahabatnya, Jessica, tidak pernah menyerah untuk membujuknya untuk pulang. Sepulang bekerja, wanita itu selalu menyempatkan diri untuk menengok Regina di apartemen Anton. Ya, Regina masih tetap di sana. Tanpa ada Anton.

“Re, pulanglah sebentar. Kasihan mami, dia merindukanmu.”

Regina menaruh minuman soda kaleng di meja makan, menatap Jessica penuh. “Kamu ini sahabatku, seharusnya kamu mendukungku.”

Kalau otak kamu waras sudah pasti aku dukung! gerutu Jessica dalam hati. Wanita itu sangat kesal dengan Anton. Menurutnya, sudah terlihat jelas bahwa lelaki itu tidak mempunyai rasa tanggungjawab, tapi sahabatnya yang bodoh ini tetap saja mencintai dan memperjuangkannya. “Ayolah, Re, kalau kamu seperti ini terus, kapan kamu akan menikah? Umur kita sudah tidak bisa disebut muda lagi.”

Ucapan Jessica membuat Regina tersenyum. “Benar!” serunya dengan bahagia. “Kenapa aku tidak menikah saja? Pasti hidupku akan lebih berwarna.”

Jessica mengangguk setuju, “iya, kalau kamu tetap seperti ini, bisa-bisa kamu menikah di umur 40 tahun.”

Raut wajah Regina berbinar bahagia, bayangan hidup berumah tangga terlintas tepat di depan matanya. “Kawin lari.” Regina bergumam.

“Re!” Jessica dapat mendengarnya. “Jangan gila kamu!” serunya penuh dengan amarah.

Regina merenggut masam. “Kan, tadi kamu yang masih saran untuk segera menikah.”

Tapi bukan kawin lari, bodoh!

Rasanya Jessica ingin sekali mengunyah sahabatnya tersebut. Berpacaran saja tidak direstui, bagaimana dengan sebuah pernikahan? Yang ada semuanya akan bertambah runyam.

Pintu terbuka, Anton datang dengan satu kantong buah ditangannya. Matanya saling bertemu dengan Regina. Wanita itu berdiri, lalu menghampirinya. Mengambil kantong buah lalu menuntunnya untuk duduk di kursi meja makan.

“Menikah? Kamu gila, Re!” Anton gak kalah terkejut mendengar penuturan Regina. “Papi kamu nggak setuju sama hubungan kita, dan sekarang kamu mau kita menikah diam-diam? Nggak masuk akal!”

Regina terus membahas tentang pernikahan. Di benaknya, jika dia sudah menikah, punya anak, pasti papinya mau tidak mau akan memberi restu. Orangtua mana yang tidak luluh jika sudah melihat cucunya. “Kamu tenang saja, Sayang, aku akan mengurus papi. Yang penting kita menikah.”

Jessica menunduk, satu tangannya memijat pangkal keningnya yang terasa pusing sebab ucapan dan pemikiran dari Regina. Mengambil tas selempang di kursi sampingnya, Jessica pun pergi tanpa berpamitan. Bahkan panggilan dari Regina tidak dia hiraukan. Jessica muak dengan semua yang dilakukan Regina.

Keringat dingin mulai mengucur dari pelipis Anton. Mendengar kata menikah, membuatnya menjadi risau. Ditambah, sikap orangtua Regina yang tak kunjung memberi restu. Entah seperti apa nasibnya jika dia menjadi menantu yang tidak diinginkan.

“Re, sebaiknya jangan bahas soal pernikahan dulu. Lebih baik kamu pulang dan—”

“Iya, aku memang mau pulang,” tukas Regina. Dia berdiri, ingin bersiap-siap untuk pulang. “Aku mau membahas tentang rencana pernikahan kita. Papi pasti tidak akan menolak.”

Mendengar ucapan Regina, membuat hati Anton semakin tidak karuan. Kata-kata tersebut terdengar sangat mengerikan. Lagi dan lagi, Regina sudah dengan pemikirannya yang keras. Akan sia-sia jika membujuknya. Kedua kaki Anton terasa lemas, dia memandang Regina yang keluar dari apartemennya dengan pasrah.

***

Surya murka begitu mendengar rencana pernikahan yang dibuat oleh putrinya. Bagaimana bisa, seorang wanita dengan santainya merencanakan pernikahan tanpa mau bermusyawarah dengan orangtuanya. Ya, Surya menyadari ini semua karena sikapnya yang tak kunjung memberi restu. Akan tetapi dia tidak menyangka jika Regina bisa senekat ini.

Regina duduk di sebelah sang putri. Berkali-kali dia bertanya, apakah sudah yakin dengan keputusannya tersebut? Apakah sudah benar-benar memikirkan bagaimana menjalani sebuah ikatan pernikahan dengan Anton? Dan masih banyak lagi pertanyaan darinya yang tanpa ragu dijawab Regina dengan kata iya.

“Aku sudah menghubungi WO, aku sudah mengundang teman-temanku, aku juga sudah mengirim undangan kepada rekan bisnis, Papi.”

Mendengar ucapan Regina, Surya hanya bisa diam seribu bahasa. Rasanya dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk menghentikan perbuatan sang putri. Undangan sudah terlanjur disebar. Entah seperti apa hingga semua undangan itu terkirim dengan secepat ini.

“Seminggu lagi, Pi, aku akan menikah.”

“Terserah apa maumu.” Surya beranjak, pergi ke ruang kerja. Ponselnya menerima telpon dari rekan bisnisnya perihal undangan pernikahan putrinya. Surya hanya bisa menjawab sesuai rencana Regina. Akan memalukan jika dia menghentikan semua rencana pernikahan tersebut.

Cinta tidak salah. Dia menghampiri siapapun tanpa melihat dia siapa dan siapa. Hanya saja, jika tidak mengarahkannya dengan baik, semuanya akan hancur sia-sia. Regina tidak peduli dengan berbagai ucapan papinya yang mengatakan bahwa Anton adalah pria yang tidak baik untuknya. Regina merasa, dia sangat mengenal Anton sebab dialah yang menjalani hubungan dengan pria tersebut.

Di kota tersebut, ada satu Wedding organizer yang terkenal dengan cara kerjanya yang cepat serta memuaskan. Dari selebritis hingga pejabat banyak yang menggunakan jasanya. Maka tak heran, WO tersebut mempunyai reputasi yang cukup tinggi. Berapapun harganya, Regina siap membayar asalkan pernikahannya terlaksana dengan lancar. Undangan pun dicetak hari itu juga sesaat setelah Regina memesan tanggal serta tempat di mana dia akan melaksanakan pernikahan.

Untuk keluarga Anton, Regina menyerahkan kepada kekasihnya tersebut. Regina yakin, keluarga Anton akan sangat setuju tentang pernikahannya. Sebab kedua orangtua Anton sangat menyukainya. Maka seharusnya tidak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan. Lamaran? Bagi Regina itu bukan hal yang penting lagi. Yang penting dia bisa menikah dengan Anton secepat mungkin.

***

Dua hari sebelum pernikahan, Jessica menginap di rumah Regina. Terlepas dari rasa kesalnya, Regina tetaplah sahabatnya. Lusa, wanita itu akan menjalani kehidupan baru bersama pria yang diyakini bisa membahagiakannya. Walaupun sebenarnya Jessica tetap tidak bisa menerima Anton menjadi suami dari sahabatnya tersebut, namun rasa sayangnya kepada Regina membuatnya menyingkirkan rasa itu. Yang penting, Regina bahagia. Itu yang Jessica pikirkan.

“Nanti kalau kamu sudah menikah, jangan melupakanku ya, Re?” ucap Jessica dengan lesu.

Regina tersenyum, “tentu, Jes, mana mungkin aku melupakan sahabatku yang cengeng ini.” Kedua tangannya memeluk Jessica dari samping. Kedua wanita itu sedang asik melihat album foto serta video kenangan ketika mereka masih di bangku kuliah.

Suasana malam itu benar-benar terasa hangat. Regina sangat bahagia. Orangtuanya sudah memberi restu, sahabatnya pun juga selalu ada di sampingnya. Selangkah lagi, impiannya menjadi seorang istri yang baik akan segera terwujud. Dan itu semua akan diwujudkan oleh Anton. Sungguh ... bagi Regina, ini adalah momen terbahagia di dalam hidupnya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!