..."Cita-Cita itu ialah memperindah martabat manusia, memuliakannya, mendekatkan paa kesempurnaan."...
...□□□...
Pagi itu matahari sedang beranjak naik. Sinarnya menghangatkan sisa dinginnya malam. Zara yang terlihat anggun dengan gaun berwarna abu-abu itu sangat cocok di pakaiannya. Riasan natural pada wajahnya cocok sekali dengan rambut hitam yang ditata rapi. Dengan meninggalkan beberapa helai rambut yang menjuntai indah membingkai wajahnya. Tak lupa ia memakai heels hitam yang akan membungkus kaki jenjangnya sepanjang hari ini. Setelah beberapa saat Zara mengamati dirinya di pantulan cermin dan merasa oke, dia segera meraih tas selempang kecil yang telah ia siapkan di atas ranjang. Ia segera turun menuju lantai bawah.
Salah satu gedung serbaguna yang terletak di daerah Banjarmasi kota, kini telah ramai oleh rombongan orang lalu lalang. Para tamu yang
datang telah menuju tempat duduk yang disediakan, mereka nampak siap menjadi saksi sepasang kekasih yang berada di atas panggung. sebuah janji cinta yang akan segera di kumandangkan beberapa saat lagi oleh mempelai pria, kepada wanitanya.
Ruangan yang bisa dibilang sangat luas tersebut kini terlihat sangat cantik dengan dekorasi ala pernikahan raja dan ratu itu sangat menakjubkan dengan bunga-bunga dan nuanaa cream, golden yang sangar mencolok. Dua kata yang mampu menggambarkan dekorasi ruangan ini adalah mewah dan elegan.
Ada spektrum berbeda ketika melihat yang sebenarnya terpendam dalam diri seorang Putri Zara Camira. Di satu sisi, hidupnya bak pelangi yang penuh warna. Disisi lain ia mengenal betul rasanya gelap tanpa rona. Namun, sisi ini tak ingin ia tunjuk pada siapa pun yang mengenalnya. Baik teman, tetangga, sahabat terutama sang mama. Biarlah mereka mengenal Zara dengan semua kerusuhannya saja.
Di hadapan para tamu undangan yang datang ke gedung serbaguna tersebut kini hadir dua sejoli yang tampak sangat begitu bahagia, dua sejoli yang tengah merasaka manisnya cinta, dan akan segera mengikrarkan janji sucinya.
Sedangkan Zara duduk di pojok kiri sebuah gedung dan mencoba menguatkan hatinya, dan menghapus air mata yang terus menerus keluar tak bisa berhenti, tapi apa ia harus menghadiri acara ini meski hati nya belum sembuh, sang mempelai wanitanya adalah anak dari adik mamanya. Dan sang laki-laki ialah pacarnya... bukan matan pacarnya untuk saat ini. Hatinya masih terlalu kelu dan sakit, membuat matanya sama sekali tak bisa diajak kompromi.
"Za, lo baik-baik aja kan?" Suara Anis, salah satu sahabatnya yang setia menemaninya.
"Hahaha, yaiyalah baik-baik aja." jawab Zara cepat.
"Seharusnya lo nggak maksain buat datang kesini," suara Anya kini terdengar lesu, ada nada sedih disana. Lagi lagi Zara menanggapi hal tersebut dengan tawanya, ia sekekali menyakinkan sahabatnya tersebut dengan tawanya. Meski sebenarnya ada setitik ulu hatinya yang sakit disini. Ia tak mau memperlihatkan ia bersedih apa lagi keluarganya tahu perihal ini.
Karena terlalu lama di luar gedung ia, memutuskan masuk kembali ke gedung serbaguna, Memperkirakan jika Dika sudah mengucapkan janji sucinya degan Fika peremuan ayu yang berasal dari keturunan keraton. Dari keluarga sang ayah, sangat berbanding terbalik dengan sosok Dika yan tengil. Mungkin karena itulah mereka bersatu.
"Lo gapapa?" untuk kesekian kalinya Anis dan Anya bertanya.
"Nggak pa pa kok, selagi ia tak menyakiti orang yan gue sayang,"
Mereka sangat tahu jika Zara sangat sayang dengan Fika. Karena hanya Fika dan zara lah yang anak perempuan di keluarga mereka. sisanya hanya anak laki-laki.
"Ehh makan dulu yok," ajak Zara membawa sang sahabat untuk mengambil makanan.
"Ayokk Zara, itu yang gue tunggu dari tadi.." ujar Anis.
Ia akui bahwa pernikahan mantan pacarnya ini dan sepupunya ini sangat elegan dan mewah serta dekorasi yang membuat orang terkagum sama pernak-perniknya.
"Bentar ya, gue mau kesana dulu" Zara meletakkan piring soto yang tadi ia pegang dan kemudian berjalan ke arah pintu masuk samping gedung yang terlihat sepi disana ia melihat sang mama dan ayahnya yang sedang berengkar kecil.
"Nanti aku mau pernikahan Zara harus lebih mewah dari ini?"
"Tapi pah?"
"Kenapa....?"
"Karena ia bukan anak kandung kita... makanya mama melarang melakukannya.."
"Mama takut pah,"
"Takut?"
Zara yang mendengar seperti itu, ia merasa di tusuk oleh pedang tepat di ulu hatinya. Mungkin jika tidak ada dinding ia akan terjatuh, ternyata itu alasan kenapa keluarga Dika menolaknya. meski secara halus tapi ia tahu makna dari kata kata tersebut.
...selamat datang...
...berkomentarlah dengan sopan, hargailah setiap orang jika kalian ingin dihargai, dan bacalah sesuatu dengan cermat sebelum berkomentar...
...A.alfn...
...cerita ini hanya untuk orang-orang yang sabar menanti mau belajar bersama disini tidak suka menghakimi. Karena saya tidak suks berdebat untuk sesuatu yang tidak penting....
...attitude adalah cerminan diri terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Aulia Alfina
Bismillah
2020-10-20
1