"Pagi pak," sapa Meilan.
"Hari ini bapak ada kunjungan keluar untuk metting dengan pihak dinas pajak dan setelahnya akan meninjau ke Bekasi."
"Pemasaran perumahan yang diresmikan tujuh bulan kemaren berkembang pesat sehingga pihak cabang Bekasi meminta bapak segera mencanangkan pembangunan selanjutnya." Meilan membaca agenda kerja dengan lancar seperti biasa, setelahnya dia segera kembali ke meja kerja jika tidak ada yang ditanyakan Alex.
Berbeda dengan hari ini, Meilan seperti engan beranjak dari ruangan atasannya. Dia seperti tersihir dengan pemandangan didepannya yang terlihat sangat sempurna.
Hari ini Alex lupa membawa kaca mata, sehingga ketampanan yang sempurna tercetak jelas tanpa penghalang. Alex terlihat lebih matang menurut Meilan, atau dia yang berlebihan sebagai pengagum yang tidak dianggap.
Alex memicingkan mata melihat sekretarisnya memandang takjub atas dirinya. Dengan menggelengkan kepala dan wajah datar Alex berdehem menyadarkan Meilan, Alex juga risih dengan cara berpakaian sekretarisnya yang sangat kekurangan bahan.
Alex pun tidak tahan untuk menegurnya.
"Kamu beli baju dimana?"
"Eng... ehhhh, butik Cantik dimall XXX pak, baguskan pak? ini limited lho pembuatannya." Meilan menjawab sombong dan percaya diri. Dikiranya Alex kagum dan tertarik dengan penampilannya padahal...
"Apa butik itu kehabisan bahan?"
"Maksud bapak?"
"Sepertinya baju yang kamu pake belum sepenuhnya jadi, terlihat masih kekurangan bahan dan keburu kamu beli mungkin." Alex menjawab dengan santai tanpa melihat Meilan, dia masih sibuk mengetik sesuatu pada laptopnya.
Tentu saja Meilan mendengus kesal dan juga menahan malu, prasangka nya salah besar. Bukanya padat pujian dan sanjungan malah disindir dan dipermalukan. 'Sialan' umpat Meilan dalam hati.
Dengan gerakan cepat dan kasar Meilan keluar dan menutup pintu dengan kasar.
Dari dalam ruangan Alex hanya berdecak menanggapi tingkah sekretarisnya. Dia sebenarnya jengah dan sangat kerepotan dengan Meilan, bagaimana tidak Alex kan lelaki normal. Usia sudah dua tujuh, hanya berbeda 3 bulan dari Alex asli anak tuan Ali.
Dengan usia segitu hormon Alex tentu lagi tinggi-tingginya apalagi melihat Meilan.
Kemeja ketat leher bentuk kerah dengan dua kancing terbuka dari atas, sepatu fantofel dengan hak sepuluh Senti memberikan kesan betis jenjang menggoda berbalut rok sepuluh centi diatas lutut. Tentunya mengekspos paha mulus dan membentuk pantat yang padat Meilan yang seperti menantang.
Ahhhh sial, pag-pagi melihat pemandangan yang...
Egrhhhh... Alex harus bisa menahan hasratnya untuk mencumbu Meilan secara tiba-tiba. Meskipun Alex yakin Meilan tidak akan menolaknya, tapi mengingat sikon dan wanti-wanti tuan Ali, Alex harus menahannya.
Itulah sebab Alex tidak suka memandang sekretarisnya lama-lama, dia juga tidak suka Meilan berlama-lama diruanganya hanya berdua. Dia takut khilaf, sungguh. Dan itu sangat menyiksa.
Alex sadar kenapa Meilan menatapnya aneh tadi, tentu itu dikarenakan dia tidak memakai kaca mata seperti biasa. Tidak apa, dia hanya ingin sekali-kali tampil beda keluar dari kebiasaan.
Semua itu tidak berpengaruh dengan identitas barunya sebagai Alex saat ini, karena kedepannya dia akan tetap menjadi Alex seperti keinginan tuan Ali yang sudah diungkapkan malam itu dan malam-malam saat memberinya pembelajaran selama ini.
Suyitno sudah menanggalkan identitas dirinya yang dulu dan berganti menjadi Alex, dia selalu bersyukur bahwa takdir mempertemukannya dengan tuan Ali yang telah menolongnya. Mengajarinya berbagai hal yang tentunya asing dengan sabar, karena sebenarnya dia tidaklah bodoh hanya keadaan yang membuatnya menjadi bodoh.
Dia tidak tahu jika waktu itu ternyata kawanan preman yang menemukanya, entah sudah jadi seperti apa dia jika itu benar terjadi. Alex bergidik ngeri membayangkan seperti berita-berita di tv ataupun koran tentang kriminalitas.
Mungkin dia akan menjadi seonggok mayat tidak bernama. Dia sungguh-sungguh sangat mensyukuri satu hal ini, meskipun mengharuskannya mengubah segala hal yang melekat pada dirinya.
*****
"Meilan, tolong keruangan saya dengan laporan hasil pertemuan dengan pihak kontraktor kemaren siang," Alex menelpon Meilan dari dalam ruangan.
Tidak menunggu jawaban Meilan,bAlex langsung memutus sambungan telpon dengan cepat.
Ceklek...
Meilan masuk siap dengan map ditangan, dia tidak menyadari tatapan Alex yang sedikit kesal padanya.
"Apa tidak ada tes penilaian untuk kesopanan sewaktu dulu kamu masuk ke perusahaan ini?" Alex bertanya jengah menatap Meilan yang bingung.
"Apa maksud ..."
"Sudahlah, mana laporannya?" Alex memutus perkataan Meilan dengan ketus.
Meilan masih bingung dengan sikap Alex seharian ini, sepertinya mood bos nya ini sedang buruk.
"Kenapa harga material dilaporan ini tidak sama dengan yang dipresentasikan?" Dengan sedikit takut Meilan mendekat dan menjawab.
"Itu harga yang diajukan pihak kontraktor, bapak lupa dengan perdebatan kemarin soal bahan material?"
Ahhh ya, Alex lupa jika kemaren terjadi insiden kecil sewaktu metting. Pihak kontraktor menyebutkan harga salah satu material yang ternyata sekian... untuk bangunan sekian unit perumahan.
Karena menurut Alex ada selisih dari harga pasar yang sekarang dan yang diajukan pihak kontraktor dan tentunya dia memprotes hal tersebut, dengan sedikit alot dan penjelasan yang panjang Alex pun paham dan menyetujui anggaran yang diajukan dengan beberapa syarat tentunya.
Hembusan nafas panjang keluar seiring kepala yang menyandar ke belakang sandaran kursi Alex.
"Baiklah, akan aku pelajari lebih lanjut, kamu kembali saja." Meilan pun mengangguk sebagai jawaban dan memutar tubuh keluar ruangan. Alex menatap kepergian Meilan dari hadapannya dengan perasaan yang... Entahlah, mungkin sedikit ada jarak memang lebih baik.
*****
POV Meilan
Disini, dijakarta yang dulu sangat asing untukku.
Begitu lulus kuliah di salah satu universitas Semarang aku mencoba merantau. Meskipun asing, tapi tentu saja aku sangat beruntung dapat masuk ke perusahaan tempatku bekerja sekarang, dengan posisi sebagai sekretaris.
Tentu saja beruntung, itu berkat bantuan mama yang memang masih saudara dengan istri pemilik perusahaan ini meskipun saudara mama sudah lama meninggal.
Aku masih belum sadar jika perusahaan ini punya Alex, tepatnya punya papanya Alex.
Dan lagi tentu aku lebih senang dan nyaman karena bos aku itu Alex. Ya... aku ditempatkan menjadi sekertaris Alex yang belum lama menjabat maneger diperusahaan papanya sendiri. Aku berharap menemukan Alexku yang dulu sewaktu masih kecil. Aku malu membayangkan responnya jika ternyata masih bersikap seramah dan semanis dulu waktu kecil.
Ya... si Alex Abram, anak dari saudara sepupu mama yang sudah meninggal. Dulu setahuku Alex kecil anak yang ramah, terbukti jika kami bertemu tidak sengaja dalam acara keluarga dimana Alex yang ikut mamanya.
Bermain dan bercanda sesama saudara yang masih kecil pasti ada acara bermain berujung saling mengejek dengan berakhir diriku yang pasti menangis karena kalah dalam adu mulut saling ejek.
Tapi Alex berbeda, tidak pernah mengejek diriku yang katanya sewaktu kecil lumayan gendut dengan rambut sedikit ikal bagian bawah. Alex akan berusaha meredakan tanggisku dengan mengajak untuk menjauh dari gerombolan saudara yang reseh.
Aku diajak bermain ayunan ataupun pergi ke kolam ikan dibelakang rumah Oma yang sangat luas.
Dia tidak sungkan untuk memegang tanganku dan menuntunnya. Dia juga tidak mempan dengan ejekan saudara yang lain saat digoda.
Alex selisih dua tahun dari umurku.
Lalu sewaktu SMP kami tidak pernah lagi ketemu karena mamanya sudah meninggal dan dia tidak pernah lagi muncul ikut jika ada acara keluarga.
Tapi aku salah, Alex yang sekarang tidak lagi sama. Tatapannya yang datar dan dingin seperti tidak tersentuh senyuman, nada bicara juga sering ketus dan sangat menjengkelkan menurutku.
Entahlah, apa yang mengubahnya menjadi seperti itu. Apa dia lupa denganku, sigembul yang selalu dia bela dan dia lindungi. Aku merindukan Alexku...
Hahaha... pikiranku memang aneh, alexku?Hemmmm...
Aku malah semakin tertarik dan penasaran dengan sikapnya itu, dan beberapa bulan kemaren dia tidak pernah muncul di kantor.
Bos besar tuan Ali, papanya alex mengatakan jika Alex sedang ada diluar negeri memantau proyek disana.
Kemaren sewaktu dia kembali masuk kantor tentu aku sangat senang, aku ingin memeluknya. Meluapkan rasaku yang terasa sesak selama dia tidak ada tapi tentu aku masih harus menahan diri. Aku takut dipecat dan tidak bisa melihat wajah tampannya lagi, tapi kenapa aku merasa ada yang sedikit aneh ya?
POV Meilan end
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Kar Genjreng
mailan ... ojo bedo ga entuk jaman cilik bi jaman gede.. yo bedo no.. mai saiki ae bedo disik klambi bener saiki kurang bahan klambine.. 🤭🤭🤭🤭
2022-07-21
1
Sejahtera
Senangat ^_^
2021-09-09
0
Sis Fauzi
aneh karena memendam rasa cinta?
2021-06-14
1