Chapter 3 - Pria Dingin

"Dibalik wajah tampan dan rahangnya yang tegas, ternyata dia memiliki kebengisan. Bahkan hanya dengan menatap matanya, aku tahu aku sedang mempertaruhkan hidup kini." ~Luana Casavia.

.

.

.

Luana sama sekali tidak bersuara. Memilih untuk melemparkan pandangannya ke arah jendela, gadis itu sedang bermonolog dengan dirinya sendiri di dalam hati.

Menerka-nerka bagaimana kira-kira kehidupannya akan dia jalani kemudian, setelah kini resmi menjadi Nyonya Rey Lueic—salah satu bangsawan terpandang di kota mereka.

Tidak pernah terpikirkan dalam benak Luana sungguh, bahwa dialah yang akan menyematkan cincin di jari lelaki itu pada pesta pernikahan hari ini.

Seharusnya bukan dia. Sudah jelas-jelas bukan dia.

Tetapi menghilangnya Beatric sungguh mengacaukan semuanya, hingga membuat Luana mau tidak mau menjadi pengantin pengganti untuk anak majikannya.

Tidak sopan rasanya jika ia menolak permintaan Madam Collins yang begitu menatapnya dengan wajah memelas, sebab ketidakhadiran Beatric di sana sungguh mempertaruhkan nama baik dua keluarga besar.

Luana tidak punya pilihan.

Apa pun yang terjadi, dia berutang budi pada kebaikan keluarga Collins yang sudah bersedia menampungnya hingga ia mulai beranjak dewasa kini.

Tiba-tiba saja sekelebat bayangan tentang masa lalu itu kembali lagi, yang membuat Luana bergidik ngeri tanpa sadar.

Rey melirik sekilas ke arah perempuan itu. Tidak sama sekali melonggarkan raut wajah tidak suka yang sedari tadi ia pasang di wajahnya, lelaki itu sedang bersembunyi dalam keheningan.

Bersembunyi dari cemoohan orang-orang, bersembunyi dari rasa sakit mendalam yang ditinggalkan Beatric untuknya.

Siapa pun pastilah tidak pernah menyangka Rey akan mengalami nasib naas seperti ini, ketika pria itu sudah membayangkan Beatric yang menyambutnya dengan senyuman selebar wajah.

Tetapi yang terjadi adalah, dia dicampakkan. Tidak hanya dicampakkan, tetapi juga dibuang tanpa belas kasihan.

"Uhm, Tuan." Suara rendah Luana mengusik lamunan Rey, seiring dengan tolehan lambat lelaki itu ke arah kirinya kini.

Menahan napas ketika bola mata mereka bertemu pandang, Luana mencoba untuk mengeluarkan pertanyaan yang sudah ia timang dalam hati sejak tadi.

Tidak tahu apakah tuan muda itu akan berang padanya atau tidak, tetapi dia harus benar-benar memastikan.

"Ada apa?" balas Rey datar.

Meski tidak terbiasa mengobrol dengan pria sebelum ini, tetapi Luana dengan jelas mendapati bagaimana Rey Lueic mengintimidasinya lewat suara baru saja.

Suara lelaki itu berat, cenderung dingin seakan dia tidak berniat untuk berbicara dengan Luana. Seolah-olah perempuan yang duduk di sampingnya itu tidak bernyawa.

"Uhm, begini...," terbata Luana ketika dia berusaha untuk mengeluarkan kata-kata, disusul dengan remasan jemari yang begitu saja bertaut di bawah sana.

"Katakan dengan benar," potong Rey cepat. "Aku tidak suka menunggu, dan kau sungguh membuang waktuku!"

Luana tersentak.

Telak, tepat menohok di ulu hatinya. Belum genap beberapa jam setelah lelaki itu memasangkan cincin di jari manisnya, dan kini Rey sudah membangun tembok kokoh di antara mereka.

Tembok yang tidak bisa dilewati oleh Luana, tembok yang memisahkan kehidupan Luana dan pria itu.

"Begini, kita akan pergi ke mana?" Hampir tercekat kerongkongan Luana, hanya untuk mengucapkan beberapa kata tadi.

Rey mendelik. Seakan dia tidak menaruh atensi penuh pada pertanyaan si perempuan pengganti seperti Luana.

"Jangan bertanya lagi. Ikut saja," ucap Rey tegas. Tidak ada sanggahan, hanya ada perintah. Masih dengan nada dingin yang tidak dibuat-buat, lelaki itu menarik napas dalam.

Menoleh sekali lagi, kini Rey mendapati manik Luana yang mengerjap tanpa sengaja. Gadis itu masih tergolong muda untuk menjadi seorang istri, terlebih dia sebenarnya tidak memiliki darah bangsawan yang mengalir di dalam tubuhnya.

Bersyukur saja Madam Collins mengenalkan dia pada kolega sebagai anak dari kerabat jauh, hingga kedudukannya masih dapat diperhitungkan meski tidak bisa disamakan dengan kedudukan milik Beatric.

Memilih untuk tidak lagi menjawab, Luana hening dan tidak memberikan tanggapan atau pun sanggahan.

Melemparkan lagi pandangannya ke arah luar jendela, dia sama sekali tidak ingin mengusik lelaki itu. Meski mereka berada di tempat yang sama, tetapi Luana yakin Rey tidak pernah ingin dia berada di sana.

Hampir empat puluh menit perjalanan.

Mobil mewah itu berbelok untuk memasuki salah satu mansion dengan pagar menjulang, ketika kini Luana begitu saja meningkatkan keawasannya. Meneliti dengan lebih seksama, dia menerka dalam hati apakah ini adalah kediaman Tuan Lueic yang tersohor itu.

Melewati pagar yang dibukakan oleh dua petugas berseragam berwarna abu muda, Luana masih memperhatikan dengan jelas mansion yang mereka masuki kini.

Mungkin kata mewah saja tidak cukup untuk mendefinisikan rumah itu, ketika kini Luana hampir berdecak kagum akan bangunan yang begitu besar dan luas.

Ada sebuah kolam air mancur di tengah-tengah, yang dilengkapi dengan berbagai macam hiasan. Luana dapat melihat taman dengan bunga yang bermekaran di sisi kanan dan kiri, hingga mobil itu memelan beberapa saat kemudian.

Luana bingung. Tidak tahu harus melakukan apa, ketika melihat beberapa lelaki muda kini mendekat dan membukakan pintu untuk mereka.

Satu di sisinya, dan satu lagi di sisi Rey.

Lelaki itu—Rey Lueic, tidak sama sekali melihat ke arah Luana. Menegakkan tubuhnya, dia berkata tegas.

"Turunlah. Mare akan memberimu arahan, dan bersiaplah."

Luana menggigit bibir bawahnya dengan rasa khawatir.

Bersiap? Bersiap apa?

Rey baru saja hendak bangkit dari duduknya, ketika Luana tiba-tiba saja menahan lengan lelaki itu. Membuat manik Rey membesar, refleks menghentakkan tangan Luana yang menempel padanya tanpa belas kasihan.

"Jangan sentuh aku!" cerca lelaki itu dengan nada tinggi.

Luana menahan napas. Dia hanya ingin bertanya, tetapi begitu saja refleks tangannya ingin menahan Rey agar tidak pergi lebih dulu.

"M-maaf, Tuan."

Sang bangsawan mendengus kesal.

Rasanya terlalu lelah, dengan hati yang lebih dari cukup porak poranda. Ketidakhadiran Beatric sudah membuat kepalanya hampir meledak, saat kini ia sedang menunggu kabar dari tim terbaiknya untuk melacak perempuan itu.

Tidak lagi menghiraukan Luana yang masih duduk diam, Rey sudah bangkit lebih dulu. Lelaki itu berjalan dengan langkah besar-besar memasuki mansion, diikuti dengan seorang lelaki muda dengan potongan rambut rapi.

Lelaki muda itu mengenakan seragam dengan warna berbeda, yang menandakan bahwa ia adalah kepala tim untuk tim keamanan yang dimiliki Rey.

"Apakah aku harus membatalkan semuanya, Tuan?" Suara Jovi—sang pria muda tadi, menelusup masuk melalui gendang telinga Rey sang pengantin baru.

Tidak mengendurkan langkah sama sekali, Rey berdehem pelan seakan sedang berpikir dengan cepat. Menarik napas dalam-dalam, lelaki itu berujar kemudian.

"Tidak," katanya. "Lanjutkan sesuai rencana, dan bawa perempuan itu ikut serta."

.

.

.

~Bersambung~

Terpopuler

Comments

Kenny sihyanti

Kenny sihyanti

Semakin menarik...

2022-06-14

0

🦃⃝⃡ℱᵇᵃˢᵉ🥀Am@π&@ 😉🥀

🦃⃝⃡ℱᵇᵃˢᵉ🥀Am@π&@ 😉🥀

hais dingin kaku kasar...awas kalo bucin tak sunat kau bambang🤣🤣🤣🤣🤣

2022-01-08

1

¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾

¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾

rencana apa nih Rey...penasaran

2022-01-07

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Prolog
2 Chapter 2 - Pernikahan
3 Chapter 3 - Pria Dingin
4 Chapter 4 - Di Pesawat
5 Chapter 5 - Heidelberg
6 Chapter 6 - Mendarat
7 Chapter 7 - Jadilah Temanku
8 Chapter 8 - Kata-kata Anehmu
9 Chapter 9 - Di Dalam Kamar (I)
10 Chapter 10 - Di dalam Kamar (II)
11 Chapter 11 - Kota Bersamamu
12 [INFO KARYA LAINNYA]
13 Chapter 12 - Kornmarkt dan Kau
14 Chapter 13 - Gaun
15 Chapter 14 - Makan Malam
16 Chapter 15 - Api di Dalam Sini
17 Chapter 16 - Tentang Pedro Viscout
18 Chapter 17 - Aturan
19 Chapter 18 - Hukuman
20 Chapter 19 - Malam Itu
21 Chapter 20 - Handuk yang Basah
22 Chapter 21 - Marah
23 Chapter 22 - Berlayar
24 Chapter 23 - Keberadaan
25 Chapter 24 - Memegangmu
26 Chapter 25 - Tiga Gelas Penentu
27 Chapter 26 - Kembang Api
28 Chapter 27 - Kebencian
29 Chapter 28 - Lari
30 Chapter 29 - Bertahan
31 Chapter 30 - Kota yang Lain
32 Chapter 31 - Alasan
33 Chapter 32 - Hadiah Pertamaku
34 Chapter 33 - Cincin
35 Chapter 34 - Menjadi Istrimu
36 Chapter 35 - Mulai Bicara
37 Chapter 36 - Tentang Dia
38 Chapter 37 - Berpura-Pura
39 Chapter 38 - Permintaan Patricia
40 Chapter 39 - Biarkan Cinta Memimpin
41 Chapter 40 - Pas Denganku
42 Chapter 41 - The Grande Hall
43 Chapter 42 - Sisi yang Lain
44 Chapter 43 - Pembicaraan Kecil
45 Chapter 44 - Kembali ke Munich
46 Chapter 45 - Kehangatan
47 Chapter 46 - Bukan Nyonya Besar
48 Chapter 47 - Kombinasi Angka
49 Chapter 48 - Dia Lagi, Dia Lagi
50 Chapter 49 - Der Beste
51 Chapter 50 - Membingungkan
52 Chapter 51 - Menolak
53 Chapter 52 - Melupakan Sesuatu
54 Chapter 53 - Foto Pertama Kita
55 Chapter 54 - Keputusan Besar Rey
56 Chapter 55 - Sarapan Aneh di Pagi Hari
57 Chapter 56 - Pertanyaan Absurd
58 Chapter 57 - Haruskah Aku Menjawab?
59 Chapter 58 - Boleh Aku Menggodamu?
60 Chapter 59 - Memabukkan
61 Chapter 60 - Aku Milikmu
62 Chapter 61 – Percaya Padaku Saja
63 Chapter 62 – Aku Akan Baik-Baik Saja
64 Chapter 63 - Teriakan Rey
65 Chapter 64 - Peredamku
66 Chapter 65 - Bagaimana Jika Aku Lebih Dulu?
67 Chapter 66 - Jika Saja Kita Dapat Memilih
68 Sekilas Info Ya~
69 Chapter 67 - Yang Salah di Antara Kita
70 Chapter 68 - Dia Telah Kembali
71 Chapter 69 – Bagaimana Aku Harus Bereaksi
72 Chapter 70 – Kebenaran yang Ingin Aku Dustai
73 Chapter 71 – Keadaan yang Entah Baik atau Buruk
74 Chapter 72 - Langkah yang Salah
75 Chapter 73 - Terkejut yang Terlambat
76 Chapter 74 – Panggilan Dari Dia
77 Chapter 75 – Mengungsilah Demi Kebaikanmu
78 Chapter 76 – Terpaut Beberapa Kilometer Darimu
79 Chapter 77 – Menghadapimu Tak Lagi Sama
80 Chapter 78 – Sesuatu yang Baru Aku Tahu
81 Chapter 79 – Keputusan Luana
82 Chapter 80 – Dia Benar-Benar Pergi
83 Chapter 81 - Mengejarmu Hingga Ujung Dunia
84 Chapter 82 - Mana Mungkin Aku Meninggalkanmu
85 Chapter 83 – Biarkan Aku Menyapanya
86 Chapter 84 – Mungkin Sekali Lagi
87 Chapter 85 – Minta Maaflah Padanya
88 Chapter 86 – Bagaimana Kau Menemukanku?
89 Chapter 87 – Ingin Kuumumkan Tentang Kita pada Semua
90 Chapter 88 – Kepergian sang Petarung (I)
91 Chapter 89 – Kepergian sang Petarung (II)
92 Chapter 90 - Kombinasi yang Sempurna
93 Chapter 91 – Bicaralah dengan Benar
94 Chapter 92 – Kau Pasti Ada di Sana
95 Chapter 93 - Hak yang Sama
96 Chapter 94 – Yang Mungkin Setimpal
97 Chapter 95 – Berbagi Rahasia Denganmu
98 Chapter 96 - Kebenaran Tentang Malam Itu
99 Chapter 97 – Aku Memilihmu Sejak Dulu
100 Chapter 98 – Aku Siap Untukmu
101 Chapter 99 – Melepasnya Ternyata Sesulit Ini
102 Chapter 100 – Yang Tertinggal Antara Kita
103 Chapter 101 – Doaku Untukmu
104 Chapter 102 - Rahasia Tentang Aku
105 Chapter 103 - Cinta Pertama Istriku
106 Chapter 104 - Yang Kusimpan Sejak Dulu
107 Chapter 105 - Mau Pergi Bersamaku?
108 Chapter 106 - Sisi Valerie (I)
109 Chapter 107 - Sisi Valerie (II)
110 Chapter 108 - Pindah Perkumpulan
111 Chapter 109 - Bakat Terpendamku
112 Chapter 110 - Keputusan yang Tepat
113 (Bukan) Kata-kata Perpisahan
114 Chapter 111 - Kecupan Singkat
115 Chapter 112 - Epilog
116 HAPPY ONE YEAR, MY FAKE BRIDE!
117 KARYA BARU BEE
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Chapter 1 - Prolog
2
Chapter 2 - Pernikahan
3
Chapter 3 - Pria Dingin
4
Chapter 4 - Di Pesawat
5
Chapter 5 - Heidelberg
6
Chapter 6 - Mendarat
7
Chapter 7 - Jadilah Temanku
8
Chapter 8 - Kata-kata Anehmu
9
Chapter 9 - Di Dalam Kamar (I)
10
Chapter 10 - Di dalam Kamar (II)
11
Chapter 11 - Kota Bersamamu
12
[INFO KARYA LAINNYA]
13
Chapter 12 - Kornmarkt dan Kau
14
Chapter 13 - Gaun
15
Chapter 14 - Makan Malam
16
Chapter 15 - Api di Dalam Sini
17
Chapter 16 - Tentang Pedro Viscout
18
Chapter 17 - Aturan
19
Chapter 18 - Hukuman
20
Chapter 19 - Malam Itu
21
Chapter 20 - Handuk yang Basah
22
Chapter 21 - Marah
23
Chapter 22 - Berlayar
24
Chapter 23 - Keberadaan
25
Chapter 24 - Memegangmu
26
Chapter 25 - Tiga Gelas Penentu
27
Chapter 26 - Kembang Api
28
Chapter 27 - Kebencian
29
Chapter 28 - Lari
30
Chapter 29 - Bertahan
31
Chapter 30 - Kota yang Lain
32
Chapter 31 - Alasan
33
Chapter 32 - Hadiah Pertamaku
34
Chapter 33 - Cincin
35
Chapter 34 - Menjadi Istrimu
36
Chapter 35 - Mulai Bicara
37
Chapter 36 - Tentang Dia
38
Chapter 37 - Berpura-Pura
39
Chapter 38 - Permintaan Patricia
40
Chapter 39 - Biarkan Cinta Memimpin
41
Chapter 40 - Pas Denganku
42
Chapter 41 - The Grande Hall
43
Chapter 42 - Sisi yang Lain
44
Chapter 43 - Pembicaraan Kecil
45
Chapter 44 - Kembali ke Munich
46
Chapter 45 - Kehangatan
47
Chapter 46 - Bukan Nyonya Besar
48
Chapter 47 - Kombinasi Angka
49
Chapter 48 - Dia Lagi, Dia Lagi
50
Chapter 49 - Der Beste
51
Chapter 50 - Membingungkan
52
Chapter 51 - Menolak
53
Chapter 52 - Melupakan Sesuatu
54
Chapter 53 - Foto Pertama Kita
55
Chapter 54 - Keputusan Besar Rey
56
Chapter 55 - Sarapan Aneh di Pagi Hari
57
Chapter 56 - Pertanyaan Absurd
58
Chapter 57 - Haruskah Aku Menjawab?
59
Chapter 58 - Boleh Aku Menggodamu?
60
Chapter 59 - Memabukkan
61
Chapter 60 - Aku Milikmu
62
Chapter 61 – Percaya Padaku Saja
63
Chapter 62 – Aku Akan Baik-Baik Saja
64
Chapter 63 - Teriakan Rey
65
Chapter 64 - Peredamku
66
Chapter 65 - Bagaimana Jika Aku Lebih Dulu?
67
Chapter 66 - Jika Saja Kita Dapat Memilih
68
Sekilas Info Ya~
69
Chapter 67 - Yang Salah di Antara Kita
70
Chapter 68 - Dia Telah Kembali
71
Chapter 69 – Bagaimana Aku Harus Bereaksi
72
Chapter 70 – Kebenaran yang Ingin Aku Dustai
73
Chapter 71 – Keadaan yang Entah Baik atau Buruk
74
Chapter 72 - Langkah yang Salah
75
Chapter 73 - Terkejut yang Terlambat
76
Chapter 74 – Panggilan Dari Dia
77
Chapter 75 – Mengungsilah Demi Kebaikanmu
78
Chapter 76 – Terpaut Beberapa Kilometer Darimu
79
Chapter 77 – Menghadapimu Tak Lagi Sama
80
Chapter 78 – Sesuatu yang Baru Aku Tahu
81
Chapter 79 – Keputusan Luana
82
Chapter 80 – Dia Benar-Benar Pergi
83
Chapter 81 - Mengejarmu Hingga Ujung Dunia
84
Chapter 82 - Mana Mungkin Aku Meninggalkanmu
85
Chapter 83 – Biarkan Aku Menyapanya
86
Chapter 84 – Mungkin Sekali Lagi
87
Chapter 85 – Minta Maaflah Padanya
88
Chapter 86 – Bagaimana Kau Menemukanku?
89
Chapter 87 – Ingin Kuumumkan Tentang Kita pada Semua
90
Chapter 88 – Kepergian sang Petarung (I)
91
Chapter 89 – Kepergian sang Petarung (II)
92
Chapter 90 - Kombinasi yang Sempurna
93
Chapter 91 – Bicaralah dengan Benar
94
Chapter 92 – Kau Pasti Ada di Sana
95
Chapter 93 - Hak yang Sama
96
Chapter 94 – Yang Mungkin Setimpal
97
Chapter 95 – Berbagi Rahasia Denganmu
98
Chapter 96 - Kebenaran Tentang Malam Itu
99
Chapter 97 – Aku Memilihmu Sejak Dulu
100
Chapter 98 – Aku Siap Untukmu
101
Chapter 99 – Melepasnya Ternyata Sesulit Ini
102
Chapter 100 – Yang Tertinggal Antara Kita
103
Chapter 101 – Doaku Untukmu
104
Chapter 102 - Rahasia Tentang Aku
105
Chapter 103 - Cinta Pertama Istriku
106
Chapter 104 - Yang Kusimpan Sejak Dulu
107
Chapter 105 - Mau Pergi Bersamaku?
108
Chapter 106 - Sisi Valerie (I)
109
Chapter 107 - Sisi Valerie (II)
110
Chapter 108 - Pindah Perkumpulan
111
Chapter 109 - Bakat Terpendamku
112
Chapter 110 - Keputusan yang Tepat
113
(Bukan) Kata-kata Perpisahan
114
Chapter 111 - Kecupan Singkat
115
Chapter 112 - Epilog
116
HAPPY ONE YEAR, MY FAKE BRIDE!
117
KARYA BARU BEE

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!