Bab 2 Berbeda

...Bukan egois. mereka hanya ingin menjaga apa yang mereka miliki selama ini...

...□□□...

...selamat datang...

...berkomentarlah dengan sopan, hargailah setiap orang jika kalian ingin dihargai, dan bacalah sesuatu dengan cermat sebelum berkomentar...

...A.alfn...

...cerita ini hanya untuk orang-orang yang sabar menanti mau belajar bersama disini tidak suka menghakimi. Karena saya tidak suks berdebat untuk sesuatu yang tidak penting....

...attitude adalah cerminan diri terimakasih...

.

.

.

"Zara!"

mendengar namanya di panggil, zara yang sedang menatap ke layar komuputer pun menoleh ke arah suara.Tanpa sadar, ia menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan bertanya.

"kau dengar tidak, ada dosen baru yang mau ngajar besok!"

Zara memejamkan mata sebentar sambil menghela napas panjang. ia mencoba menenangkan perasaan kesalnya. Astaga, tidak ada hal yang lebih bagus apa selain berita itu.

Zara mendecih, tak berminat menanggapi gurauan Yuli yang membuatnya sebal. Tak lama setelah itu, Dosen mata kuliah datang. Sosok muda yang terlihat sangat ganteng di hadapan Zara. Membuat Zara fokus pada apa yang berada di depannya sungguh menggiurkan itu.

Tapi setelah mendengarkan sang dosen perkenalan dan mulai melakukan rencana tentang perkuliahan yang dibuatnya. Seluruh mahasiswi masih menatap nya penuh pesona. Meski banyak peraturan dan syarat tugas yang nanti diberikannya. Itu tidak cukup membuat Zara kagum lagi pada sosok laki laki didepannya ini. Setelah melihat bagaimana ia berbicara panjang lebar menjelaskan materi tentang makalah yang baik dan benar.

Pak Dewa memandang semua mahasiswinya, hanya satu yang tidak memerhatikannya. gadis yang berada di barisan 2 itu sedang mencoret coret kertas dihadapannya.

Pak Dewa Jalan mendekati Siswi tersebut dan mengambil kertas itu tanpa banyak protes. Jadi kamu paham yang sudah saya jelaskan tadi didepan sehingga kamu tidak memperhatikan saya.

Zara yang mendengar hanya bisa melongo mendengarkan nasehat dan peringatan kepada dirinya. Benar benar tidak mudah jika berurusan dengan Dosennya yang satu ini. meski baru pertemuan pertama saja sudah mengerikan bagaimana dengan pertemuan selanjutnya. Tenyata pemikirannya salah selama ini. ia kira setelah lulus sma tugas kuliah tak seberat masa sma tapi kok. Malah lebih banyak dan deadlinenya sangat cepat.

Rasanya mau nangis aja mendengar peringatan yang dilakukan pak Dewa di kelas. ia masih membahas tentang coretan yang ada di dalam kertasnya tersebut.

Kenapa? Pak Dewa? pengganti ibu Rosya..

kenapa?

Setelah satu jam dosen itu membahas coretan kertas ku yang berisi kegiatan ku sehari hari setelah kuliah ini, tapi itu sangat mempermalukan diriku di hadapan yang lain.

Pak Dewa keluar dengan cepat disertai dengan salam dan tugas tentunya.

"Apes banget hidup lu, Za?" canda Riyan.

"Asem lo!"

"Enggak usah songong!! Hidup masih minta orang tua aja belagu lo!" keluhnya sambil menyeruput minuman yang dipesan Riyan.

"Emang lu enggak? hah.." balasnya.

Aris ngakaka melihat kelakuan dua orang didepannya ini.eski sudah berumur tapi kelakuan seperti anak sd saja. Mereka bersahabat mungkin sudah 5 tahun bersama Zara. Masih ada perempuannya kok, yaitu Anya dan Anis. Mereka beda jurusan tapi tetap tak terpisahkan begitu deh.

"Gue mau ke rooftop yah cari suasana." bilangnya ke Riyan.

"Jangan terjun bu, nanti jatuh!" cadanya.

"Nggak lucu!" dengan muka sebal ia bergegas menuju gedung Fakultas paling atas.

Silir angin menyapu wajahnya, melupakan kekesalan dan masalah yang ada. Menerbangkan pelan rambut yang dibiarkan terurai, menciptakan ketenangan tersendiri setelah menebar senyum dan kegilaan hari ini. Di waktu ia berpikir buat menyerah, buat apa ia hidup. Tapi di satu sisi ia masih ingin merasakan kasih sayang orang tua meski bukan orang tuanya. Zara butuh energi agar besok bisa ceria kembali. Zara yang kuat dan tampa masalah.

Zara yang ceria tanpa masalah.

Tampa Zara tau ada sosok lain yang berada di belakangnya. Dia mengamati tingkah Zara yang berteriak tentang keluh kesahnya. Gadis yang sedang duduk bersila diatas meja itu. Dalam sunyi ia mendengar suara ringisan dan bahu yang bergetar menandakan ia sedang menahan tangisnya.

Pak Dewa menyipitkan matanya menengadah buliran air mengenai wajah batunya. Air makin deras turun tapi tak membuat gadis yang duduk disana berlari menuju ke dalam. ketika hendak berbalik ia mendengarkan.

"Ayah, ibu siapa orang tuaku sebenarnya?"

"Dimana mereka.."

"Zara kangen,"

Teriaknya entah pada hujan yang makin deras. Ia menutup mata sejenak, melisankan doa dalam hati.

"Semoga bertemu di mimpi Zara ya, Bu... Pa" teriaknya pada air an yang terus menghantui.

Episodes
1 prakata
2 Bab 1 Hari
3 Bab 2 Berbeda
4 Bab 3 Hati
5 Bab 4 Raga
6 Bab 5 Menentang
7 Bab 6 Merelakan
8 Bab 8 Ikhlas
9 Bab 9 kenapa?
10 Bab 10 Attitude
11 Bab 11 Bahagia
12 Bab 12 perjodohan
13 Bab 13 Absurd
14 Bab 14 Jomblo
15 Bab 15 pilihan
16 Bab 16 Cinta
17 Bab 17 senyum?
18 Bab 18 Menjauh?
19 Bab 19 kabar?
20 Bab 20 Bertahankah?
21 Bab 21 Jarak
22 Bab 22 kenapa?
23 Bab 23 Menyerah
24 Bab 24 berani?
25 Bab 25 Pasti
26 Bab 26 bonus
27 Bab 27 Bonus Tahun Baru!
28 Bab 28 kata?
29 Bab 29 cast!
30 Bab 30 puisi ke-2!
31 Bab 31 cuap-cuap kegelisahan
32 Bab 32 subuh
33 Bab 33 Toleransi
34 Bab 34 jaga diri dari covid-19
35 Bab 35 Memandang
36 Bab 36 "Gadis"
37 Bab 37 Bismillah
38 Bab 38 SUAMIKU MILIK WANITA LAIN.
39 Sedikit kisah
40 Prolog
41 Sakit
42 Cinta
43 Ingatan
44 Pilihan yang Menyakitkan
45 Luka Lama, Senyum Baru
46 Luka yang Belum Sembuh
47 Ketika yang Lama Kembali Mengetuk
48 Dua Pintu, Satu Langkah
49 Langkah yang Terbelah
50 Langkah yang Terbelah
51 Aku, Kamu, dan Masa Lalu yang Tak Mati
52 Aku, Kamu, dan Masa Lalu yang Tak Mati
53 Langkah yang Goyah, Luka yang Bertumbuh
54 Cinta yang Tak Kembali Sebelumnya
55 Jeda untuk Luka, Waktu untuk Pulih
56 Yang Belum Sempat Diucapkan
57 Antara Janji dan Luka
58 Jeda dan Perenungan
59 Luka yang Terlupa
60 Jika Harus Pergi
61 Satu Per Satu Luka Itu Sembuh
62 Satu Hari Sebelum Sidang
63 Antara Janji dan Langkah Baru
64 Langkah Tanpa Bayangan
65 Langkah Tanpa Bayangan
66 Hujan Menyimpan Jawaban
67 Percaya Lagi
68 Episode 68 – “Percaya Lagi”
Episodes

Updated 68 Episodes

1
prakata
2
Bab 1 Hari
3
Bab 2 Berbeda
4
Bab 3 Hati
5
Bab 4 Raga
6
Bab 5 Menentang
7
Bab 6 Merelakan
8
Bab 8 Ikhlas
9
Bab 9 kenapa?
10
Bab 10 Attitude
11
Bab 11 Bahagia
12
Bab 12 perjodohan
13
Bab 13 Absurd
14
Bab 14 Jomblo
15
Bab 15 pilihan
16
Bab 16 Cinta
17
Bab 17 senyum?
18
Bab 18 Menjauh?
19
Bab 19 kabar?
20
Bab 20 Bertahankah?
21
Bab 21 Jarak
22
Bab 22 kenapa?
23
Bab 23 Menyerah
24
Bab 24 berani?
25
Bab 25 Pasti
26
Bab 26 bonus
27
Bab 27 Bonus Tahun Baru!
28
Bab 28 kata?
29
Bab 29 cast!
30
Bab 30 puisi ke-2!
31
Bab 31 cuap-cuap kegelisahan
32
Bab 32 subuh
33
Bab 33 Toleransi
34
Bab 34 jaga diri dari covid-19
35
Bab 35 Memandang
36
Bab 36 "Gadis"
37
Bab 37 Bismillah
38
Bab 38 SUAMIKU MILIK WANITA LAIN.
39
Sedikit kisah
40
Prolog
41
Sakit
42
Cinta
43
Ingatan
44
Pilihan yang Menyakitkan
45
Luka Lama, Senyum Baru
46
Luka yang Belum Sembuh
47
Ketika yang Lama Kembali Mengetuk
48
Dua Pintu, Satu Langkah
49
Langkah yang Terbelah
50
Langkah yang Terbelah
51
Aku, Kamu, dan Masa Lalu yang Tak Mati
52
Aku, Kamu, dan Masa Lalu yang Tak Mati
53
Langkah yang Goyah, Luka yang Bertumbuh
54
Cinta yang Tak Kembali Sebelumnya
55
Jeda untuk Luka, Waktu untuk Pulih
56
Yang Belum Sempat Diucapkan
57
Antara Janji dan Luka
58
Jeda dan Perenungan
59
Luka yang Terlupa
60
Jika Harus Pergi
61
Satu Per Satu Luka Itu Sembuh
62
Satu Hari Sebelum Sidang
63
Antara Janji dan Langkah Baru
64
Langkah Tanpa Bayangan
65
Langkah Tanpa Bayangan
66
Hujan Menyimpan Jawaban
67
Percaya Lagi
68
Episode 68 – “Percaya Lagi”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!