“Sampai dimana kemarin pelajaran kita?” semua siswa menjawab sampai halaman 205.
“Oh iya, kemarin ada tugaskan? Ayo tugasnya kumpulkan ke meja ibu,” Titah bu Amel.
Siswa/i satu persatu menyerahkan tugasnya ke meja bu Amel, sementara Riski sibuk menggeledah isi tasnya dengan teliti, karena dia tidak menemukan buku PR nya, bu Amel yang melihat Riski grasa grusu langsung menanyainya.
“Apa ada masalah?” ucap bu Amel.
“Ah itu bu, buku saya hilang?” Sahut Riski.
Kemudian bu Amel menatap dengan sinis.
“Hilang apa ngak di kerjakan?” ucap bu Amel dengan aura mengintimidasi.
“Saya sudah kerjakan bu, saya juga sudah bawa tadi, saya yakin bangat bu.” ucap Riski, lalu bu Amel menggelengkan kepalanya.
“Cih, yang begini saya juga enggak suka, berbohong, sementara Yalisa dan Mei mengumpul tugas, pada hal mereka enggak masuk pelajaran saya kemarin, kamu ini kalau mau berbohong lebih bagus dikit.” Ucap bu Amel.
Riski menelan air ludahnya karena merasa gugup.
“Anak-anak zaman sekarang suka sekali berbohong demi menutupi kesalahan yang di lakukan,” Ucap bu Amel.
“Saya enggak bohong bu,” Sahut Riski.
“Kamu sudah bohong masih berani menjawab terus!” Bentak bu Amel
Seisi ruangan menjadi sunyi karena mendengarkan bu Amel memarahi Riski, Riski yang tidak terima di tuduh berbohong terus saja menjawab perkataan demi perkataan yang bu Amel lontarkan.
Bu Amel yang berdiri duduk ke kursinya memeriksa terlebih dahulu PR siswa/i nya sambil marah-marah.
“Ternyata benar ya kata guru lain, kamu ini anak yang bandel, suka mengganggu orang lain, sering berbuat kasar dan onar, mungkin untuk guru lain perbuatan kamu akan di diamkan, karena mereka sudah bosan menegur kamu, tapi itu tidak berlaku untuk saya, ini kelakuan perdana kamu yang saya terima, kalau memang kamu sudah mengerjakan tugas, kumpulkan jangan banyak gaya, orang tua mu menitipkan kamu ke sekolah untuk di didik, bukan untuk jadi liar sendiri sesuka mu, karena nanti kalau kamu jelek yang di salahkan dan di tuntut adalah sekolah, saya suka bingung dengan orang tua yang berfikir kalau sekolah bertanggung jawab penuh atas otak dan attitude kalian semua,” Ucap bu Amel.
Kuping Riski yang panas mendengar bu Amel tidak selesai-selesai dengan pidatonya mulai bergumam.
“Anji*g.” Zuco, yang mendengar gumaman Riski menggelengkan kepalanya.
“Oh iya, jangan-jangan bener lagi, yang mengunci Mei dan Yalisa di toilet wanita adalah kamu, wah wah wah..., Apa perlu saya usut masalah itu juga? Karena mereka berdua ada saksi, secara kamu dan Mei kan bilang kalau mereka itu bertemu cowok, kalau kamu ketahuan bohong, luar biasa sekali kelakuan kamu.” Bu Amel menatap tajam ke arah Riski.
“Coba kamu maju ke depan bawa buku, kerjakan tugas kamu yang hilang.” Titah bu Amel.
Ada sedikit perasaan takut Yalisa dan Mei melihat bu Amel memperlakukan Riski secara berlebihan, mereka berdua sesekali bertatapan dengan cemas, sementara Riski yang maju ke depan di minta bu Amel untuk duduk di lantai tanpa alas dan meja di sudut ruangan dekat jendela kaca.
“Kalau memang sudah mengerjakan pasti cepat selesai, kalau enggak selesai kamu terima goreng panas dari saya.” Ucap bu Amel dengan judes.
Perasaan Riski bercampur aduk marah kesal benci malu ingin memberontak, tapi dia masih bisa menahannya karena tidak mau berurusan lebih panjang dengan bu Amel, ia juga takut nilainya anjlok karena satu masalah ini, Riski melihat dengan selidik, siapa kira-kira yang melakukan hal itu padanya.
“Ngapain kamu, kerjakan! Oke anak-anak buka pelajarannya lagi, ibu akan menjelaskan pelajaran yang di buku, kalian perhatikan dengan serius,” Titah bu Amel.
Riski yang memang dasarnya mencontek kesulitan mengerjakan PR nya sampai jam pelajaran bu Amel hampir selesai dia hanya mampu mengerjakan 5 dari 10 soal.
“Sudah mengerti anak-anak.” Tanya bu Amel yang telah selesai menejelaskan pelajaran hati itu.
Anggota kelas menjawab sudah, karena kalau bilang tidak, bu Amel akan menyuruh siswa itu maju ke depan untuk mengerjakan soal, yang langsung di arahkan oleh bu Amel.
“Kamu sudah selesai?” Lirik bu Amel ke Riski.
Riski menggelengkan kepalanya, bu Amel meminta PR tersebut untuk di koreksi olehnya, Riski hanya bisa pasrah dan menyerahkan tugasnya itu.
Saat di periksa bu Amel dari 5 soal yang dapat ia kerjakan satu pun tidak ada yang benar al hasil bu Amel memberikan nila nol besar di bukunya, lalu menyerahkan kembali buku tersebut ke Riski.
“Oke anak-anak, ada soal kan disana, kalian kerjakan itu, di kumpul minggu depan, nah buat kamu! Sekali lagi jangan ulangi kebohongan mu, paling parahnya dari tadi kamu tidak ada minta maaf sedikit pun, saat di periksa kamu cuma mampu mengerjakan 5 soal, mengejutkannya kamu dapat nilai 0, mau jadi apa kamu? Ulurkan kedua tangan mu.” titah bu Amel.
Kemudian bu Amel mengambil rol kayu panjang dan memukul telapak tangan Riski masing-masing 5 kali pukulan dengan sangat keras, Riski yang sudah sangat malu memelototi bu Amel.
“Kalau kamu enggak terima, belajarlah lebih baik lagi, kalau mau lapor orang tua silahkan, akan ku suruh kamu untuk pindah sekolah, ah satu lagi, masalah Yalisa dan Mei akan saya selidiki, ketahuan kamu ada di balik semua ini, orang tua mu harus menghadap sekolah, duduk sana.” ucap bu Amel dengan perasaan risih pada Riski.
Setelah bu Amel mempersilahkan Riski duduk bel pun berbunyi, dan bu Amel memohon pamit pada mereka semua, setelah bu Amel keluar Riski berteriak keras.
“aaa!!!!!!!!!”
Zuco dan Marco coba menenangkan Riski dengan mengatakan.
“Sabar Nanti kita akan selidiki pelakunya.” ucap Zuco menenangkan Riski, Marco juga mencoba memberikan saran pada Riski.
“Pulang sekolah kita cegat semua teman sekelas,” ucap Zuco.
“Ahhh!”
Riski berteriak untuk melegakan hatinya yang seperti tertimpa batu besar, Marco dan Zuco saling tatap-tatapan karena takut pada Riski yang emosinya masih meledak-ledak, baru duduk sebentar Riski berdiri kembali dari tempat duduknya sambil menunjuk ke semua teman-teman kelasnya.
“Pokoknya kalian semua, jangan ada yang keluar kelas, sebelum lolos dari interogasi yang aku ajukan sama kalian satu persatu,” Titah Riski.
Yalisa semakin panik mendengar ancaman Riski, jantungnya berdegup kencang tak beraturan.
“Haduh gimana dong kalau ketahuan Mei?Kamu sih pake acara balas dendam segala, ketahuan babak belur kita berdua.” ucap yalisa, sambil berbisik Mei coba menenangkan Yalisa.
“Santai, jangan panik, kamu tenang rilex, slow ngak akan ketahuan kalau kita bersikap biasa saja” ucap Mei.
Karena tidak mau mendapatkan azab baru dari Riski dan kawan-kawan, Yalisa mencoba mengendalikan emosi dan rasa takutnya, saat ketegangan itu masih berlangsung guru yang akan mengajar mata pelajaran selanjutnya pun datang.
“Siang anak-anak, maaf bapak terlambat sedikit karena ada panggilan alam tadi hehehehe.” pak guru merasa heran karena semua siswa hening meski pak guru telah membuat humor.
“Kelas kok sepi bangat kayak kuburan, semangat-semangat, meski pun ini kelas siang, kalian harus tetap semangat.” ucap pak guru lagi.
Hanya sebagian siswa/i saja yang merespon candaan pak guru tersebut, selama pelajaran berlangsung kelas seolah hilang semangat belajar, akibat ancaman dari Riski.
Setelah kelas usai pak guru memohon pamit, dan waktu pulang juga sudah tiba, lalu Riski kembali menegaskan.
“Jangan ada yang keluar sebelum berhadapan dengan ku, Yovi kamu cek para cewek,” Titah Riski.
Riski, Zuco, Marco dan Yovi bergegas maju ke depan kelas, kemudian Riski memerintahkan Marco jaga di pintu untuk mengawasi guru.
Bersambung...
HAI READERS YANG MANIS JANGAN LUPA UNTUK SELALU DUKUNG AUTHOR DENGAN KASIH LIKE, KOMEN, HADIAH, VOTE SERTA TEKAN FAVORIT TERIMAKASIH BANYAK ❤️
Instagram :@Saya_muchu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Rey Abdullah (Pena: Kutam)
Kalu aku ada disitu, aku langsung maju ke depan dan langsung pukul pipinya
2021-12-31
0
Rey Abdullah (Pena: Kutam)
Yeyyy Riski dapet telor ceplok yang gede
2021-12-31
0
Rey Abdullah (Pena: Kutam)
HEHEHE
2021-12-31
0