...Bukan egois. mereka hanya ingin menjaga apa yang mereka miliki selama ini...
...□□□...
...selamat datang...
...berkomentarlah dengan sopan, hargailah setiap orang jika kalian ingin dihargai, dan bacalah sesuatu dengan cermat sebelum berkomentar...
...A.alfn...
...cerita ini hanya untuk orang-orang yang sabar menanti mau belajar bersama disini tidak suka menghakimi. Karena saya tidak suks berdebat untuk sesuatu yang tidak penting....
...attitude adalah cerminan diri terimakasih...
.
.
.
"Zara!"
mendengar namanya di panggil, zara yang sedang menatap ke layar komuputer pun menoleh ke arah suara.Tanpa sadar, ia menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan bertanya.
"kau dengar tidak, ada dosen baru yang mau ngajar besok!"
Zara memejamkan mata sebentar sambil menghela napas panjang. ia mencoba menenangkan perasaan kesalnya. Astaga, tidak ada hal yang lebih bagus apa selain berita itu.
Zara mendecih, tak berminat menanggapi gurauan Yuli yang membuatnya sebal. Tak lama setelah itu, Dosen mata kuliah datang. Sosok muda yang terlihat sangat ganteng di hadapan Zara. Membuat Zara fokus pada apa yang berada di depannya sungguh menggiurkan itu.
Tapi setelah mendengarkan sang dosen perkenalan dan mulai melakukan rencana tentang perkuliahan yang dibuatnya. Seluruh mahasiswi masih menatap nya penuh pesona. Meski banyak peraturan dan syarat tugas yang nanti diberikannya. Itu tidak cukup membuat Zara kagum lagi pada sosok laki laki didepannya ini. Setelah melihat bagaimana ia berbicara panjang lebar menjelaskan materi tentang makalah yang baik dan benar.
Pak Dewa memandang semua mahasiswinya, hanya satu yang tidak memerhatikannya. gadis yang berada di barisan 2 itu sedang mencoret coret kertas dihadapannya.
Pak Dewa Jalan mendekati Siswi tersebut dan mengambil kertas itu tanpa banyak protes. Jadi kamu paham yang sudah saya jelaskan tadi didepan sehingga kamu tidak memperhatikan saya.
Zara yang mendengar hanya bisa melongo mendengarkan nasehat dan peringatan kepada dirinya. Benar benar tidak mudah jika berurusan dengan Dosennya yang satu ini. meski baru pertemuan pertama saja sudah mengerikan bagaimana dengan pertemuan selanjutnya. Tenyata pemikirannya salah selama ini. ia kira setelah lulus sma tugas kuliah tak seberat masa sma tapi kok. Malah lebih banyak dan deadlinenya sangat cepat.
Rasanya mau nangis aja mendengar peringatan yang dilakukan pak Dewa di kelas. ia masih membahas tentang coretan yang ada di dalam kertasnya tersebut.
Kenapa? Pak Dewa? pengganti ibu Rosya..
kenapa?
Setelah satu jam dosen itu membahas coretan kertas ku yang berisi kegiatan ku sehari hari setelah kuliah ini, tapi itu sangat mempermalukan diriku di hadapan yang lain.
Pak Dewa keluar dengan cepat disertai dengan salam dan tugas tentunya.
"Apes banget hidup lu, Za?" canda Riyan.
"Asem lo!"
"Enggak usah songong!! Hidup masih minta orang tua aja belagu lo!" keluhnya sambil menyeruput minuman yang dipesan Riyan.
"Emang lu enggak? hah.." balasnya.
Aris ngakaka melihat kelakuan dua orang didepannya ini.eski sudah berumur tapi kelakuan seperti anak sd saja. Mereka bersahabat mungkin sudah 5 tahun bersama Zara. Masih ada perempuannya kok, yaitu Anya dan Anis. Mereka beda jurusan tapi tetap tak terpisahkan begitu deh.
"Gue mau ke rooftop yah cari suasana." bilangnya ke Riyan.
"Jangan terjun bu, nanti jatuh!" cadanya.
"Nggak lucu!" dengan muka sebal ia bergegas menuju gedung Fakultas paling atas.
Silir angin menyapu wajahnya, melupakan kekesalan dan masalah yang ada. Menerbangkan pelan rambut yang dibiarkan terurai, menciptakan ketenangan tersendiri setelah menebar senyum dan kegilaan hari ini. Di waktu ia berpikir buat menyerah, buat apa ia hidup. Tapi di satu sisi ia masih ingin merasakan kasih sayang orang tua meski bukan orang tuanya. Zara butuh energi agar besok bisa ceria kembali. Zara yang kuat dan tampa masalah.
Zara yang ceria tanpa masalah.
Tampa Zara tau ada sosok lain yang berada di belakangnya. Dia mengamati tingkah Zara yang berteriak tentang keluh kesahnya. Gadis yang sedang duduk bersila diatas meja itu. Dalam sunyi ia mendengar suara ringisan dan bahu yang bergetar menandakan ia sedang menahan tangisnya.
Pak Dewa menyipitkan matanya menengadah buliran air mengenai wajah batunya. Air makin deras turun tapi tak membuat gadis yang duduk disana berlari menuju ke dalam. ketika hendak berbalik ia mendengarkan.
"Ayah, ibu siapa orang tuaku sebenarnya?"
"Dimana mereka.."
"Zara kangen,"
Teriaknya entah pada hujan yang makin deras. Ia menutup mata sejenak, melisankan doa dalam hati.
"Semoga bertemu di mimpi Zara ya, Bu... Pa" teriaknya pada air an yang terus menghantui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments