"Aku mungkin saja mencintai dia. Tetapi untukmu, jangan pernah berharap sedikit pun akan belas kasihanku." ~Rey Lueic.
.
.
.
Rey melonggarkan dasi yang terasa menghimpit leher, seketika setelah dia duduk di dalam mobil. Mobil berwarna biru metalik itu adalah mobil yang khusus dia datangkan dari Kanada, dengan hiasan pita dan boneka berukuran sedang tepat di bagian depan.
Mobil yang memang seharusnya dia naiki bersama Beatric, kekasihnya yang entah menghilang ke mana tepat di hari pernikahan mereka.
Membayangkan akan menjadi suami istri dengan wanita yang telah mengisi hari-harinya dalam dua tahun belakangan ini, Rey sudah mengatur banyak sekali hal untuk sang pujaan hati.
Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, dia ingin cepat berbulan madu dan menghabiskan malam-malam panjang nan syahdu bersama Beatric.
Bahkan dia sudah membayangkan adegan demi adegan yang akan dia lakukan saat melucuti pakaian perempuan itu, sebelum merengkuhnya menuju kenikmatan surgawi.
Apa daya, dia ditinggalkan tepat saat dia seharusnya menyebut nama Beatric di depan para saksi.
Rey tidak menoleh sedikit pun. Tidak sama sekali mencoba untuk melirik bahkan, pada sosok seorang gadis yang ternyata sudah berada di jok belakang mobil itu sebelum dia masuk ke dalam sana.
Luana.
Luana Casavia, seperti itulah Rey menyebut namanya tadi. Tidak mengenal siapa gadis itu sebenarnya, jiwa Rey sungguh tidak ingin ada perempuan selain kekasihnya berada di sana. Bahkan sekedar berbagi udara yang sama pun terasa membangkitkan amarahnya kini.
Memandangi ke luar jendela, Rey tidak melihat saat Luana ternyata terus menundukkan kepala.
Gadis itu meremas jari-jari tangannya yang dia letakkan di atas paha, memandangi heels lima sentimeter berwarna keemasan yang masih melekat indah di kakinya.
Tidak tahu apa yang mungkin dia hadapi di kemudian hari, Luana menarik napas panjang-panjang.
Mengingat pesan Madam Collins yang meluncur indah dari bibir wanita paruh baya itu, Luana menguatkan hati. Dia tahu Madam Collins tidak mungkin berbohong.
Ikutlah dengan Tuan Rey Lueic, Luana. Aku akan segera menemukan Beatric dan menyeret anak sialan itu untuk menggantikanmu menjadi Nyonya Luiec. Kau tidak perlu cemas, bertahanlah sebentar lagi, oke?
Kalimat itu penuh dengan ketidakpastian, namun setidaknya ada secercah harapan yang Luana punya di sana.
Meski dia tidak tahu berapa lama yang dibutuhkan Madam Collins untuk menemukan Beatric, dia berharap mimpi buruknya ini akan segera berakhir.
Masih bergumul dalam pikirannya sendiri, Luana sempat tersentak kecil saat mobil itu mulai bergerak meninggalkan gedung pernikahan. Memperhatikan tamu-tamu yang tersenyum dengan lambaian tangan di udara, Luana menelan ludah.
Tidak ada alasan untuk mereka berlama-lama di sana, sebab bukan dia yang seharusnya duduk di kursi mobil ini sekarang. Bukan dia pengantinnya, bukan dia yang seharusnya mengucap janji pernikahan tadi.
Samar-samar Luana dapat melihat sosok Madam Collins di antara kerumunan orang, saat manik wanita paruh baya itu tampak begitu memancarkan kekhawatiran dengan kedua tangannya yang diremas di depan dada.
Luana menegakkan kepala, mencuri pandang sekali lagi untuk melihat pada Madam Collins, saat mobil itu hampir berbelok di ujung jalan untuk benar-benar meninggalkan gedung pernikahan.
Setelah bayang Madam Collins menghilang, Luana menjatuhkan tubuhnya pada sandaran kursi, menegakkan kepala untuk menahan bulir air mata yang telah menggenang di pelupuk.
Dia sungguh tidak menyadari bahwa Rey--yang kini berstatus sebagai suaminya, memperhatikannya dengan wajah datar dan manik membara.
Mencibir, lelaki itu menggeleng pelan yang menandakan bahwa dia tidak suka Luana bersikap demikian.
"Kau menangis?!" Bentaknya kasar, meski dia tetap menjaga jarak di antara mereka.
Luana tersentak.
Buru-buru menghapus air mata yang jatuh karena kedipan yang tiba-tiba, saat sebenarnya dia berniat untuk menahan bulir itu lebih lama.
Luana terdiam. Tidak berani menjawab.
Rey memajukan tubuh, mengarahkan tangan kanannya ke arah dagu perempuan itu. Perempuan yang kini resmi menjadi Nyonya Lueic, istri sah dari Rey Lueic yang tersohor.
Rey menarik dagu Luana dengan gerakan kasar, saat Luana dapat merasakan denyutan di dagunya akibat cengraman pria bermanik hazel itu.
"Jangan menangis!" bentak Rey lebih keras kali ini. Bola mata lelaki itu membulat sempurna, dengan nyala api yang siap menghanguskan Luana saat ini juga.
"Kau hanya boleh menangis untukku, kau mengerti?!"
Gadis itu tersentak, tidak menduga akan mendapatkan perlakuan seperti itu bahkan saat usia pernikahannya belum genap satu jam. Luana ingin sekali keluar dari sana, tetapi dia tahu dengan sangat bahwa kini dia tidak bisa melakukan apa pun.
Sedetik kemudian, Rey sudah menghentak tangannya dari dagu Luana.
Seolah merasa jijik, sebab dia telah menyentuh perempuan itu. Perempuan yang tidak ia kenali, namun kini harus berada di sekitarnya untuk berapa lama waktu yang tidak ia tahu.
Rey tidak lagi melihat pada Luana, saat Luana sedang menguatkan diri sendiri sekarang.
Luana, kau benar-benar mengambil jalan yang salah kali ini.
.
.
.
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kenny sihyanti
Perjalanan mu baru mulai Luana...
dan kau Sudah sangat menyedihkan...
2022-06-14
0
¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾
sabar Luana...masih awal2 biasa lah ya kasar galak dan dingin...ntar lama2 juga bucin
2022-01-07
0
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
aku tunggu Rey Bucin sama Luana 😆👏👏
2022-01-07
0