Dua hari yang lalu Vio menjalani sidang skripsi yang pertama. Setelah selesai sidang, hari sudah sore kemudian Vio pulang. Sampai di rumah dia langsung membuka semua pakaian dan menjatuhkan diri di kasur. Dia pun hibernasi sampai berapa hari kemudian.
Pagi ini entah sudah hari keberapa ia melakukan hibernasi, ditengah enaknya tidur datang telpon. Vio sudah tahu itu pasti adalah Aldo, ia pun mengangkat dgn malas.
Klik !
"Ya ini saya....." jawab Vio dengan nada baru bangun tidur.
"Saya tebak kamu beberapa hari kemarin pasti hibernasi kan ?" tanya Aldo meledek.
"Kalo iya kenapa Pak Tua ? Bilang aja kangen sama saya." ucap Vio setengah sadar.
"Heh rubah ! Tidur terus gak bagus buat kesehatan. Olahraga sana biar gak gendut, lemak numpuk kayak gitu." omel Aldo.
"Bodo amat lah Pak. Saya tuh begadang 5 hari sebelum ujian sidang dan gak tidur sama sekali. Wajarlah balas dendam sekarang." balas Vio membela diri.
"Kan gak ada yang nyuruh kamu begadang." jawab Aldo lagi.
"Merasa gak bersalah banget sih Pak. Ngomongnya mau bantuin buat ngehadapin ujian sidang, mana ? Alasan ada urusan keluarga lah. Dasar Pak Tua omong doang !" kesal Vio.
"Itu kan mendadak mana saya tahu. Lah ? Jadi karena itu kamu ngambek terus cuekin saya ?" tanya Aldo.
"Terserahlah. Pikir aja sendiri Pak." jawab Vio dengan nada malas.
"Ya udah kalau gitu saya minta maaf deh. Sekarang kamu bangun dong. Memangnya kamu gak lapar apa ?" bujuk Aldo.
"Berisik ! Iya ini udah bangun. Udah ya saya tutup. Bye !" balas Vio.
Piip
Setelah menerima telpon dari Aldo, ia pun terpaksa bangun dan menyadari kalau tidak ada makanan di kulkas. Vio segera pergi ke supermarket terdekat.
"Akhirnya sampai juga disini. Kayaknya lagi ada diskon besar-besaran nih." gumam Vio mengambil troli dan mulai memasukkan barang yang dibutuhkan seperti beras, ayam, daging, ikan, sayur mayur, buah-buahan, bumbu dapur dan sebagainya.
Setelah puas berbelanja Vio segera membayar di kasir dan buru-buru ingin pulang karena cacing di perutnya mengadakan konser sedari tadi.
Keluar dari supermarket, Vio segera menuju mobil sedan miliknya. Baru saja ingin membuka pintu mobil, kegiatannya teralihkan oleh suara berisik di pojokan. Saat berbalik, Vio malah melihat kumpulan gadis SMA sepertinya sedang merokok dan membully teman yang lain, melihat itu dia hanya menggelengkan kepala sembari berdecak mendekati kumpulan itu.
"Ngaku aja deh. Lo kan yang sering ngelaporin kita sering ngerokok di toilet ?" tuduh salah seorang dari mereka berambut pendek.
"Bukan saya kok. Saya bahkan gak tahu kalau kalian sering merokok." jawab gadis culun berambut ikat dua itu takut.
"Muka lo doang yang polos tapi dalamnya busuk." kali ini giliran cewek yang seperti ketua diantara yang lainnya membuka mulut.
"Berhenti disana. Jangan ada yang boleh bergerak." gertak Vio mendekat. Menyadari ada seseorang seketika mereka bubar dan menyisakan ketua geng dan korban bully.
Vio membawa mereka ke kantor polisi setempat untuk dibuatkan laporan, kebetulan Vio sudah punya ID card tugas jadi dia bebas ke kantor polisi manapun. Pegawai kantor pun langsung menyambut dan memproses mereka.
Setelah meminta keterangan, korban dibolehkan pulang. Sementara pelaku tetap stay sampai walinya datang. Tidak lama wali pelaku itu pun datang dan ternyata dia adalah Tono.
"Loh Tono ? Kamu ?" Vio terkejut karena dia adalah rekan kerjanya.
"Kali ini lo ngapain lagi Ayuna ?" jawab Tono mengabaikan Vio.
"Sebenarnya gak ada masalah apa-apa bang, cuma karena gadis bodoh itu sok jadi pahlawan. Merepotkan saja !" jawab Ayuna dingin membuang muka. Gadis itu bernama Ayuna dan adalah adik dari Tono.
"Bodoh ? Aku cuma menjalankan tugas. Soal kamu mau ngapain aku juga tidak perduli sebenarnya." kesal Vio berteriak.
"Sudah hentikan ! Lo juga kenapa mau ngelawan anak SMA kayak gini sih Vio ?" ujar Tono menaikkan nada suaranya.
"Haha firasat gue benar dari tadi. Wanita ini salah satu orang bodoh dari kalian. Bang pulang aja yuk." jawab Ayuna semakin menyebalkan. Setelah membuat laporan, mereka segera keluar dari kantor polisi.
"Gue pulang sendiri aja bang. Mau beli makan dulu." jawab Ayuna sambil menjauh.
"Ayu, lo gak capek ? Gue yang ngeliat lo keluar masuk kantor polisi aja capek." ujar Tono tiba-tiba.
"Ehh ? Sejak kapan lo peduli ?" tanya Ayu kaget.
"Bodoh ! Ya lo bayangin aja kakaknya polisi terus adiknya berandalan kayak gini. Polisi apaan yang kayak gitu ?" jawab Tono kesal.
"Hah ! Kirain udah berubah ternyata masih sama aja kayak dulu. Masih mikirin reputasi diri sendiri." cela Ayu.
"Daripada bikin masalah terus mending lo sering-sering jenguk Ibu noh. Lo kan jarang ketemu Ibu." perintah Tono.
"Gak usah sok tahu tentang gue. Gue pergi dulu." saking kesalnya Ayu ingin menonjok Tono namun ditahan olehnya.
"Bocah sialan ! Sok dewasa banget. Vio maaf ya tadi soal Ayu." ucap Tono menjelaskan.
"Dia adikmu ? Kok gak mirip ya ?" tanya Vio terkekeh.
"Banyak yang bilang gitu sih. Dia itu sebenarnya penurut tapi semenjak SMA dia jadi suka buat onar. Bahkan abangnya sendiri suka diajak ribut. Gue mah sabar aja liat kelakuan adek yang begitu." curhat Tono murung.
"Wajar lah dia sekarang remaja. Umur segitu mah hobi bikin masalah, segala hal dicoba sama dia. Umur segitu juga kan gak mau dipaksa atau dikekang." jawab Vio memaklumi.
"Iya, gue balik dulu ya kalo gitu. Bye." balas Tono masuk mobil dan Vio juga masuk ke mobilnya. Mereka pun berpisah.
...*****...
"Selamat pagi." ujar Tono yang baru saja sampai di markas. Dia terkejut melihat Bambang sedang enaknya duduk diruang tengah sembari membaca koran.
"Oh pagi Tono. Kamu baru datang toh ?" tanya Kombes Bambang santai.
"Iya Pak. Saya nganterin adik dulu baru kesini." jawab Tono tersenyum.
"Adik kamu siapa namanya ? Ayuna bukan ?" tanya Bambang lagi.
"Iya Pak benar." balas Tono takut.
"Banyak laporan kalau dia sudah lebih dari lima kali berurusan di kantor polisi. Apa dia punya masalah yang serius ?" tanya Bambang sambil melihat Tono dengan mata tajamnya.
"Itu...." jawab Tono gagap.
"Saya rasa itu berhubungan masalah pribadi dengan keluarga. Makanya saya tanya kamu sebagai abangnya, apa kalian ada masalah ?" tanya Bambang sekali lagi meyakinkan.
"Sebenarnya bukan masalah serius, Pak." balas Tono ragu.
"Apa perlu masalah kamu saya jadikan misi ?" tanya Bambang menohok.
"Misi ? Saya rasa tidak perlu lah Pak." jawab Tono gugup.
"Oke kalau gitu saya jadikan misi saja. Saya sudah tau siapa partner kamu yang cocok untuk misi ini." ujar Bambang lagi.
"Loh kenapa pake partner Pak ? Siapa ?" tanya Tono panik. Bambang terdiam sejenak hingga datang Vio membawa kopi.
"Permisi Pak Bambang, ini kopinya." kata Vio meletakkan kopi di meja.
"Nah ini dia partner kamu sudah datang." jawab Bambang tersenyum. Vio yang tidak mengerti hanya diam.
Orang yang dipasangkan dengan tono untuk misi ini adalah Vio. Tono kaget dan seperti tidak terima.
"Eumm... Pak karena ini masalah saya lebih baik kalo tidak ada campur tangan orang lain." jawab Tono keberatan.
"Kamu pesimis ? Belum mencoba sudah menyerah, coba saja dulu. Pendekatan oleh perempuan itu pasti berbeda dengan pendekatan yang dilakukan pria. Vio kamu mau kan membantu Tono dan adiknya ?" jawab Bambang to the point.
"Ya saya sih siap aja Pak kalo diperintahin. Asalkan Tono juga gak ada masalah kalo saya bantu." jawab Vio canggung.
"Oke saya setuju aja deh." jawab Tono dengan berat hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments