Adelia panik menatap lautan di bawahnya. Karena tak bisa bicara, Adelia menggerak-gerakkan kepalanya seolah menunjuk ke luar. Ia menatap lelaki berjas sambil melotot. Maksudnya ia takut dibawa terbang di atas laut.
Lelaki berjas menyadari kecemasan gadis itu.
“Sorry. Kenapa juga mereka menyumpal mulutmu kayak gini.” Lelaki itu melepaskan sapu tangan yang menyumpal mulut Adelia.
Pfuuhh! Adelia lega mulutnya sudah tak tersumbat.
“Ini apaan sih?! Kenapa kita di atas laut? Saya mau dibawa kemana?!” Semburnya ke lelaki berjas.
“Saya tidak boleh membocorkan tujuan!” Lelaki berjas menjawab santai.
“Heh! Saya harus pulang! Kamu gak bisa menculik saya kayak gini! Saya gak kenal kamu! Dan saya juga gak kenal kedua orang di mobil tadi!”
“Santai aja! Kamu pasti menyukai kejutan luar biasa yang sudah menunggumu di pulau itu!”
“Kejutan di pulau?! Kamu ngomong apa sih?!” Adelia jengkel.
“Ini bukan acara biasa. Ini acara spesial. Mereka yang di pulau sudah bekerja keras menyiapkan penyambutanmu….”
“Heh! Kenapa mereka harus nyambut saya? Lagian kita mau ke pulau apa?”
Lelaki berjas menunjuk ke bawah. “Kamu akan suka ke pulau yang indah itu. Lihat...! Indah kan?”
Dari jendela helikopter Adelia menatap ke arah lelaki itu menunjuk. Di bawah tampak sebuah pulau yang tak terlalu besar. Mungkin luasnya hanya beberapa hektar. Tapi pulau itu sungguh hijau dan cantik. Dikelilingi air laut yang biru jernih pulau itu semakin menonjol keindahannya.
Adelia memperhatikan, ada sebuah bangunan besar di pulau itu. Seperti rumah peristirahatan yang mewah. Dari atas kelihatan ada kesibukan beberapa orang di sekitar rumah.
“Itu pulau apa?”
“Pulau pribadi. Hanya pemilik dan orang yang diizinkan yang boleh masuk kesana.”
“Kenapa saya harus dibawa ke pulau pribadi?” Adelia makin tak mengerti. “Apa maksud semua ini?!”
Si lelaki berjas tersenyum. “Saya cuma boleh bilang ini kejutan. Dan saya hanya menuruti perintah untuk membawa kamu ke pulau ini. Kamu tinggal ikuti aja semuanya!”
“Enggak! Saya gak mau ikut! Buat apa saya ikut kesana?!”
“Kamu keras kepala juga ya. Dengar! Kalau kamu mau kerja sama, kamu gak akan luka!” Pisaunya kembali diacungkan ke depan Adelia. “Tapi, kalau kamu berontak… Saya akan memaksa kamu dengan kekerasan untuk mengikuti acara di pulau!”
“Hhihh! Kamu jahat! Kalian semua yang terlibat dalam urusan ini pasti komplotan penjahat!”
Lelaki itu tertawa. “Bisa iya, bisa enggak! Oh iya. Kenapa juga dua orang tadi mengikat kedua tanganmu? Lebay mereka. Ini harus dilepaskan.” Dia melirik ke tangan Adelia yang masih terikat.
“Mestinya kamu lepaskan dari tadi. Sakit tau!” Adelia jengkel.
Melihat sikap Adelia, lelaki itu mengangkat pisaunya yang tajam berkilat.
Adelia terpekik! “Aaargghhh..! Jangan…! Jangan tusuk saya!”
“Tenaangg…. Saya justru ingin melepaskan ikatanmu.” Lelaki itu tertawa kecil.
Adelia terdiam. Malu.
“Jangan bergerak. Nanti tanganmu bisa luka!”
Dengan pisaunya lelaki itu melepaskan tali yang mengikat tangan Adelia. Adelia meringis ngeri takut pisau itu mengenai kulitnya.
Sungguh cekatan lelaki itu menggunakan pisau. Tak perlu lama tali pengikat tangan Adelia sudah lepas. Adelia menggerakkan kedua tangannya yang terasa pegal.
“Aku harap tanganmu tidak lecet.”
“Ini lecet! Tangan saya kebas. Nyaris mati rasa diikat dari tadi!”
“Sabar Nona. Kamu harus merasakan sedikit kesusahan untuk mendapatkan kenikmatan luar biasa yang menantimu di pulau ini! Nanti baru kamu sadari bahwa kamu adalah perempuan yang sangat beruntung.”
Makin bingung Adelia jadinya. “Sekarang kamu ngomong saya beruntung. Sebenarnya ada apa ini? Kalian mau ngapain saya di pulau itu?!”
“Well…”
“Astaga...! Jangan-jangan....." Adelia terdiam.
Ia menatap si lelaki yang masih tersenyum sambil memegang pisau. "Jangan-jangan kamu dan teman-teman kamu akan menjadikan saya budak s*ks di pulau itu?!” Mata Adelia terbeliak. Ngeri memikirkan kemungkinan itu.
Si lelaki tertawa kecil. “Budak s*ks. Darimana kamu bisa menduga separah itu? Tentu saja enggak!”
“Kamu ngomong enggak tapi sambil ketawa?!” Adelia nyolot. “Sekarang tolong kamu jelasin! Kenapa saya dipaksa ke pulau ini?!”
Si lelaki menyeringai lebar. Ia menggelengkan kepala dengan santai. Lalu melebarkan kedua telapak tangannya di depan dada dan mengibaskannya ke samping. Menunjukkan ia tetap tak mau menjelaskan.
Adelia mendengus! Jengkel sekali karena lelaki itu tak mau menjelaskan.
“Sudah. Duduk saja yang manis. Kita mau mendarat.”
Di pulau itu ada helipad atau landasan tempat helikopter mendarat. Helikopter mengarah ke helipad.
Perlahan-lahan helikopter turun merendah. Mesin helikopter terus melambat seiring pesawat itu mendekati landasan. Lalu helikopter mendarat dengan mulus di helipad.
“Kita sudah sampai.”
Pintu helikopter dibuka. Adelia dibantu turun oleh si lelaki berjas. Saat turun, kembali kibasan baling-baling membuat rambutnya berkibaran.
Setelah agak jauh dari helikopter, lelaki itu berkata tegas ke Adelia. “INGAT! Kamu sudah berada di pulau ini! Dan ini pulau pribadi tanpa orang luar boleh masuk! Kalau kamu masih mau keluar dari pulau ini dengan selamat, kamu harus ikuti apa yang sudah disiapkan orang disini buat kamu!” Lelaki berjas mengancamnya sambil menunjukkan pisau.
“Paham kan?!”
Adelia mengangguk meski ia tak suka dengan ancaman itu. Tentu saja ia masih ingin keluar dari pulau ini.
Oke, kalau ia harus menurut agar bisa keluar dari pulau ini, ia akan menurut.
Lelaki berjas lantas menaruh pisau ke dalam bagian bawah sepatu kulitnya yang bergaya sepatu bot cowboy. Rupanya sepatu itu didesain khusus memiliki sebuah kantung pisau di sampingnya.
Ternyata ada 3 orang menunggu Adelia di dekat landasan helikopter. Seorang lelaki kemayu berpakaian putih halus bersama dua orang perempuan yang juga mengenakan pakaian putih. Mereka menatap Adelia yang dibawa lelaki berjas.
“Jadi ini orangnya?” Lelaki kemayu bertanya kepada lelaki yang memakai jas. Suara lelaki kemayu itu rada cempreng, suara hidung. Cara bicaranya sungguh feminin. Sepertinya lelaki aneh ini pemimpin dua perempuan yang bersamanya.
Lelaki berjas mengangguk. “Benar.”
“Aih cantiknya…!” Lelaki kemayu menatap Adelia.
“Kamu dandani agar dia lebih cantik!”
“Siaaap…!” Si lelaki kemayu menjawab. “Yuk, Cinnn. Kita ke rumah. Biar kamu dandan dulu.” Si lelaki kemayu menuntun Adelia.
Adelia diam saja mengikuti orang-orang itu. Ternyata ia dibawa berjalan ke arah bangunan besar yang tadi Adelia lihat dari udara.
Dilihat langsung dari dekat, jelas bahwa bangunan itu memang sebuah rumah peristirahatan bergaya tropis yang sangat besar. Didominasi bahan dari kayu dan material pilihan, bangunan itu tampil indah dan kokoh. Aneka tanaman hias dan rerumputan yang tumbuh segar di halaman membuat bangunan itu semakin menonjol keindahannya. Dari depan bangunan itu, terhampar langsung pemandangan laut yang biru segar. Sungguh sebuah rumah peristirahatan yang keren.
Sambil berjalan lelaki itu memperhatikan penampilan Adelia.
“Kamu ini cantik banget lho. Tapi baju kamu kok jelek banget?”
Adelia jengkel juga mendengar ucapannya. Menurut Adelia ini salah satu baju terbaiknya. Dia sudah bela-belain membeli baju itu saat diskon 70% di mall. Sudah pake baju mahal, masih dibilang bajunya jelek banget!
“Tapi tenang aja. Kita sudah menyiapkan baju spesial buat kamu. Baju yang indah mempesona dan akan membuat kamu cantik tra la lala….” Lelaki kemayu itu terus mencerocos.
BERSAMBUNG…….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ayam Hutan Sumatra
apakah orang yang menyuruh penculikan itu akan menerima adelia
2024-01-17
0
Jian Septia
salah culik
2021-06-12
0
weny
salah org kyy
2021-05-25
0