“Zuco, jangan gini kenapa? Banci bangat sih!Mentang-mentang keluarga kamu ada guru disini jadi seenaknya kamu, lepasin tangan kamu dari Lisa,” Bentak Mei
“Lepasin!”
Yalisa terus meminta agar Zuco melepaskan tangannya.
“ Plak!!”
Zuco memukul keras bibir Yalisa sampai berdarah, dan melepaskan rambut Yalisa.
“Melawan lagi awas kamu ya! Ingat kamu enggak berhak buat melawan, manusia miskin, manusia sampah, bau busuk! Bapak kamu juga petani busuk yang sudah mati! Dasar anak yatim sialan!”
Ucap Zuco dengan wajah yang penuh emosi, kemudian melepaskan rambut Yalisa.
“Nanti kamu masih dapat bagian dari aku, di tunggu ya,”
Ucap Riski sambil menjitak kepala Yalisa, Yalisa meneteskan air matanya dan duduk kembali ke bangkunya, teman-teman di kelasnya pun kembali duduk ke bangku masing-masing setelah tontonan sedap tadi.
Perlakuan kejam itu sudah Yalisa dapatkan sejak semester pertama masuk ke sekolah, tiada yang perduli kecuali seorang Mei.
“Minum,”
Mei menyodorkan Yalisa sebotol air mineral kemasan botol.
“Makasih ya, Mei,”
Mata Yalisa tak berhenti bergerak, dia juga menghembuskan nafas berat, mencoba menahan air matanya. Perasaan malu marah bercampur dalam hatinya. Dan tak lama guru pun masuk ke dalam kelas.
“Pagi anak-anak,”
Namanya Pak Ari, guru Seni jurusan mereka.
“kamu kok berantakan bangat Lisa? Ngak sisiran ya tadi?” Ucap pak Ari
“Maaf pak,”
Lalu Mei mengadukan perbuatan Zuco pada Pak Ari.
“Itu gara-gara Zuco pak, dia jambak rambut Lisa, dan juga memukul wajah dan bibir Yalisa,”
“Oh ya? Kamu Yalisa tiap hari bertengkar terus, semua orang kamu lawan, kamu itu perempuan lo lawannya kok laki-laki, suka bangat kamu bertengkar ya! Lihat kondisi kamu, lusuh bangat mirip orang gila,” Ucap pak Ari
“ Tapi pak, mereka yang salah,” Sahut Yalisa
“Cukup Lisa, kalau semua kamu musuhi, semua kamu lawan, berarti kamu yang enggak beres! Kita lanjut belajar, kamu kalau mau ikut belajar silahkan, kalau enggak keluar sana,”
Yalisa kembali merasa tertekan, lalu ia merapikan rambutnya dan mengikuti pelajaran sampai selesai.
Setelah selesai jam pelajaran pak Ari Mei mengajak Yalisa ke kantin
“Ayo ke kantin,” ucap Mei.
“Ngak ah, malas,” sahut Yalisa.
Yalisa menggelengkan kepalanya, tapi Mei menarik tangan Yalisa
“Ayo, jangan banyak alasan, kamu belum makan kan? Kamu itu butuh energi untuk melawan para hama itu,”
Yalisa terus menggelengkan kepalanya
“Tenang, aku yang traktir,”
Karena bujukan dari Mei, akhirnya Yalisa mau pergi ke kantin, sesampainya di kantin Yalisa dan Mei memesan nasi goreng, setelah pesanan mereka jadi, mereka berdua mengambil tempat duduk di salah satu meja yang ada dalam di kantin. Saat nikmat-nikmatnya mereka makan, Riski dan gengnya datang ke kantin
“Ada babi tuh,”
Sambil menunjuk Yalisa, Marco dan Zuco pun senyum sinis mereka mulai berjalan mendekati meja Yalisa.
“Enak ya?”
Riski bertanya pada Yalisa, tapi Yalisa tak merespon perkataan Riski dan tetap melanjut kan makannya. Tiba-tiba Zuco meletakkan jari telunjuknya ke dalam nasi goreng Yalisa.
“Baru makan nasi goreng sudah sombong,” Ucap Zuco.
Mei yang merasa risih langsung memukul tangan Zuco.
“Makin kesini makin ngak beretika ya?”
Mei berkata sambil mengunyah nasi gorengnya.
“Mei, alasan aku enggak mengusik kamu, karena kamu anak orang kaya, kalau saja derajat kamu sama dengan si babi, pasti kamu bakalan habis juga!” Ucap Zuco.
Mei menghentikan suapan nasi gorengnya dan menatap Zuco.
“Kalau begitu, apa kita berdua ini sederajat? Kalau harga diri seseorang di tentukan berdasarkan kasta, berarti aku boleh dong buat bully kamu!” Ucap Mei.
Seketika Zuco kehabisan kata-kata, dan Mei melanjutkan perkataannya lagi.
“Tapi sorry bos, aku itu di ajarkan etika dan sopan santun oleh orang tua ku, jadi selain aku kaya, aku juga berkelas dan berbobot, kita enggak sama,” Ucap Mei
Karena Zuco tidak dapat menjawab perkataan Mei, Marco mencoba membela Zuco.
“Walau pun kamu kaya, aku enggak perduli, jangan terlalu ikut campur dengan urusan kami,” Ucap Marco.
“Aduh udah dong, kalian jangan bertengkar gara-gara aku,” Yalisa mencoba melerai.
“Ya sudah, kami sudah selesai, silahkan kalian makan dengan tenang, kami enggak akan mengganggu,”
Ucap Mei sambil mengajak Mei untuk segera pergi dari kantin Riski menatap tajam kepada Yalisa dan Mei, dan ingin merencanakan sesuatu.
“Kayaknya kita harus kasih pelajaran sama Mei, biar kosa katanya enggak semakin berkembang,” Ucap Riski.
Marco dan Zuco pun menganggukkan kepala tanda setuju.
“Aduh Lis, aku kan belum selesai makan,” Ucap Mei
“Sudahlah, Malas bangat ribut sama mereka, kalau di ladenin nanti enggak akan kelar-kelar.” Yalisa memberikan pengertian pada Mei.
“Kamu benar juga sih, eh nanti pulang sekolah main ke Kafe yang baru buka itu yuk!”
“Ya... kamu kan tau kalau aku enggak punya uang,” ucap Yalisa.
“Tenang nanti aku traktir, asal kamu mau ikut,” sahut Mei.
“Kamu makin hari makin boros Mei,” sahut Yalisa.
Mereka berdua pun pergi menuju kelas, tapi tiba-tiba Mei merasa ingin buang air kecil.
“Toilet dulu yuk,” Ucap Mei.
“Ayo buruan, bentar lagi masuk pelajaran matematika,” Sahut Yalisa.
Yalisa dan Mei lari-lari kecil ke toilet, sesampainya mereka ke Toilet, Mei dan Yalisa masuk ke dalam salah satu kamar toilet, tanpa mereka sadari dari luar ada yang mengunci pintu toilet mereka berdua, setelah Yalisa selesai buang hajat, dia mencoba membuka pintu toilet, tapi tidak bisa.
“Mei, kamu iseng bangat sih,kunci pintu toilet ku segala,” Ucap Mei dengan suara keras.
“Apa sih, aku masih di dalam toilet juga bodoh,”
sahut Mei.
“Terus siapa dong yang kunci dari luar,” Ucap Yalisa.
“Setan kali, tenang aku bakalan bukain” Sahut Mei.
Disaat Mei ingin keluar, dia kaget karena pintu toiletnya juga tidak bisa di buka.
“Gawat Lis, aku juga di kunci nih,” ucap Mei.
Mereka berdua mulai merasa panik, karena jam pelajaran akan segera di mulai, dan tiba-tiba bel berbunyi.
“Apes.. apes... ada yang ngerjain kita nih Lis,” Ucap Mei.
“Iya nih, woi ada orang di luar enggak? Tolongin kita dong buat buka pintu.” teriak Yalisa sambil terus mencoba mendorong pintu toilet sebisanya.
“Lis, gawat nih kalau kita sampai enggak masuk mata pelajaran bu Amel, bisa di hukum berat kita,” Ucap Mei.
“Iya Mei, aduh gimana ya? Bu Amel kan guru killer, cari masalah kita kalau enggak masuk pelajaran dia,” Sahut Yalisa.
Mei dan Yalisa terus mencoba membuka pintu sambil meminta tolong, hingga bel berbunyi.
“Tet... Tet... Tet... ”
Jam pelajaran matematika pun telah usai
Yalisa menghela nafas.
“Huff..... Habis deh kita kali ini.”
Ucap Yalisa dengan perasaan lemas. Dan tiba-tiba dari luar kamar toilet terdengar ada langkah kaki mendekat.
“Halo... Siapa di luar, tolong dong bukain pintunya, kita terkunci di dalam!”
Pinta Yalisa, Mei juga ikut meminta tolong.
“Iya siapa saja tolong, kita udah lama nih disini!” Teriak Mei.
Dan langkah kaki itu pun mendekat ke depan pintu toilet Yalisa.
“cetekk...”
Akhir pintu toilet Yalisa terbuka saat Yalisa keluar, dia melihat yang membuka pintu adalah teman satu angkatannya tapi berbeda jurusan dengannya. Namanya Leo, berkulit putih bersih tampan hidung mancung rambut lurus dan tinggi 180 cm, yang membuat Yalisa yang tinggi 150 cm berdiri di sampingnya seperti kurcaci.
“Terima kasih banyak ya Leo, nama kamu Leo kan?” Yalisa berkata dengan tersenyum.
“Iya, kalian berdua betah ya di dalam sini?” Ucap Leo
Bersambung...
HAI READERS YANG MANIS JANGAN LUPA UNTUK SELALU DUKUNG AUTHOR DENGAN KASIH LIKE, KOMEN, VOTE HADIAH SERTA TEKAN FAVORIT TERIMAKASIH BANYAK ❤️
Instagram : @Saya_muchu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Indah Nihayati
gregetan dehhh
2022-02-26
0
kekey euis
semngat thor
2022-01-31
0
As Ia🦄
mampir kak author semoga bagus😍
semngat 💪
2022-01-16
0