Tiga hari kemudian, mereka sampai di depan pintu masuk Desa Lily.
Desa Lily adalah desa yang kecil dimana semua warganya hidup sederhana namun bahagia. Pintu masuk desa hanya di jaga oleh seorang pria baya ramah yang cuma dua koin perak sebagai biaya masuk desa. Satu koin perak sama harganya dengan seratus koin perunggu, karena itu dengan biaya tersebut pula Ellena dan Bibi Em diperbolehkan melakukan transaksi jual beli dan menginap gratis selama satu hari di satu-satu nya penginapan disana.
Ellena sudah tahu bahwa mereka tidak akan lama singgah di desa kecil itu karena tidak ada yang cocok menjadi pembeli patung bibi Em. Tapi tidak ada salahnya bila dia dan bibi Em ke penginapan sejenak untuk mandi dan makan makanan hangat. Tiga hari diatas kereta, bibi Em hanya memberinya roti mentega dan air madu bekal mereka dari mansion karena tidak ingin membuang waktu di hutan hanya untuk membuat makanan hangat.
Dan meskipun Ellena berpenampilan seperti laki-laki sekalipun, dia diajarkan menjaga dirinya tetap bersih dan tidak bau meski nyatanya Ellena kurang suka dengan air. Sebaliknya, bibi nya tidak akan risih tidak mandi seminggu penuh. Hebatnya tidak akan ada jejak kotoran atau bau busuk darinya.
“Bibi, mari istirahat sejenak. Aroma tubuhku sudah sangat bau dan aku percaya bibi juga tidak suka mencium baunya.” Kata Ellena pada Emily yang menatapnya dengan kening berkerut tapi kemudian menghela nafas.
“Aku tahu kau cuma bosan makan roti dan madu, El.” Ellena menyeringai dalam hati, “Mana mungkin aku bosan bibi. Roti dan air madu kita harus dihemat karena kita masih ada perjalanan sehari lagi ke kota.” Jelas Ellena dengan senyum yang bagi sang bibi menyebalkan.
Kadang dia suka kesal dengan sifat Ellena yang satu itu, suka mempermainkan kata dan emosi orang lain, meski tentu saja, Emily tidak membencinya.
Sementara bibinya masuk mengurus bayaran, Ellena mengurus kereta kuda untuk di titipkan pada pengurus istal penginapan serta meminta agar kudanya di beri makan dan dibersihkan setelah memberikan beberapa 2 koin perunggu.
“Kamar nomer dua sebelah kiri adalah milik kita. Naiklah dulu dan mandi. Segera turun untuk makan siang.” Kata Emily lalu memberi kunci pada Ellena.
“Baik, bibi!Aku segera kembali.”
Ellena tidak membuang waktu. Penginapan Lily bukan tempat yang besar. Isi kamarnya pun sangat sederhana. Hanya satu tempat tidur kayu keras dan meja kursi tua. Beruntung kamar yang dipesan bibinya mempunyai tempat mandi sendiri.
Saat Ellena turun, bibinya telah menunggu dengan meja penuh makanan hangat dan lezat. Selagi menyeruput teh selayaknya cara minum para bangsawan, Emily tersenyum tipis melihat ekspresi anak didiknya yang menurutnya sangat menghibur.
“Habiskan El. Jangan menyia-nyiakan uangku.” Makan yang banyak, dan tumbuhlah kuat dan sehat. Ellena selalu tahu bibinya itu bukan tipe orang yang jujur mengatakan maksudnya jadi Ellena segera mengisi piringnya dan makan dengan lahap.
“Tentu bibi. Perutku longgar setelah tiga hari cuma makan roti.” Katanya riang.
Emily mengangkat alisnya, “Jadi kau benar-benar keberatan—“
“HUWAA—Enak sekali! Bibi ayo coba ini…” Ellena dengan sengaja berkata sendiri dengan ekspresi dibuat-buat lalu menyodorkan sepotong paha ayam panggang pada Emily.
“Hmp.” Emliy mendengus namun tetap menerima suapan Ellena.
Dia tidak tersinggung. Sebetulnya Emily cuma menggoda saja karena melihat murid didik nya panik tidak diberi makan menurutnya lucu. Ellena menyukai semua jenis makanan selama itu tidak pahit. Beruntung Ellena tidak mempunyai alergi dan sangat-sangat jarang sakit.
Ellena diam-diam menghela nafas lega. Sesenang-senang nya dia menggoda sang bibi bukan berarti dia rela kelaparan seharian. Tidak, generasi muda sepertinya butuh banyak makan untuk tumbuh.
“Hei, kau dengar tentang perampokan itu?”
Saat ini memang waktu makan siang, karena itu meja-meja di restoran penginapan agak ramai oleh pengunjung atau warga yang beristirahat. Segerombol pria yang Ellena yakini seorang pemburu dan satu pedagang kecil berbincang seru di dua meja dari mejanya.
“Maksudmu tentang kerabat bangsawan kecil yang dirampok dan di bunuh saat dalam perjalanan ke kota?” kata pria pertama.
Pria kedua menyahuti, “Keluarga malang, yang kudengar keluarga ini punya anak perempuan tapi tidak ditemukan mayatnya.”
“Apa yang dilakukan petugas?” seru orang ketiga.
Pria terakhir, satu-satunya pedagang berdecak selagi meminum arak, “Jangan berharap banyak pada petugas kota, mereka tidak lebih dari orang makan gaji buta. Kerjanya mereka cuma jadi anjing tidak berguna dengan pedang tumpul sebagai pajangan.”
Ellena melirik pada bibinya dan melihat bahwa sang bibi sangat tenang dengan alisnya yang terangkat.
“Jadi orang-orang tidak berguna itu lagi-lagi tidak bisa berbuat apapun?” si pria pertama bertanya kesal.
“Aku sudah tidak heran. Rakyat kecil seperti kita hanya dianggap semut belaka. Pada akhirnya kita yang akan turun tangan sendiri berusaha menyingkirkan para bandit itu.” Terlihat kumpulan pria itu kembali mengumpat dan mengeluh tentang betapa tidak adilnya orang kaya dan sebagainya.
Salah satu tempat terbaik mengumpulkan informasi adalah rumah makan atau penginapan. Dengan ini Ellena tahu ada hambatan dalam perjalanan mereka ke kota.
“Bibi…bagaimana?” tanya Ellena pada sang Bibi. Karena keputusan sepenuhnya berada pada bibinya.
Emily mendengus sebagai balasan. Wajahnya terlihat bosan seakan berita bandit yang marak merampok orang-orang cuma gurauan anak kecil, “Tidak ada yang perlu dirisaukan. Kita teruskan perjalanan besok pagi.”
Ellena cuma mengangguk saja. Dia akan mengikuti bibinya tanpa membantah. Bibinya adalah orang paling keras dan tegas yang pernah dia kenal. Bibi Em tidak segan benar-benar melemparnya ke hutan dan membiarkanya bertahan semalaman di alam liar sebagai hukuman bila Ellena melakukan pelanggaran.
Meski dibilang Ellena lebih dewasa daripada bocah seumurannya, dia tetap memiliki sisi kekanakan. Ellena bisa menjadi sangat keras kepala dan berani. Emily sekarang masih mampu menangani Ellena dengan baik, namun entah dimasa depan.
Ellena menyelesaikan makan siangnya hingga tidak ada yang bersisa di atas meja kecuali piring dan sendok. Merasa kenyang, Ellena memiliki tenaga lebih dalam tubuhnya.
“Bibi, aku akan ke Guild.” Emily mengizinkan. Tahu anak sekaligus murid nya itu hendak menjual buruan hewan serta tumbuhan yang dia kumpulkan dari hutan. “Kembali sebelum matahari terbenam.”
Ellena segera berlari menuju sebuah gedung paling besar dan ramai. Gedung itu tidak lah megah namun kokoh karena kayu nya yang selalu di ganti secara berkala. Saat masuk Ellena melihat kebanyakan orang di dalamnya adalah pria-pria bertubuh besar dan berwajah garang. Dari yang muda, dewasa bahkan ada beberapa yang sudah paruh baya. Mereka semua membawa minimal satu senjata—pedang, tombak, busur dan gada. Ada beberapa perempuan namun nampak sama garangnya dengan para lelaki.
Meski tempat itu sekilas nampak seperti sarang bandit, Ellena tidak merasa takut. Dia dengan tenang melangkah menuju meja Admin seraya menyapa ramah beberapa orang yang dikenalnya.
“Bocah Kecil El, kau datang lagi!” seorang pria dengan kapak besar menyapa.
“Si Kecil El. Kau masih hidup dan tetap pendek.” Itu pria tua pendek dengan janggut semata kaki yang menyapa.
“El, sampaikan salamku pada bibi mu yang seksi itu!” yang ini pria dewasa berambut gondrong yang sedang minum. Dia adalah salah satu penggemar bibinya.
Ellena tersenyum mendengar sapaan mereka, “Hai paman Oka, paman Hogi, paman Tito. Kalian juga ternyata sehat-sehat saja dan tambah jelek. Dan maaf Paman Tito, bibiku tidak suka duda pengangguran.” Ellena cekikan saat disoraki ‘bocah kurang ajar’ oleh para pria itu.
Saat sampai di depan meja Admin, seorang wanita muda dengan seragam menyapa Ellena dengan ramah, “Selamat datang El. Mau menjual apa hari ini?” tanyanya.
Wanita ini bernama Linda. Sudah bekerja di Guild desa Lily sepuluh tahun. Dia warga asli desa Lily yang beruntung bisa menjadi pekerja tetap di Guild.
“Iya kak Linda.” Ellena kemudian mengeluarkan berbagai tumbuhan dari ransel kecilnya.
“Wow El, kau menemukan bunga bintang! Permintaan bunga bintang sedang tinggi.” Linda kemudian sibuk mengambil kertas dan cap. Tangan wanita itu bergerak cekatan mencatat jenis dan berat tumbuhan yang dibawa Ellena lalu menghitung seluruh uang yang dihasilkan. Beruntung di hari ketiga perjalanan ke Desa Lily, Ellena dapat menemukan Bunga Bintang yang tumbuh subur dan dapat menjualnya.
“3 koin emas, 20 perak dan 200 perunggu. Jika saja kau membawa lebih banyak bunga bintang dan tumbuhan itchi, aku bisa memberimu 5 koin emas.” Linda menyerahkan uang itu kepada Ellena yang langsung menyimpannya.
Mendengar perkataan Linda, Ellena tertawa kecil, “Aku akan mengambil 3 koin emas lagi dari mu Linda.” Si perempuan Admin mengangkat sebelah alis menatap Ellna. Namun kemudian dia terkekeh kecil saat Ellena mengeluarkan jasad serigala bulu hitam dewasa dari dalam ransel kecilnya.
“Aku selalu iri kau memiliki tas itu El. Aku harap aku juga memilikinya.” Linda memanggil rekan prianya untuk mengambil buruan Ellena untuk di bawa kepada penjagal hewan yang berada di belakang Guild.
“Harga satu serigala bulu hitam dewasa dengan kondisi sebagus itu 5 koin emas, ada yang inginkan?” Ellena mengangguk, “Aku menginginkan kulit nya untuk kujadikan mantel.”
“Oh? Untuk seseorang?” Ellena mengangguk.
“Pacarmu?” kali ini kepala bersurai pendek nya menggeleng panik.
Linda bahkan tertawa melihat ekspresi Ellena yang menurutnya lucu dan menggemaskan, “Haha…aku bercanda. Aku tahu seberapa menyeramkannya Nyonya Emily. Dia pasti melarangmu punya pacar.”
Ellena nyengir saja. Sudah dibilang bibinya itu lumayan terkenal. Karena sifatnya yang tertutup, orang-orang jadi menilai bibi Em adalah orang galak dan sadis. Yahh…memang benar tapi tidak semengerikan bayangan orang-orang
Setelah menerima uang dari Linda, Ellena kembali mengajukan pertanyaan “Linda, apa ada misi menarik?” Linda berpikir sebentar. Perempuan dewasa itu membuka buku besar di mejanya dan membolak-baliknya seraya berguman.
“Satu-satunya misi yang bisa dilakukan Rank C adalah menangkap belut.” Ellena menyerngit mendengar hal itu, “Serius Linda? Menangkap belut?”
Ellena merasa tersinggung. Berpikir Linda memberinya misi kacangan karna Ellena masih Rank C setelah tiga tahun tidak mencoba naik ke rank yang lebih tinggi.
Di negeriini ada Guild Petualangan. Semacam komunitas bagi petualang. Di tempat ini para petualang bisa menjual buruan mereka. Tidak hanya hewan tapi tumbuhan obat yang dikumpulkan Ellena juga bisa dijual ditempat ini. Awalnya Guild Petualangan cuma berskala kecil, namun dengan seiring waktu Guild itu semakin besar hingga sudah tersebar seluruh negeri. Tidak hanya membeli hewan buruan dan tumbuhan, Guild juga menerima permintaan jasa. Orang-orang bisa memberikan permintaan lalu Guild akan menganilis jenis permintaan dan mengumumkan misi dan jumlah bayaran di papan besar MISION.
Misi hanya boleh dilakukan oleh member Guild saja dan harus mengikuti standar Rank member. Misal misi nya adalah misi rank A maka orang yang masih dibawah B tidak boleh mengambilnya. Sebaliknya, misi rank E tidak boleh diambil oleh orang rank C ke atas. Rank sendiri ada enam tingkat ; Rank E, D, C, B, A dan S. Hanya beberapa orang yang ber-ranking S. Orang-orang ini biasanya adalah orang sangat kuat dan berpengaruh. Contoh nya adalah Ketua Guild Petualang.
Kembali lagi. Ellena menampakkan wajah masam—merasa tersinggung dianggap sedemikian lemah oleh Linda. Tapi Linda yang menyadari itu buru-buru menyela, “Tunggu-tunggu. Jangan langsung kesal begitu El. Dengarkan dulu penjelasanku. Ini bukan hanya sekedar belut.”
Linda kemudian menjelaskan bahwa seorang warga menemukan bahwa di sungai yang biasa digunakan sebagai sumber mata air dan menangkap ikan, terdapat seekor belut besar yang memancarkan listrik hingga ikan-ikan mati. Hal ini tidak terlalu mengganggu aktifitas warga karena bisa mengambil air agak jauh dari tempat si belut tapi tetap saja beberapa warga khawatir belut itu akan berpindah tempat dan menyusahkan di masa depan.
“Bayarannya 20 koin emas. Sudah banyak yang mencoba tapi gagal dan sudah dua minggu tidak ada lagi yang ingin mengambilnya.” Linda mengatakan awalnya bayaran misi ini hanya 5 koin emas tapi karna banyaknya yang gagal menjadikan bayaran nya meningkat meski masih ber Rank C.
Ellena berpikir agak lama. Menangkap belut bukan keahlian Ellena tapi bukan berarti dia tidak tergiur dengan misi ini, apalagi bayaranya cukup baginya untuk membeli barang dan makan enak di kota nanti. Ellena juga kurang suka air bervolume banyak tapi…
“Baiklah. Aku ambil misi ini. Aku akan kembali sebelum petang Linda dan mengambil pesanan kulitku.” Ellena berbalik menuju pintu setelah berpamitan. Tak lupa dia membalas sapaan serta gurauan konyol pria-pria tua yang senang menggoda bocah cantik macam dirinya.
“Jangan sampai terluka El. Aku tidak ingin membuat Nyonya Emily marah!” Bocah berambut hitam dan bermata emerald itu sudah tidak terlihat. Linda berharap Ellena kembali tanpa lecet bahkan misinya gagal sekalipun. Hal terakhir yang Linda harapkan ialah Emily mengamuk dan memporak-porandakan Guild petualangan desa Lily.
Jangan lupa Like!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Agus Suprajatno
Lanjuuttt
2022-12-15
0
Imam Mahkfud
suka
2022-11-07
0
Fahmi Salal
Ayo ellena!!
2022-11-06
0