Reza keluar dari kontrakan Dian. Dia segera melajukan motornya yang terparkir di halaman bangunan itu. Beruntung saat Reza nyaris dikuasai oleh nafsu, akal pikirannya justru lebih mendominasi. Dia meninggalkan Dian di dalam kamar rumah kontrakan itu yang entah bagaimana pikiran dan perasaan nya saat ini.
"Huft, nyaris saja. Dasar kau Reza. Nyaris saja kau merusak masa depan gadis lain" rutuk Rezapada dirinya sendiri diatas kuda besi yang sedang melaju.
Saat tiba di hunian sementaranya, Reza bergegas masuk ke kamar mandi. Dia mengguyur dirinya dengan air dingin untuk menenangkan pikiran dan emosinya.
Setelah mandi dibawah guyuran shower selama setengah jam, Reza keluar dari kamar mandi. Dia melangkah menuju ponselnya diatas ranjang yang baru saja meredup setelah beberapa detik dia lihat menyala. Dibukanya benda pipih itu, terdapat sebuah pesan dari sang Mama.
'Nanti malam pulang lah ke rumah utama. Mama dan Papa ingin membicarakan sesuatu denganmu' isi pesan yang Reza baca dari ponselnya.
Reza meletakkan ponselnya lagi. Dia berjalan ke arah lemari di kamarnya itu dan berganti pakaian dimana sebelumnya ia hanya memakai selembar handuk yang dililitkan di pinggangnya.
Reza mengancingkan kemeja nya didepan cermin di kamar kost nya. Dia berpikir pasti sang Mama akan menuntut perjodohan itu lagi. Pada akhirnya, Reza memilih mengalihkan pikirannya dengan datang ke kantornya. Dia akan ke rumah orang tuanya besok sepulang dari kantornya.
***
Meski dia merupakan seorang CEO di perusahaannya sendiri, pagi itu dia pergi mengendarai motor. Tak banyak yang tau jika Reza adalah seorang CEO di perusahaan start-up PT. REZ Technology adalah mahasiswa di salah satu Universitas yang mengambil salah satu mata kuliah Rekam Medik.
Di dalam perusahaannya pun, karyawan biasa hanya tahu jikalau pemilik perusahaan tempat mereka bekerja adalah seorang pria yang masih muda dan brilliant. Hanya beberapa karyawan yang merupakan karyawan inti yang merintis perusahaan bersama Reza yang mengetahui bahwa dia adalah CEO-nya.
"Pagi, Pak. Hari ini jadwal anda hanyalah menandatangani berkas perjanjian kerjasama dengan perusahaan pengembang. Selain itu tidak ada agenda untuk hari ini" ujar sang Asisten begitu Reza keluar dari lift di lantai paling atas menuju ruangannya.
"Hari ini kamu gak ada jadwal kan?" tanya Reza balik.
"Hemm.. Gak ada, Pak" ujar sang Asisten.
"Udah gak usah terlalu formal. Disini udah tinggal kita berdua aja, Ris" ujar Reza begitu mereka telah memasuki ruang kerja Reza.
Asistennya yang merupakan sahabat baiknya yang bernama Fariz pun hanya mengesah pelan.
"Kenapa?” tanya Reza memicingkan alis melihat Fariz seperti sedang memikul beban berat.
Sorot mata takam Fariz ditujukan kepada Reza.
"Kamu gak ada rasa bersalah gitu ke aku?" ujar Fariz sinis.
Reza hanya menggeleng dengan tampang tak Berdosanya.
"Aku udah bosan diteror Mama kamu, tau gak? Masa tiap hari nanyain kamu diman, lagi apa, dan lain-lain. Kalah deh pacarnya. Eh lupa, kamu kan jomblo." sarkas Fariz.
Brukk.
Sebuah kotak melayang tanpa mengenai Fariz.
"Dasar! Kamu sendiri juga jomblo!" balas Reza tak terima.
"Yee, aku udah punya gebetan. Ga kaya situ, jomblo karatan."
Tak lama terdengar suara pintu diketuk. Seorang security masuk.
"Maaf, Pak. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Bapak" ujar sang security sopan.
"Siapa, Pak?" tanya Reza.
"Seorang perempuan bernama Dian, Pak."
"Oh, iya. Suruh masuk aja, Pak" ujar Reza.
Merasa perlu adanya sebuah penjelasan dan penyelesaian mengenai apa yang terjadi dengan mereka kemarin, Reza membiarkan Dian menemuinya. Fariz yang hendak beranjak dari ruangan Reza pun mendadak diperintahkan untuk tetap berada disana untuk mengusir kecanggungan yang mungkin akan terjadi.
Dian memasuki ruangan Reza. Tampak dari cara dia berjalan, dia sedang gugup.
"Duduklah" perintah Reza.
Dari nada bicaranya, tampak bahwa Reza sedang menahan amarah akan kejadian kemarin. Meski dia pun juga turut andil dalam kesalahan yang terjadi kemarin.
"Maafkan aku, Rez. Jujur aku tak tahu lagi bagaimana supaya kamu mau melihat ku lebih dari sekedar temanmu." tutur Dian.
"Aku tulus menyukai kamu, Rez. Dan aku udah lama menyukaimu. Maaf kalau kemarin aku bertindak keterlaluan" sesal Dian.
Reza hanya diam mendengarkan. Tak tampak senyuman ramah seperti biasanya kepada Dian semenjak mengetahui bahwa temannya itu menyukainya hingga melakukan hal sejauh itu.
"Kamu tau, Yan. Aku tak pernah sedikit pun menaruh perasaan kepadamu. Dan kamu tau kalau aku hanya menganggap kamu sebatas sahabat, gak lebih" ujar Reza dingin.
Bagai ditusuk ribuan belati, Dian merasakan nyeri, sakit yang teramat sangat didalam hatinya. Sungguh, penolakan dari Reza yang baru saja dilontarkan, membuat hatinya sakit teramat sangat. Namun bukan Dian namanya jika dia menyerah hanya karena ucapan pedas dari Reza.
Dian tak akan putus asa mengejar Reza, dan dia akan melakukan berbagai cara agar hanya dirinyalah yang akan bersanding dengan Reza.
Untuk saat ini Dian menuruti apa yang Reza katakan. Hal itu dia lakukan agar Reza tak terlalu jauh untuk ia gapai.
Fariz yang sedari tadi bagaikan patung yang berdiam diri mendengar pembicaraan mereka kini angkat suara.
"Maaf, bolehkah aku keluar ruangan dulu?" tanya Fariz.
Seketika Reza menatap Fariz dengan tatapan membunuh. Hal itu membuat nyali Fariz untuk meninggalkan ruangan itu surut.
"Kamu boleh keluar" ujar Reza kepada Dian.
"Baiklah, sekali lagi aku minta maaf. Dan aku harap kita bisa bersahabat lagi seperti sebelumnya" ujar Dian sebelum meninggalkan ruangan itu.
Reza hanya diam tak memberi jawaban apapun. Entah bagaimana perasaan Reza kini. Selain desakan dari Mama nya, kini muncul masalah baru dengan Dian yang telah lama menjadi sahabatnya.
Kini Reza mengerti bahwa tak ada yang berjalan dengan benar persahabatan antara laki-laki dan perempuan.
Reza mencoba memfokuskan pikirannya ke berkas yang tadi hendak ditandatangani olehnya.
"Kita makan siang bersama setelah ini. Kamu turunlah dahulu"
Fariz mengangguk. Dalam hati kecilnya dia bersorak bahagia. Bagaimana tidak,setelah tadi dia terjebak dalam situasi yang mencekam, kini ia terbebas dari situasi tersebut.
Untuk masalah tadi, Fariz tak menanyakan apapun kepada Reza. Hal itu karena dia sangat paham jika Reza tak akan memberitahu apapun masalah pribadinya kecuali jika ia menceritakan sendiri masalahnya. Fariz hanya bisa menunggu meski ia paham jika terjadj sesuatu yang tak beres antara Reza dan Dian.
Fariz berjalan ke parkiran mobil kantor tersebut, kemudian Reza pun menyusul melalui lift yang langsung terhubung ke parkiran eksekutif dimana mobilnya yang ia titipkan kepada Fariz diparkir
Reza dan fariz pergi ke restaurant Italia siang itu. Entah apa yang membuat Reza ingin pergi ke tempat makan tersebut karena sangatlah jarang Reza ingin makan makanan khas Italia.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
NurMa 🍌
mudah2an gk ada pelakor
2020-12-18
2
Yuyun Wahyuni
Semangat ka.....
2020-11-17
2
🌹🌹Asyfa🌹🌹
ayo kk up lg,,, penasaran ini🤔🤔🤔
semangat y thorrrr💪💪💪
2020-11-16
1