Hari sudah malam, Nina terus saja memandangi pintu, menunggu Silvia pulang. wajahnya sudah terlihat sangat mengantuk, tapi dia hanya ingin tidur dan di bacakan cerita oleh tantenya itu.
" Neng,sudah malam, apa tidak sebaiknya tidur saja, besokkan Neng sekolah." bujuk Bibi, pembantu rumah tangga Silvi.
" tidak Bi, Nina masih mau menunggu tante Silvi dulu,.." jawab gadis itu dengan nada setengah mengantuk.Gadis kecil itu terus menerus menguap, sesekali matanya terpejam lalu dia paksakan terjaga. Bibi hanya mendiamkannya saja, menunggu di sebelahnya dengan setia, menunggu Silvi dan juga Nina yang akan segera terlelap segera. Sampai akhirnya Nina tertidur di atas sofa lalu di pindahkan ke tempat tidur oleh Bibi.
pukul satu malam, Silvia membuka pintu, badannya sempoyongan, dan bau alkohol. Silvia berteriak mamanggil Pembantunya, " Bi...Bi..ijah..." teriaknya. " iya..bu...." Bibi itu segera berlari membantu Silvia, memapah badannya dan membantu berjalan menuju kamar.
" Nina...sudah tidur Bi...? " tanya Silvi..
" Iya bu...." jawab Bibi itu.
" Baguslah..., apa dia tadi nungguin aku pulang Bi...?" lanjut Silvi. " em...i..iya Bu..." jawab Bibi dengan gugup.
"kasihan anak itu .."guman Silvi. tubuhnya terhuyung hampir terjatuh saat berjalan, " ehh..." pekiknya. untunglah Bibi itu setia memeganginya, sehingga Silvia terhindar dari dari sakit jika saja dirinya jatuh dan membentur kerasnya keramik lantai . " Terima kasih Bi...," ucapnya selanjutnya pada pembantunya. " Tolong besok saya bangunkan lebih awal ya Bi.., saya mau anterin Nina kesekolah." pinta Silvi pada pembantunya sebelum menutup pintu kamar.
***
pagi akhirnya tiba, Sivia sudah duduk di meja makan untuk menunggu Nina yang sedang berganti seragam sekolah yang di bantu pembantunya, Bi Ijah. Tak lama kemudian, Nina keluar dengan rambut yang di kucir rapi kebelakang menyerupai ekor kuda , wajahnya ceria, anak itu terlihat menggemaskan. Rupanya perpaduan wajah dari Danu dan Nirmala adalah yang terbaik, anak itu semakin hari semakin tumbuh dan semakin cantik. Silvia jadi iri memikirkan hal itu, andai saja dia bisa hamil dengan Gunawan, pasti anak mereka akan cantik seperti Nina, tapi apa boleh buat, Dia sudah salah mengambil keputusan. Keputusannya yang bersedia di nikahi hanya nikah Siri, adalah hal yang paling bodoh, hanya karena dia memikirkan kekayaan dari suami Siri nya itu, sebelumnya dia tidak memikirkan statusnya yang sangat lemah jika istri pertama mengetahuinya. Tapi...semua sudah terlanjur, dan kini dia harus berjuang keras mencari uang untuk hidupnya dan mengurus Nina.
Club malam itulah satu satunya penghasilannya kini, club yang dia bangun dengan keringatnya sendiri dengan bekerja sebagai pemandu lagu, dan kini bisa memiliki tempat itu. Kini mulai sekarang dia harus bekerja keras, melayani pengunjung dengan sepenuh hati, walaupun setiap hari dia harus pulang dengan bau minuman keras dan juga kondisi mabuk.
" Tante......" teriak Nina saat dia melihatnya, gadis kecil itu sangat gembira melihatnya, dia bergegas menghampiri lalu membopongnya.
" Ponakan tante sudah wangi dan cantik....ummah..." katanya memuji Nina gadis kecil yang menggemaskan itu.
"he..he..." gadis itu tertawa senang karen rasa geli yang dirasakan ketika Sivi mencium lehernya.
" Rambutnya juga sudah wangi....." kata Silvi selanjutnya ketika mencium tengkuk leher dan rambut Nina yang sepanjang bahu.
" ahaha..ihihiii..hehehe..., Tante Nina geli...ahahaha..." teriak Nina dengan nada bayi. Silvi melepaskan Nina ketika sudah puas menggelitiki anak itu, ini sangat menyenangkan, setidaknya dia bisa melupakan sejenak permasalahan yang semakin hari semakin ruwet.
Tangan silvi memperbaiki penampilan Nina kembali yang tadinya acak acakan karena perbuatannya, ada kebahagian saat menyentuh wajah kecil itu," gadis kecil yang manis dan juga menggemaskan, kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang cantik.." kagumnya mengagumi Nina.
senyumnya menjadi senyum pahit, ketika mengenang kakaknya atau ibu Nina yang sudah almarhum." kasihan kamu Nak,...sudah tidak punya orangtua..." bathinnya sedih mengenang hal itu.
" oh iya tante, kemarin ibu guru menitipkan surat buat Tante,.." gadis kecil itu berkata sambil membuka tas dan mengambil kertas yang berisi pemberitahuan orang tua untuk menghadiri pertemuan orang tua .
Silvi menerimanya lalu membacanya,..." ini...acaranya hari ini sayang?" tanyanya pada Nina.
" kata bu guru sih.. hari ini tante,..." Nina menjawab.
" aduhh....kalo hari ini tante tidak bisa hadir sayang,.. tante ada urusan penting hari ini." ucap Silvi dengan ekpresi menyesal. kemudian Silvi melihat anak kecil di sampingnya, memperhatikan wajahnya, gadis kecil itu hendak menangis karena sedih.
" Sayang ...Nina ...maafkan tante ya....tapi lainkali tante janji akan hadir bila ada acara di sekolah nanti..." bujuk Silvi berusaha membuat Nina tidak meneteskan airmatanya.
wajah Nina sudah sangat merah, kelihatannya sebentar lagi akan banjir dengan airmatanya. Silvi segera meraih dan mendekap Nina, lalu mengelus kepalanya dan kemudian mendudukkan Nina di pangkuannya.
" Sudah....ponakan tante kan hebat, dia tidak akan pernah menangis kalo cuma hal seperti ini,. lagipula tante nanti akan datang kalo urusan tante sudah selesai .." Silvi masih berusaha membuat Nina tidak kecewa dan sedih.
" Benarkah...." sontak anak kecil itu memeluk leher Silvi.. tentu saja wanita cantik itu terkejut, tapi dia senang, Ninanya sudah tidak sedih lagi. Dilihatnya wajah Nina sudah berbinar,...Silvi menjadi lega...lalu mengulurkan tangannya mengelelus punggung Nina.
" He em...." Silvi sebetulnya sedikit ragu jika dia bisa menghadiri rapat pertemuan orang tua dan guru itu. Silvia mulai berpikir memikirkan apa yang terbaik, agar Nina tidak kecewa dengannya.
***
" Bye...sayang..belajar yang rajin ya...ingat patuh pada ibu guru..." pamit Silvi ketika sampai dan menurukan Nina di sekolahnya.
" Iya Tante..., bye..." kata anak itu dengan riang.
silvi memasuki mobil dan mulai maju...tanpa Silvi ketahui, gadis itu sedikit berlari sambil meneriakkan sesuatu.." Tante...jangan lupa nanti datang yaaaa......Nina akan tunggu tante ...bye...bye tante....."
Silvi pulang kerumah untuk berkemas, hari ini dia akan bertemu Gunawan dan pergi ke club melayani pelanggan. Silvi sedih teringat wajah Nina yang berbinar ketika tadi dia membujuknya, tiba tiba saja dia menemukan ide, segera kemudian mencari Bi Ijah di dapur.
" Bi...Bibi...." teriaknya sambil berjalan ke dapur
Bi ijah yang sedang mencuci piring mendengar itu lalu segera mencuci tangannya dan berjalan dengan tergesa gesa memenuhi panggilan majikannya.
" Bi...saya mau minta tolong pada Bibi, tolong hadiri pertemuan di sekolahnya Nina ya,..." perintah Silvi pada Ijah.
" lho...kok saya bu,. . bibi kan tidak tahu apa apa soal sekolah, bibi kan tidak pernah sekolah." Bibi itu sedikit takut menolak perintah majikannnya.
" Tidak apa apa Bi, ini hanya pertemuan biasa, nanti bibi cuma mendengarkan musyawarah gurunya, dan untuk urusan biaya atau apa apa, beritahukan saja, saya yang mengurusi semuanya , gitu tok kok bi...ya...." kata Silvia menjelaskan.
"ee...iya deh bu,..." Ijah terpaksa tidak bisa berbuat apa apa, selain patuh apa yang Silvia perintahkan.
" oh iya bi,...tolong bujuk Nina agar tidak sedih ya,..bilang saya akan datang, tapi nanti setelah urusan saya selesai gitu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments