“Ini apa-apaan sih? Kenapa saya harus didandanin?!” Adelia makin bingung. “Saya gak mau ikut acara kalian! Saya mau pulang ke rumah!”
“Masih ngomong begitu!” Hardik lelaki berjas yang mengikuti di belakang Adelia. “Gue habisin lo!”
Lelaki berjas menatap Adelia tajam. Ia menunjukkan sepatu cowboynya, mengingatkan Adelia bahwa ia menyimpan kantung berisi pisau disitu. “Capek gue ngingatin lo supaya jangan banyak bacot. Ikutin mereka. Kalau enggak, lo gak bisa selamat keluar dari pulau ini!” Bahasanya kini lebih kasar karena dia sangat jengkel.
“Udah nurut aja Ciinn. Biar gak digalakin….”
Adelia diam. Dengan setengah hati ia mengikuti lelaki kemayu yang terus berjalan menuju bangunan besar.
“Waktunya sudah mepet Boss. Kita harus cepat.” Salah seorang cewek mengingatkan lelaki kemayu.
”Waduuuhhh. Iya nih. Tapi dia masih berantakan banget.” Si lelaki kemayu rada cemas. “Yuk, buruan Ciinn..!”
Rumah peristirahatan itu sangat besar. Seperti rumah induk yang mempunyai banyak bagian. Lelaki kemayu
itu tidak berjalan menuju pintu utama di bangunan besar. Ia malah membawa Adelia ke bagian
samping. Disana ada semacam pavilyun yang agak terpisah dari bangunan utama.
Adelia dibawa masuk kesitu. Lelaki berjas menunggu di luar pavilyun.
“Itu kamarnya. Kita dandanin kamu disitu ya Ciin.” Adelia mengikuti lelaki kemayu yang terus masuk ke pavilyun. Di dalam terlihat sebuah kamar besar yang rapi dan bersih. Mereka semua masuk ke kamar itu.
“Ganti bajunya dulu ya. Udah jangan melotot, nurut aja. Eike juga takut disini. Kalo gak ngikutin perintah pasti Eike gak dibayar! Orang sini galak-galak kayak serigala.”
Adelia mengangguk setengah hati.
“Kok diam aja?! Buruan! Lepasin dulu baju kamu yang jelek!”
“Iii… iya..” Meski jengah Adelia terpaksa melepas bajunya.
“Ngapain juga malu-malu ganti baju di depan Eike. Dikira Eike nafsu apa lihat situ?!” Lelaki kemayu sewot. “Cepat lepas!”
SRRTT! Akhirnya Adelia melepas bajunya. Kini tubuh indahnya terlihat. Meski si lelaki kemayu cuek padanya, tapi Adelia malu hanya mengenakan pakaian dalam di depan seorang lelaki.
“Nih bajunya yang Eike siapain buat kamu. Indah mempesona tiada tara kan?” Lelaki kemayu menunjukkan sebuah baju yang sudah disiapkan di gantungan.
Adelia heran. Baju yang disuruh dipakainya ternyata sebuah gaun mewah berwarna putih berbahan halus yang tentunya sangat mahal. Gaun itu bagian bawahnya sangat lebar menyapu lantai.
“Ini gaun buat apa?”
“Ya buat situ lah. Sudah, pake aja.”
Dibantu kedua asistennya. Gaun itu dipakaikan ke Adelia. Adelia kini mengenakan gaun putih indah seperti yang bisa dilihatnya pada acara pesta pernikahan orang kaya di film-film.
“Nah, cantik kan…?!”
“Tapi, Boss. Lihat… Bagian itunya!” Perempuan asisten menunjuk ke pinggang Adelia.
Si lelaki kemayu kaget. “Kok longgar?”
“Iya. Ini longgar banget.” Perempuan tadi bicara lagi. “Gak enak banget lihatnya.”
“Mestinya gaun ini ngepas. Bukan longgar kayak gini.”
Adelia menatap bagian pinggangnya. Baju itu memang los di bagian pinggang!
“Aaih, ini bukan salah eike lho. Katanya Eike disuruh bikin gaun pesanan. Panjang sampe mata kaki sekian senti! Lingkar pinggang sekian senti. Ya udah Eike buatin begitu. Eh, ini sudah jadi kok masih kedodoran pinggangnya!” lelaki kemayu kesal.
“Lo diet ya buat nurunin ukuran pinggang?” Ia menatap Adelia curiga.
“Enggak.” Adelia menggeleng. “Dari dulu lingkar pinggang saya segini.”
“Kalau gitu dia salah ngasih ukuran pinggang kamu.”
“Sudah. Ini mah bisa aku akalin, Boss.” Si asisten menyiapkan benang dan jarum.
“Ya udah, kecilin pinggangnya! Kerutin yang rapih!”
Dengan cekatan si asisten perempuan melakukan sesuatu di baju itu. “Tolong kamu jangan bergerak
ya, ini harus saya jahit sedikit.”
Adelia diam kala si perempuan mengetatkan bagian pinggang gaun. Perempuan satunya juga membantu dengan cekatan.
Tak berapa lama si perempuan tersenyum. “Nah. Sudah tuh Boss. Pinggangnya sudah gak kedodoran.”
“Ahaaa…! Asisten Eike emang bisa diandalin. Jadi cantik deh gaun ini ke kamu.” Lelaki kemayu tersenyum
puas.
“Sekarang kita rapihin rambut dan make up kamu ya Ciiinn…!”
Adelia didudukan ke sebuah bangku. Lantas rambut Adelia ditata rapi. Ia juga di make up oleh si lelaki kemayu dan kedua asistennya. Ketiganya bekerja dengan cekatan layaknya pekerja profesional.
“Nah, lihat. Cantik kan kamu sekarang.” Lelaki kemayu menunjuk ke cermin besar.
Adelia terpana. Ia menatap cermin.
WOOWW! Si lelaki kemayu benar. Tak pernah Adelia melihat dirinya secantik ini.
“Ini baru pas buat acara lamaran! Calon suami kamu pasti senang melihat kamu secantik ini.” Lelaki kemayu tersenyum ke Adelia.
“APAAA?! SIAPA YANG MAU DILAMAR?!” Adelia kaget luar biasa!
“Gak usah teriak kayak gitu juga kalee.” Si lelaki kemayu menjawab. “Budeg kuping Eike dengarnya!”
“Tapi.. saya beneran gak ngerti. Siapa yang mau dilamar?”
“Ya situ lah. Masa Eike?”
“Haahh?! Saya yang mau dilamar?! Yang bener?!”
“Iya. Kamu.”
“Dilamar siapa? Pacar saya gak mau ngelamar saya kok?! Tadi saya ketemu pacar. Dia gak bilang
apa-apa.”
“Aih. Terkejut deh Eike. Pacar kamu banyak berarti ya?” Si lelaki kemayu senyum.
“Enak aja! Saya gak pernah obral cinta! Pacar saya cuma satu!”
“Iya. Eike percaya…. Percaya banget. Tapi, boong…” Lelaki kemayu tertawa. “Gadis secantik kamu pasti pacarnya banyak!”
“Hei! Malah ngobrol!” sebuah suara tiba-tiba menghardik mereka. Muncul lelaki berjas tadi .
“CEPAT BAWA DIA KE LOKASI! YANG MULIA SUDAH MENUNGGU!”
“Siaapp…!” lelaki kemayu segera menggamit Adelia. “Ayo, Ciin. Acara lamarannya di pinggir kolam renang.”
Dari pavilyun ada jalan memotong ke bagian lain rumah. Ternyata bangunan itu mempunya kolam renang yang cukup besar di halaman belakang.
Adelia berjalan agak susah karena bagian bawah gaunnya sungguh lebar menyapu lantai. Bagian bawah gaun itu sampai harus dipegangi si asisten wanita agar Adelia bisa lebih leluasa melangkah.
Beberapa orang berpakaian putih terlihat sibuk di dekat kolam renang. Ada yang menyiapkan meja panjang yang dipenuhi makanan dan minuman. Selain itu ada yang menyiapkan sebuah panggung yang dipenuhi rangkaian
bunga segar. Terlihat sebuah kursi mewah berwarna silver di panggung.
“Kita ke panggung.” Adelia lantas dibimbing lelaki kemayu dan dua asistennya menuju panggung. Lelaki berjas mengikuti di belakangnya.
“Silakan duduk Ciin.” Lelaki kemayu membantu Adelia ke sebuah kursi mewah yang terletak di tengah panggung.
“Eh, bangkunya diputar dulu!” Lelaki berjas menyergah. “Ini kan mau dibuat surprise. Dia gak boleh lihat calonnya!”
“Oh iya. Hampir lupa Eike. Eh, Abang-abang, tolong dong diputar bangkunya.”
Kursi itu cukup berat. Dua orang lelaki yang menyiapkan panggung memutar arah kursi. Kini posisi
kursi membelakangi orang yang menatap panggung.
“Nah ini baru pas!” Lelaki berjas mengangguk.
“Duduk Ciinnn…” Si lelaki kemayu membantu Adelia duduk.
Adelia duduk di kursi itu. Meski tak bisa melihat ke arah rumah, tapi ia bisa melihat panggung
yang dipenuhi bunga.
Beberapa petugas muncul ke panggung menaruh hiasan. Di belakang kursi yang diduduki Adelia mereka
menaruh pigura besi bercat putih berbentuk hati yang melambangkan cinta. Pigura itu dipenuhi rangkaian bunga dan dedaunan segar. Jumlah bunga dan dedaunan segar itu sangat banyak sehingga sosok Adelia yang duduk di bangku tak terlihat jelas.
BERSAMBUNG…….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ayam Hutan Sumatra
gimana jadi nya ya
2024-01-17
0
Karina Aprilia
halu tingkat dewaaaa 😀😀😀
2021-06-22
0
weny
surprise bt melody kyy tp mlh yg ngrasain adelia
2021-05-25
0