Pagi itu suara berisik membangunkan Reza. Terdengar suara orang ribut-ribut diluar. Terdengar suara ibu-ibuk berteriak diiringi suara ketukan keras pada sebuah papan kayu.
Reza yang masih enggan beranjak dari tempat tidurnya, menutup kepalanya dengan bantal, berharap agar tak mendengar suara berisik itu. Namun entah mengapa suara ribut itu malah terdengar semakin jelas dan keras.
"Rezaaaa! Buka pintunyaaa!" terdengar suara orang berteriak sembari menggedor pintu kamar Reza.
"Duh, siapa sih pagi-pagi gini berisik!"
Dengan langkah yang masih sempoyongan, Reza berjalan menuju pintu dan membuka kunci knop nya.
"Dasar kamu yaa! Kebiasaan banget! Dari semalam Mama telponin gak diangkat! Nih rasain!" Sang Mama menjewer telinga Reza.
"Aduh, Ma. Ampun.. Maafin Reza, Ma!" Reza mengiba agar sang Mama berhenti menjewer telinganya.
Setelah dirasa cukup memberi pelajaran kepada sang anak, akhirnya Mama Reza menghentikan aksinya menjewer telinga Reza.
Sang Mama duduk di sofa dalam kamar itu. Reza yang masih merasakan panas pada telinganya, mengusap-usap telinganya yang kemerahan.
"Ada apa Mama kesini?" tanya Reza.
"Mama mau menagih janji kamu buat bawa calon mantu kerumah" ujar sang Mama tanpa basa-basi.
"Ish, Mama. Iya, iya, Reza bakal bawa pulang calon mantu yg baik buat Mama. Mama gak perlu khawatir" ujar Reza malas.
"Ya udah. Jangan lupa nanti malam pulang ke rumah."
"Udah gitu aja? Mama bikin keributan cuma karena hal ini aja?" ujar Reza tak percaya.
Sang Mama hanya tersenyum sambil berlalu sementara Reza masih merasa sedikit sebal karenanya.
"Untung Mama tercinta." lirih Reza.
***
Pagi ini Reza tidak ada jam kuliah. Seperti biasa, dia pergi mengunjungi kafe yang merupakan salah satu aset pribadinya. Karena hari ini dia sedang malas memasak, dia meminta chef di kafe itu untuk membuatkan sarapan.
Reza menempatkan dirinya duduk di meja pojok dengan tempat duduk berupa sofa yang menempel pada dinding. Dia meminta karyawan kafe nya menyediakan secangkir capuccino dan beberapa cemilan ringan.
Reza membuka laptop yang setiapsaat ia bawa. Beberapa saat kemudian, pesanannya datang.
Usai karyawan Reza berlalu untuk kembali bekerja, tak lama lonceng kecil diatas pintu kafe berbunyi. Seorang wanita yang tampak familiar bagi Reza, datang bersama seorang pria dengan bergandengan. Tampak oleh Reza jika tangan wanita itu bertautan dengan lengan pria yang datang bersama.
Dua orang itu kemudian duduk di bangku yang tak terlalu jauh dengan bangku Reza. Reza hanya memperhatikan mereka sambil sesekali menyesap minumannya.
"Jadi gimana, Mamamu masih bersikeras menjodohkan kamu?" Ujar pria itu memulai pembicaraan.
Wanita itu hanya mengangguk mengiyakan. Jelas terlihat oleh Reza jikalau wajah wanitaitu sedang bersedih.
"Apa perlu kakak bantu ngomong biar kamu tak terus-menerus dipaksa menerima perjodohan itu?"
"Jangan, Kak. Nanti malah tambah runyam." ucap wanita itu sambil menunduk
"Argh! Lagian kamu juga sih. Betah amat menjomblo. Kamu emang ga ada tertarik sama pria lain gitu?" Tanya pria itu yang tak lain adalah Reyhan, Dosen di Universitas tempat Reza berkuliah.
"Aku masih gak bisa ngelupain dia kak" lirih wanita didepannya yang tka lain adalah Vio.
'Jadi Pak Reyhan bukan kekasih Bu Vio?' pikir Reza.
Reza masih mencuri dengar pembicaraan dua orang itu. hingga sebuah suara dari ponselnya membuyarkan fokusnya menguping Vio dan Reyhan.
"Ah, ya sudah deh. Paling tidak aku udah tau kalau Pak Reyhan bukan siapa-siapa Bu Vio"
Reza berlalu begitu saja tanpa menyapa Vio dan Reyhan yang dilewatinya. Dia buru-buru menuju tempat parkir motornya. Tak lama, dia melajukan motornya ke tujuan.
Reza berhenti di sebuah apotik untuk membeli beberapa obat-obatan. Tak lupa dia membeli bubur dan makanan lainnya. Setelah dirasa semua yang dibutuhkan telah ia bawa, ia kembali melajukan motornya hingga ke sebuah bangunan yang merupakan rumah kontrakan.
Reza memarkirkan motornya di pekarangan kontrakan itu. Setelah itu, ia mengetuk pintu rumah itu. Karena tak ada jawaban sama sekali, Reza membuka pintu yang ternyata tak dikunci.
Reza meletakkan makanan di meja makan rumah itu lalu berlalu menuju pintu sebuah kamar. Diketuknya pintu itu beberapa kali. Masih tak ada jawaban.
'Apa dia tertidur?' pikir Reza
Reza membuka pintu perlahan. Dia melongokkan kepalanya kedalam kamar. Tak didapati siapapun di sana. Reza melangkahkan kakinya masuk ke kamar itu hingga ia dikejutkan dengan suara pintu yang ditutup lalu dikunci oleh pemiliknya.
"Dian? Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu sedang sakit?"
"Kamu akan datang kesini hanya ketika aku bilang kalau aku sakit?" ujar Dian sembari tersenyum miris.
"Ya. Karena kamu tidak sakit, aku akan kembali." ujar Reza hendak pergi keluar kamar itu.
"Jangan pergi, Reza. Tetaplah disini" ujar Dian mengiba.
"Maaf Dian. Aku tak bisa" ujar Reza teguh dengan pendiriannya.
Reza memalingkan wajahnya, dia tak ingin menatap ke arah Dian yang saat itu mengenakan pakaian yang sangat kurnag bahan. Bagaimana tidak, pakaian yang saat ini dipakai oleh Dian sangatlah tipis sehingga menampakkan pakaian dalam yang Dian pakai.
"Aku tak akan memberikan kuncinya padamu." ucap Dian sembari memasukkan kuncinya kedalam pakaian dalam yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Apa maumu,Yan?" geram Reza.
"Aku hanya mau kamu, Rez" ucap Dian sensual.
Darah Reza berdesir. Pertahanannya nyaris runtuh saat Dian berbisik ke telinganya dengan bisikan yang menggoda. Belum lagi dengan pakaian yang sungguh mengundang nafsu. Sebagai pria normal, Reza tak memungkiri bahwa dirinya tergoda.
Jemari lentik Dian membelai dada Reza yang mematung seolah tersihir oleh pesona Dian. Di kampus, Dian tergolong siswi yang cantik dengan bodygoals yang sangat diidamkan wanita lain. Tubuh Dian yang sintal dengan aset yang sangat menggoda, membuat siapapun pasti ingin mencicipinya.
Entah setan apa yang merasuki Reza, hingga Reza terbawa dengan permainan Dian.
Bisa Reza rasakan ada sesuatu yang mengeras dibawah sana. Dian yang tengah menggoda Reza dengan tubuhnya, merasakan milik reza yang mengeras. Dia mengelus sesuatu yang mengeras dari balik celana yang dikenakan Reza.
Dian yang tampak lihai, memainkan milik Reza dengan baik hingga membuat Reza merem melek keenakan. Dian mulai menurunkan pengait dan resleting celana Reza untuk memudahkan tangannya menelusup dibalik celana Reza.
Reza yang mulai terbawa hasrat, menarik tengkuk Dian dan mulai mengikuti permainan yang ditawarkan oleh Dian. Meski itu adalah hal yang pertama bagi Reza, bukan berarti dia tak mengetahui bagaimana melakukannya, karena terkadang dia juga menonton film dengan adegan serupa.
Reza memperlakukan Dian dengan lembut. Dalam kegiatan adu bibirnya, tangan keduanya saling bergerilya menjelajahi tubuh satu sama lain. Dian membuka kancing kemeja yang Reza gunakan, sementara pakaian Dian sudah lolos begitu saja karena Reza dengan mudah merobek pakaian tipis itu.
Reza menuntun Dian menuju ranjang. Reza terus memainkan gundukan pada tubuh bagian atas Dian. Desahan pun lolos yang membuat Reza semakin bersemangat bergerilya pada tubuh sintal itu.
Hingga setelah keduanya tak terhalang oleh sehelai benang pun, Reza yang telah diliputi kabut gairah yang teramat sangat, bersiap menyatukan dirinya dengan Dian. Namun tiba-tiba Reza menghentikan aksinya. Dia menyadari bahwa itu adalah pertama kalinya bagi Dian. Reza tak ingin merenggut milik Dian sementara dia tak bisa bertanggung jawab akan wanita itu dikemudian hari.
Reza bangkit dan memakai kembali pakaiannya lalu berlalu pergi keluar dari kamar itu meninggalkan Dian yang masih terpaku karena frustasi.
Bersambung...
***
Gak sampe panas dingin kan bacanya? 😅😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Teguh Apriady
selamet 2x
makasih thor
😂😂😂
2022-08-30
0
Annisa Assegaf
ikut tegang deh Thor bacanya🤭
2021-12-24
1
Ndhe Nii
Alhamdulillah.... Reza sadar akan tanggung jawab
2021-07-12
1