Suara musik yang mengalun keras, membangunkan Nina yang sedang tidur di ruangan, anak itu membuka mata, dan mendapati dirinya tidur seorang diri. Karena masih mengantuk, Nina tetap berbaring di tempat tidur yang Silvi bawa khusus untuknya. Rupanya suara musik itu terlalu keras untuk di abaikan olehnya, dengan terpaksa, dia bangun dan keluar, bermaksud mencari Silvi.
Nina berjalan menuruni tangga, dengan boneka beruang di pelukannya. Matanya tidak sepenuhnya jelas dalam melihat, karena setengah dari nyawanya masih berada dalam dunia mimpi, lagi pula ,cahaya lampunya redup, mungkin itu memang sengaja di buat, agar memberikan kesan eksotis bagi para pengunjung.
Ada beberapa ruangan yang di petak petak, tapi semuanya tertutup dan terlihat kosong. Nina terus berjalan, hingga dia menemukan ruangan yang penuh dengan orang orang yang sedang menikmati musik. Nina hendak mencoba masuk dengan maksud mencari Tantenya, tetapi dia mengurungkan niatnya itu, di kala tiba tiba lampu menjadi padam lalu menyala, lalu padam lagi, seiring dengan irama lagu.
Entah kenapa, yang Nina rasakan badannya seakan goyah, dan jantungnya berdebar debar, Nina jadi pusing, lalu keringat dingin keluar dari badannya.
" Adek kecil .." sebuah suara memanggilnya, tapi kesadaran Nina sudah hanya setengah persen, tak lama kemudian dia jatuh pingsan.
Silvi membawa Nina kerumah, dan kemudian dia segera menelepon dokter.
" Trauma nya masih belum sepenuhnya sembuh, dia butuh istirahat yang cukup dan hatinya selalu gembira, ..." kata dokter mendiagnosis penyakit Nina.
" Terima kasih Dokter." Ucap Silvi dengan sopan.
***
Pagi hari Bi Ijah mengantarkan bubur untuk Nina sarapan , gadis kecil itu rupanya masih belum bangun. Bi ijah membereskan mainan Nina , menata buku, serta membuka korden dan jendela, supaya sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan tersebut. Matahari pagi sangat baik untuk kesehatan badan, maka dari itu , Bi ijah ingin sinar matahari masuk ke badan Nina, sehingga kekuatan fisiknya baik.Mendengar apa yang Silvi tadi bicarakan, Ijah merasa prihatin dengan kondisi Nina. Ijah sudah menganggap Nina dan Silvi adalah keluarganya sendiri.
Ijah sebetulnya tidak bermaksud membangunkan Nina, tapi Silvi menyuruhnya untuk melihat dan merawat Nina, perintahnya tadi sebelum dia pergi dengan terburu buru. " Bu Silvi terlihat panik dan tidak senang..." Guman Ijah dalam hatinya, kemudian merenung , teringat perkataan orang orang di pasar kemarin, yang sedang membicarakan majikannya.
Sebetulnya sudah lama Ijah tahu tentang semua perihal kehidupan Silvi, dari apa pekerjaan Silvi dan Status istri Sirri nya, tetapi Ijah tidak mau mencampuri urusan majikannya itu, dia hanya ingin mencari uang dan bekerja dengan aman, karena dia punya beban yang berat di kampung. Apalagi sekarang dengan adanya Nina disini, Ijah sangat ingin terus bekerja dengan Silvi, karena dia merasa kasihan terhadap mereka. Silvi orang baik dan juga pemaaf, dia memiliki jiwa yang tulus, serta suka sekali menolong.
Apa yang orang orang itu bicarakan, semuanya tidak benar, Silvi bukan tipe wanita gampangan, yang sebenarnya malahan Silvi di bohongi oleh Pak Gunawan, pria konglomerat di kota ini, "kasihan Bu Silvi, dia dijadikan kambing hitam oleh orang orang", guman Ijah kemudian.
***
Nina bangun akibat cahaya matahari yang menyinari badannya yang lemah, keringat mulai bermunculan di sekujur badan, keringat yang sehat dari sinar matahari. Ijah sudah selesai membereskan segalanya, dia dengan senang hati akan mengurus Nina.
" Bi...tante mana?" kata pertama yang sering dia ucapkan ketika bangun pertama kali.
" Bu Silvi sudah pergi tadi Neng, kayaknya Bu Silvi ada urusan penting." Jawab Ijah sambil menyuapi Nina bubur.
"Ke tempat kerja ya Bi?" tanya Nina lagi.
" Wah...Bibi kurang tahu Neng,.." jawab Ijah lagi.
Selanjutnya anak itu tampak murung dan tidak senang. Penglihatannya jatuh ke bawah, melihat gambar gambar kartun yang ada di seprei.
" Apa kepala Neng masih pusing?" tanya Ijah selanjutnya, karena merasa khawatir. Gadis kecil itu nampak rapuh karena sakit.
" Sudah tidak lagi,..." jawab Nina sambil cemberut.
" Kenapa sih, Tante Silvi bekerja di tempat itu?" Tanya Nina lagi dengan wajah murung.
Ijah terkejut mendengar keluhan Nina, dia berpikir, apakah dia sudah mendengar apa yang orang orang katakan , sehingga berkata demikian. Ijah kebingungan akan menjawab, dia hanya diam tetapi otaknya berusaha keras, mencari alasan untuk menjawab.
"ee....,..." Ijah sedikit gugup dan akhirnya bahagia, karena Nina tidak menuntut jawaban darinya, sebetulnya dia hanya berguman, menyampaikan isi hatinya.
" Nina tidak mau ikut Tante kerja lagi,....tempat kerja Tante, membuat kepala Nina pusing."
Sontak, Ijah jadi tahu kenapa Nina jatuh pingsan tadi malam. Ijah terseyum lega dan juga senang, permasalahan Silvi akan berkurang satu.
" Kalo begitu Neng di rumah saja sama Bibi ,ya!" Ijah membalas ucapan Nina.
" Iya....." kata Nina dengan nada lesu, nampak pasrah dengan keadaan.
***
Sepulang sekolah , Nina di ajak Ijah pergi bermain di rumah tetangganya, kebetulan, tetangga sebelah mempunyai anak yang seusia dengan Nina, dan mereka satu sekolah, walaupun tidak satu kelas . Ijah sengaja melakukan itu karena Silvi sudah memberi ijin padanya. Silvi hanya ingin Nina tidak merasa kesepian di saat dia tinggalkan. Setelah mengantarnya bermain, Ijah pulang kembali untuk memasak dan membereskan rumah.
Ijah sudah memintakan ijin , supaya Nina boleh bermain dengan Anita, anak tetangga itu. Sebelum wanita paruh baya itu pulang untuk memasak, di lihatnya Nina, dan nampaknya dia merasa nyaman bermain dengan Anita. Ijah merasa tenang dan dia berjanji akan memberitahu Silvi nanti, supaya dia merasa tenang.
***
Nina cemberut setelah pulang dari bermain, dan dia juga mengomel ..
" Aku tidak mau main sama Anita lagi Bi,...dia jahat sama aku, ..." katanya, mengadu pada Bi ijah yang sedang menyiram bunga di pekarangan. Ijah segera menghampiri Nina setelah mematikan kran air.
" Anita jahat bagimana sama Neng,...?"kata Ijah, sambil menuntun Nina untuk duduk. Gadis kecil itu hanya diam, tanpa berkata apa apa.
Akhirnya Ijah mengajak Nina ke dalam, lalu mengambilkannya buku buku mewarani yang sudah Silvi siapkan. Dengan mewarnai,sepertinya emosi Nina mereda, dia pun terlihat ceria kembali.
Malam hari, Nina sudah berbaring di tempat tidur,dan Ijah menemaninya di samping ranjang, sambil membacakan cerita untuknya.
" Bi....Nina mau punya kakak,...seperti Anita,..dia tadi terlihat senang dapat hadiah dari kakaknya, lalu kakaknya mengajaknya ke tempat arena bermain,...Nina pengen juga pergi ke tempat bermain .."
Bibi itu terharu mendengar ocehan Nina, memang betul, selama ini Nina belum pernah di ajak Silvi ke tempat umum, Ijah memaklumi bagaimana perasaan Silvi saat di tempat umum, karena orang orang selalu membicarannya di saat dia berada di tempat umum .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
miqaela_isqa
Jangan patah semangat kakak, mari saling dukung
2020-10-21
1