Aku sudah merebahkan tubuhku di atas ranjang, memikirkan kembali, apa yang baru saja ku ucapkan beberapa menit yang lalu.
Tapi anehnya, aku tidak merasa menyesal sedikitpun... Seperti ada sensasi melegakan, entahlah!
Aku bahkan tidak pernah membayangkan tentang pernikahan! Itu tidak pernah terlintas sedikitpun!
Dan Mike... Bagaimana dengan Mike, jika apa yang dikatakan papa adalah benar? Apa yang harus ku katakan kepada Mike, jika kepulanganku ke Indonesia adalah untuk menikah? Dan kuliahku? Yaaa Tuhan... Aku sungguh dilema! Tunggu dulu, bukankah tadi papa sempat berkata...
"Jen..." Seperti biasa, mama masuk ke dalam kamarku, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Mama menghampiriku, lalu duduk di sampingku, dan aku segera duduk di samping mama.
Mama membelai lembut rambutku.
"Jen, kamu yakin sama keputusanmu?" Mama menatap wajahku teduh. Aku tidak langsung menjawab pertanyaan mama, dan memilih untuk memalingkan wajahku ke arah pintu kamar.
"Jen, kalau kamu belum siap, mama sama papa... "
"Aku yakin sama keputusanku ko', ma..." aku menyela ucapan mama, dan menatap dalam wajah mama yang terlihat khawatir.
"Ma, aku yakin banget sama pilihan nenek." Ucapku lirih. Mama memelukku erat sekali.
Papa menghampiri kami, kemudian duduk di sebelahku, dan mama melepaskan pelukannya.
"Jen, sejujurnya papa yakin, pilihan nenek nggak mungkin keliru..." Ucap papa.
Aku menatap wajah papa, papa terlihat menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kata-katanya. Papa menatapku, kemudian membelai lembut pipiku.
"Papa nggak akan maksain kamu, kalau kamu memang... "
"Pa..." Aku menyela ucapan papa, kemudian memegang tangan papa yang masih membelai lembut pipiku.
"Jen yakin sama keputusan Jen... " Ucapku lirih. Mata papa berkaca-kaca mendengar ucapanku, dan langsung memelukku erat sekali...
...****************...
Kami sudah berada di dalam pesawat, dan bersiap untuk lepas landas.
Saat tiba di bandara tadi, aku sempat melihat beberapa pesan masuk di ponselku.
Mark, Shierly, Mike, serta Rob, mereka mendo'akan kepulihan untuk nenekku, dan tak lupa, mendo'akan keselamatanku dalam perjalanan.
Yeaahh... Melalui perjalanan selama 21 jam 23 menit, bukanlah hal yang menyenangkan untukku. Meskipun kami akan transit di beberapa negara, tetap saja itu bukanlah hal yang menyenangkan! Ditambah lagi, alasan atas kepulanganku kali ini. Huufftt... Entahlah! Saat ini aku hanya ingin segera sampai, dan memeluk nenek. Hanya itu...
"Ma, aku nanti langsung ke rumah sakit aja, ya..." Ujarku kepada mama yang duduk tepat di sampingku. Mama yang saat itu hampir terlelap, Langsung menatapku.
"Jen, kamu nggak mau istirahat dulu? Perjalanan kita tuh jauh, lho!" Mama terlihat tidak setuju, dan aku menggeleng
"Jen cuma mau mastiin keadaan nenek, ma." Sahutku. Papa yang duduk di seberang kanan bangku mama, bertanya kepada kami
"Ada apa, ma?" Tanya papa
"Ini, Jen bilang dia mau langsung ke rumah sakit pas nyampe di jakarta nanti, pa." Jawab mama. Papa sedikit mencondongkan tubuhnya agar dapat berbicara denganku.
"Jen, kita sampai sekitar jam duaan, lho! Rumah sakit nggak mungkin ngizinin kita ketemu nenek jam segitu." Papa menjelaskan.
Aku terdiam sejenak, memikirkan ucapan papa tadi.
"Kita pulang dulu, taruh barang di rumah, istirahat sebentar, nah, nanti siang-siangan, kita langsung jenguk nenek. Gimana?" Papa kembali memastikan.
Aku berpikir sejenak, benar apa yang dikatakan papa. Aku pun mengangguk, lalu kembali memikirkan banyak hal, dan yang paling mendominasi adalah, nenek serta pernikahanku.
...****************...
Setelah menempuh perjalanan selama 21 jam 35 menit, akhirnya aku kembali memijakkan kakiku di tanah kelahiranku...
Pukul 02.20 pagi di Indonesia, kini. Itu berarti, pukul 14.20 di DC, aku segera mengaktifkan kembali ponselku, dan sebelum ponselku menyala, dapat ku lihat dari kejauhan, om Sam, suami dari tante Vera, menyambut kedatangan kami.
"Gimana keadaan mommy, Sam?" Tanya papa sedikit khawatir
"Mommy sudah siuman, apalagi pas saya bilang ko Joseph sudah dalam perjalanan, makin semangat dia!" Jawab Om Sam penuh semangat
"Oohh... Syukurlah." Mama dan papa terlihat lega, begitupun aku.
"Jen, gimana perjalanannya?" Tanya om Sam kepadaku, yang kini sedang melihat ke layar ponselku yang sudah menyala
"Eh, oh... Ok ko' om." Jawabku seraya tersenyum
"Syukurlah... Nenek udah nggak sabar mau ketemu, tuh." Ucap om Sam, meraih koper ku.
Aku tersenyum mendengar ucapan Om Sam.
"Clara ada, om?" Tanyaku sebelum masuk ke dalam mobil.
"Ada, dia yang jaga nenek." Jawab om Sam, kemudian memasukkan koper ke dalam bagasi.
...****************...
"Clara tuh kesal, nenek cuma nanyain kamu doank." Ujar om Sam sambil tersenyum di balik roda kemudi, lalu mulai melajukan mobilnya. Aku tersenyum sekilas mendengar ucapan om Sam
"Tapi nenek udah mendingan kan, om?" Aku kembali memastikan
"Puji Tuhan, sudah, Jen." Om Sam memastikan
Aku sedikit lega mendengar penjelasan om Sam, tapi setidaknya, aku harus melihat secara langsung keadaan nenekku dulu, untuk benar-benar menyaksikan keadaannya.
Aku kembali memeriksa ponselku, ada banyak pesan masuk disana. Aku membalas satuan per satu pesan yang dikirimkan oleh teman-temanku. Beberapa diantara mereka, menanyakan tentang alasanku yang tidak masuk kuliah beberapa hari ini. Dan aku memberikan alasan sesuai kenyataan yang terjadi kepadaku, kecuali tentang pernikahan. Mereka turut prihatin dengan keadaan nenekku, dan mendo'akan kesembuhan nenek.
Kemudian mereka membahas tentang liburan musim panas yang akan dimulai bulan depan, aku kurang bersemangat saat ini, mengingat keadaanku sekarang. Dan obrolanku beserta teman-temanku terusik, ketika om Sam membahas tentang...
"Young Joon kemarin sudah jenguk mommy, ko." Ujar om Sam, menoleh ke arah papa sekilas. Aku menatap ke arah om Sam
"Oh, ya? Terus gimana?" Sahut papaku
"Kemungkinan besok mama sama papanya berangkat dari Korea." Sahut om Sam lagi.
Mama yang menyadari tatapanku ke arah om Sam, langsung menyela percakapan
"Itu nanti aja kita bahas, Sam." Ujar mama
"Ah, ok ci!" Sahut om Sam
Suasana kembali hening. Aku bahkan tidak lagi bersemangat untuk membalas pesan dari teman-temanku.
...****************...
Kami telah sampai di rumah nenek... Yeah... Rumah masa kecilku. Rumah dimana nenek mencurahkan kasih sayangnya kepadaku... Rumah dimana aku dan nenek pernah tertawa dan menangis bersama... Rumah dimana...
"Jen, istirahat dulu ya... Nanti siang kita langsung ke rumah sakit." Mama membuyarkan lamunanku.
"Ah, ok!" Aku mengangguk sembari menyeret koperku ke arah kamarku.
Aku sudah merebahkan tubuhku di atas ranjang. Ranjang dimana nenek selalu menemaniku sebelum aku akhirnya benar-benar terlelap. Rasanya sungguh sangat nyaman, terbayang rasanya ketika aku tertidur di pangkuan nenek, dan nenek membelai lembut rambutku, hingga... Ponselku berdering! Aku segera meraihnya. Itu Rob!
"Yo, Jen! Kau belum tidur, bukankah hampir jam 4 pagi di Indonesia, kini?" Sapa Rob di seberang sana
"Bagaimana aku dapat tertidur, jika kau menghubungiku begini?" Sahutku di seberang sini
"Ah, baiklah, istirahatlah!"
Aku segera menyela ucapan Rob
"Hey, aku masih dalam keadaan jetlag sekarang, di tambah lagi, aku belum menemui nenekku."
"Ah, baiklah... Hey, jadi kapan kau akan menemui nenekmu?"
"Siang nanti, rumah sakit tidak akan mengizinkanku untuk berkunjung sekarang."
"Tentu saja! Kau akan sangat mengganggu nantinya!"
"Sial! Tentu saja tidak!" Aku tersenyum
"Hahahaaa... Baiklah, Jen! Istirahatlah! Setidaknya, aku sudah tenang mendengar kau baik-baik saja."
"Tentu... Aku akan sangat merindukanmu, Rob..."
"Yeah... Aku juga... Jaga dirimu, dan terus kabari aku tentang keadaanmu..."
"Tentu... Bye..." Aku menutup panggilan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Anna Aqila 🏚️ 🌺
sahabat rasa saudara 👍
2021-06-30
1
HIATUS
Like 💞 like 💞 like 💞
2021-03-16
0
Winda Saha
wowwww
2021-02-23
1