"Ku pikir, rem nya tidak berfungsi dengan baik, Rob." Ujarku kepada Rob yang saat ini sedang mengotak atik mesin sepeda motorku
"Yang benar saja, Jen! Aku telah mengatakan kepadamu sebelumnya, jangan memacunya lebih dari 100 km/jam untuk beberapa hari ke depan!" Rob terlihat kesal, seraya membanting pelan obeng yang sedari tadi digunakan olehnya untuk mengotak atik mesin sepeda motorku. Aku segera berjongkok di sebelahnya, kemudian menatapnya dengan tatapan polosku, yang selalu dapat meluluhkannya
"Maaf... " Ujarku tersenyum, menunjukkan gigiku. Benar saja! Rob melunak
"Aaaahhhh... Gadis ini!" Rob segera berdiri, begitupun aku
Oh, ya! Namaku Jennifer Elizabeth Lie, dan mereka memanggilku Jenny. Aku gadis keturunan Indonesia-China, dan saat ini menetap di Washington DC, Amerika Serikat.
Usiaku saat ini 24 tahun, dan beberapa bulan lagi, tepatnya 22 Agustus, aku genap berusia 25 tahun.
Saat ini aku sedang mengejar gelar S2 Bisnis Internasional di salah satu universitas yang cukup bergengsi di DC.
Dan pria tadi, dia adalah Robby atau biasa kami panggil Rob! Dia adalah mekanik andalanku selama 8 tahun terakhir, bahkan bisa dibilang, Rob lah yang mengenalkanku ke dunia sepeda motor. Aku sudah menganggap Rob layaknya kakakku sendiri, begitupun dengan Rob. Dia selalu menjagaku layaknya adik kandungnya sendiri
"Baiklah, ini sudah selesai. Rem nya sudah ku perbaiki." Ujar Rob
"Terimakasih banyak, Rob! Kau memang dewa penolongku!" Sahutku, kemudian memeluk erat Rob. Di sela-sela obrolan kami, tampak sebuah mobil berhenti tepat di depan garasi Rob.
"Jenny!" Seorang gadis yang baru saja turun dari mobil tersebut, tampak kesal saat menghampiriku. Dia adalah Shierly, sahabat dekatku ketika aku pertama kali duduk di bangku kuliah. Dia selalu menunda kuliahnya, dan lebih memilih karirnya di dunia modelling. Itulah sebabnya, Shierly belum juga meraih gelar S1 nya sampai saat ini.
"Apa kau bolos kuliah hanya untuk ini!" Shierly melipat kedua tangannya, seraya menatap tajam ke arahku. Aku tersenyum kepadanya, dengan wajah polosku
"Jen, tadi kau bilang kepadaku, bahwa kau sedang libur hari ini." Rob tiba-tiba menghampiri kami, dan membuatku makin merasa bersalah
"Jadi kau berbohong kepada Rob!" Shierly makin merasa kesal
"Aaahh... I-itu..."
"Heeeyy, ada apa ini?" Mike menghampiri kami, disusul oleh Mark, sahabat dekat Mike. Ini membuatku dapat sedikit bernafas lega.
"Mike, rem sepeda motorku tidak berfungsi dengan baik, jadi aku memutuskan untuk bolos kuliah, dan mendatangi Rob." Ujarku menjelaskan. Mike mengangguk samar, seolah mengerti.
Dan laki-laki ini, dia adalah Mike, orang yang hampir dua tahun ini menjadi kekasihku. Aku mengenalnya melalui Rob, ketika aku baru saja kembali dari libur panjangku di Indonesia, setelah mendapat gelar S1 ku.
"Yo, Mike! Bagaimana rencana kita?" Ujar Mark, seraya merangkul Mike
"Rencana apa?" Tanyaku kepada Mark
"Kami berencana untuk pergi ke Florida, ku pikir kalian akan bergabung bersama kami." Ujar Mike memastikan
"Oowwwhh! Dengan senang hati!" Rob terlihat bersemangat
"Aku sudah cukup muak dengan mesin-mesin ini!" Rob bertolak pinggang seraya melihat ke sekeliling garasinya, dan kamipun tertawa.
"Bagaimana denganmu, Jen?" Mike menatapku penuh harap. Aku sedikit menggodanya dengan berlagak seolah berpikir.
"Uummmm... Bagaimana, ya..." Ujarku seraya menggaruk pelipis kiriku dengan ujung jari.
"Ayolah, Jenny..." Mike meraih kedua tanganku, seraya menatap wajahku dalam. Aku tersenyum, tidak tahan melihat wajah menggemaskan kekasih tampanku ini.
"Baiklah..." Tiba-tiba ponselku berdering. Aku segera melepaskan tangan Mike
"Sebentar." Aku berjalan menjauhi mereka, dan segera meraih ponsel di saku celanaku. Saat ku lihat layar di ponselku, 'Home'. Dapat dipastikan, jika menghubungiku pada jam ini, itu adalah mama.
"Ya, ma..." Sapaku di seberang sini
"Jen, kita pulang ke Indonesia hari ini ya, nak." Itu suara papa! Suara papa terdengar sedikit bergetar. Papa tidak mungkin pulang pada jam ini jika tidak mengenai hal yang sangat penting.
"Ada apa emang, pa?" Tanyaku kepada papa. Aku sedikit khawatir di seberang sini
"Kamu pulang aja dulu sekarang, kemasi barang-barang yang penting-penting aja, nak. Papa lagi cari tiket, semoga aja dapat. Yang penting kamu pulang dulu sekarang ya, nak." Papa langsung menutup panggilan.
Aku terdiam sejenak, memikirkan apa yang sedang terjadi, hingga...
"Ada apa, Jenny?" Mike dan yang lain menghampiriku, yang masih terpaku dengan ponselku.
"Jenny, apa hal buruk terjadi?" Shierly tampak mengkhawatirkanku, aku menoleh ke arahnya
"Eh... Itu..." Aku bingung harus berkata apa.
"Jenny, katakan kepada kami, apa yang sedang terjadi?" Rob merangkulku
"Ayolah, Jennifer!" Mark tampak sangat khawatir melihat sikapku yang berubah drastis
"M-maaf, aku tidak dapat bergabung dengan kalian." Kataku terbata-bata
"Maksudmu?" Mike sedikit kecewa, begitupun dengan yang lain
"Aku harus kembali ke Indonesia." Kataku dengan berat hati
"Yang benar saja, Jen!" Mike terlihat kesal sekarang. Aku segera menghampirinya
"Mike, ku mohon..." Aku meraih kedua tangan mike, kemudian menatap wajahnya. "Sesuatu sepertinya sedang terjadi, aku mohon pengertian kalian saat ini." Ujarku seraya menatap wajah mereka yang ada di tempat ini, satu per satu.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Jen? Katakanlah kepada kami!" Rob terlihat semakin mengkhawatirkanku, aku menggeleng samar
"Ayahku hanya menyuruhku untuk pulang. Suaranya terdengar sangat mengkhawatirkan..." Mataku berkaca-kaca kini.
Suasana hening sejenak, dan mereka tampak mengerti keadaanku kini.
"Baiklah, Jen... Kami mengerti." Shierly menghampiriku, aku langsung memeluknya
"Terima kasih, sayang..." Ujarku kepada Shierly, kemudian menguraikan pelukanku
"Maafkan aku, aku tidak dapat bergabung dengan kalian sekarang." Kataku dengan berat hati
"Bersenang-senang lah, walau tanpa aku!" Kataku menghibur mereka yang saat ini tampak tidak bersemangat lagi
"Aku pergi sekarang, ya..." Ucapku kemudian berlalu. Tiba-tiba seseorang menarik tanganku, dan membawaku kedalam pelukannya.
"Berapa lama kau akan meninggalkanku?" Mike terdengar sangat sedih. Suaranya sedikit bergetar. Air mataku menetes, tepat di dalam pelukannya. Aku menguraikan pelukannya, dan menggeleng.
"Aku tidak mengetahui secara pasti." Ucapku tanpa menatap wajah Mike. Mike menghapus sisa air mata di pelupuk mataku.
"Selalu kabari aku..." Suara Mike terdengar lirih, dan akupun mengangguk
"Ok..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Anna Aqila 🏚️ 🌺
aq mampir kaka'
2021-06-30
1
Winda Saha
hadir kak
2021-02-23
1