Misi Pertama

"Waah segar sekali rasanya kalau sudah mandi. Jam berapa ya sekarang ? Eh baru jam 8 toh. Bisalah lanjutin skripsi sebelum tidur." ucap Vio yang baru selesai mandi. Gadis itu mulai membuka laptop dan mengambil semua buku referensi sambil berbaring. Belum sampai 30 menit berlalu ada saja yang mengusik Vio dari skripsi nya.

Kring kring kring !

"Iya Pak, kenapa ? Perasaan baru beberapa jam gak ketemu udah kangen aja sama saya." jawab Vio saat tahu siapa orang yang memanggilnya lewat video call.

"Wahaha percaya diri sekali anda, Viola. Lagi apa kamu ?" tanya Aldo sambil meledek.

"Well, ini lagi lanjutin skripsi saya yang tercintah." balas Vio lagi masih tetap fokus ke laptopnya.

"Besok ada jadwal kuliah kah ?" tanya Aldo lagi.

"Kosong Pak. Mau ngajakin saya kencan ya ?" jawab Vio terbahak-bahak.

"Gak, saya mau kencan sama Pak Agus aja. Mumpung besok free besok kita mulai saja misinya ya ?" balas Aldo santai.

"Saya sih gak masalah, cuma bapak gak ada jadwal ngajarkah ?" ujar Vio sambil menutup buku referensinya dan berniat untuk menaruhnya kembali di meja belajar.

"Saya juga kosong sih. Menurut kamu besok kita harus ngapain ?" tanya Aldo lagi.

"Ngapain ? Ya ke rumah anaknya lah Pak buat cari informasi. Syukur kalau ketemu sekalian sama Pak Agus disana." jawab Vio ketus.

"Menurut saya gak mungkin kalau langsung ketemu disana. Anaknya saja tidak tahu keberadaannya." Jawab Aldo menganalisa.

"Kalo saya pribadi tidak mungkin kita besok kesana hanya bertanya perihal Pak Agus. Lebih baik kalo kita juga menyinggung untuk membantu mereka mengungkap kasus kematian sang ibu. Setelah itu sekalian kita membantu mencari Pak Agus." jelas Vio.

"Hmm boleh juga tuh. Kalo begitu yaudah gitu aja, sesuai rencana kamu barusan. Saya tutup ya. Besok saya jemput jam 9 di depan rumah ya. Bye." bersamaan dengan ditutup nya Video Call dari Aldo, gadis itu hanya menggerutu kesal menghadapi sikap dosen yang selalu seenaknya saja.

...*****...

Besoknya mereka segera berangkat jam 9 pagi menuju alamat yang tertera. Dalam perjalanan Vio sempat melihat kaca spion dan terlihat mobil mencurigakan yang mengikuti dari belakang.

"Dari tadi kamu lihat spion terus, ada siapa dibelakang ?" tanya Aldo yang menyadari pandangan Vio terpaku di spion.

"Bukan apa-apa Pak." jawab Vio menyadari bayangan mobil itu sudah tidak mengikuti mereka lagi. Aldo bertanya ada apa namun Vio mengatakan tidak apa-apa kemudian mobil itu menghilang dalam sekejap.

'Perasaanku saja atau memang mobil itu mengikuti kami. Sangat mencurigakan.' Vio bertanya-tanya dalam hati. Sesampainya di lokasi, mereka mengetuk pintu rumah si kembar dan disambut oleh Viko. Mereka pun mulai bertanya tentang masalah yang terjadi.

"Maaf mengganggu, kami dari kepolisian ingin meminta waktu sebentar untuk dimintai keterangan." ujar Aldo pada Viko, anak laki-laki Pak Agus.

"Oh tentu saja boleh, silahkan masuk dan duduk." jawab Viko mepersilahkan masuk.

"Jadi tolong jelaskan pada kami kronologi kematian Ibu nya saudara Viko." pinta Aldo.

"Malam itu saya baru pulang kuliah sekitar jam 8 an baru sampai di rumah. Begitu sampai di rumah, saya sama Vina niatnya mau keluar untuk beli makan malam. Kami pun keluar rumah dan menitipkan pada tetangga sebelah untuk mengawasi ibu, karena kejahatan sekarang tidak tahu bisa menyerang kapan dan dalam situasi apa saja. Pulang dari beli makanan kami melihat ibu sudah tergeletak di ruang tamu dengan bekas pisau di perutnya." Viko menjelaskan detil tanpa jeda.

"Memangnya bapak hari itu kemana ? Sedang kerja kah ?" tanya Vio lagi.

"Bapak memang suka jarang pulang, sekali pulang biasanya dua minggu sekali. Tapi ini terhitung sudah lebih dari dua bulan belum ada tanda bapak akan pulang." jawab Viko tertunduk.

"Kalian tidak mencari bapak ?" Tanya Aldo penasaran.

"Kami pikir jika berhasil menemukan bapak, dia juga tidak akan perduli soal kematian mama. Ya jadi kami diam saja." balas Viko masih tertunduk.

"Kalau begitu jangan khawatir, serahkan saja pada kami. Kasus ini pasti akan terpecahkan dan bapakmu pasti akan kami cari." ujar Aldo meyakinkan. Mereka pun berjanji akan menemukan Pak agus secepatnya sambil mencari pelaku yang membunuh ibu mereka. Viko izin ke kamar sebentar untuk mengambil sesuatu.

Mereka pun melihat-lihat sampai tertuju pada foto keluarga si kembar. Vio terkejut melihat foto pak Agus. Aldo yang melihat perubahan raut wajah Vio hanya bingung. Viko kembali ke ruang tamu sambil membawa sebuah buku terakhir yang dipegang ibunya saat dia meninggal dan memberikan pada mereka sebagai barang bukti.

"Terimakasih atas bukunya Viko." ujar Vio sambil tersenyum kecil.

"Sebelum kalian pamit, boleh aku tahu nama kalian ?" tanya Viko

"Saya Aldo dan dia..."

"Namaku Ola. Senang berkenalan denganmu." jawab Vio cepat memotong ucapan Aldo. Aldo langsung melihat kearah Vio tidak mengerti.

"Okee hati-hati di jalan." jawab Viko lega.

...*****...

Sepulang dari menjalankan misi hari sudah malam sekitar jam 11. Sesampai di kontrakan, Vio menawarkan Aldo untuk menginap saja karena ada kamar kosong daripada harus pulang larut malam begini.

"Pak, ini sudah hampir tengah malam mending nginep di saya aja. Ada satu kamar kosong dekat dapur tuh. Lagian besok pagi bapak ngajar kan ? Entar telat lagi karena saya. " tawar Vio pada Aldo.

"Tapi saya gak punya baju ganti dong kalau nginep di kamu." jawab Aldo bingung.

"Di lemari saya banyak baju ukuran pria. Pilih aja sesuka hati." jawab Vio enteng.

"Eumm... Pacar kamu sering nginep disini ?" tanya Aldo hati-hati.

"Whatt ? Gila aja kalo saya ngelakuin hal itu. Teman aja gak punya apalagi pacar." jawab Vio kesal.

"Oohh kirain..." balas Aldo canggung. Kebetulan daerah rumah Vio itu banyak sekali preman, tukang begal dan segala macam penjahat. Aldo berpikir dan menyetujuinya, kebetulan diluar hujan deras.

Masing-masing dari merekapun membersihkan diri sejenak, setelah itu serempak menuju ruang tamu. Vio dan Aldo larut dalam kegiatan masing-masing. Tiba-tiba ditengah keheningan mereka di ruang tamu, terdengar bunyi perut Aldo. Mendengar hal itu, Vio tahu mungkin dosen nya itu lapar karena belum makan sedari siang.

Kriuuk....

"Opps sepertinya itu bunyi perut saya." Jawab Aldo malu.

"Bapak lapar ya ? Diluar lagi hujan, saya masakin sesuatu sebentar ya Pak." tawar Vio sambil terkekeh.

"Tidak perlu repot-repot Vio, saya jadi ngerepotin." belum selesai Aldo melanjutkan bicaranya gadis itu sudah pergi duluan ke dapur. Vio pun mengecek kulkas dan mulai memasak. Setelah itu merekapun makan bersama di ruang makan.

"Wow telor dadarnya enak, ternyata kamu pintar masak ya." puji Aldo sambil terus melahap makanannya.

"Hidup sendiri mah harus bisa segalanya dong Pak. Hidup tuh jangan terlalu bergantung sama orang lain."ujar Vio asal. Aldo ingin bertanya lagi tapi ia urungkan.

"Menurutmu Pak Agus itu gimana ? Apa mungkin kalau dia membunuh istrinya sendiri ?" tanya Aldo mengalihkan pembicaraan.

'Pak Agus... Dia itu...' tanya Vio dalam hati.

Flashback.

"Neng Viola hari ini mau diantar kemana ? Mau ketemu Dokter Dianakah ?" tanya supir Vio dengan senyuman khasnya.

"Bapak gak capek kan nganterin aku setiap hari ?" tanya Vio kecil dengan nada khas anak kecil.

"Ya gapapa atuh neng. Itu kan tugas Bapak sebagai supir. Istri Bapak sedang sakit sekarang jadi saya harus kerja keras biar bisa beli obat heehhe" jawab supir tersebut lagi-lagi masih tersenyum.

"Ibu lagi sakit ? Aku belum pernah bertemu dengan istri Bapak, besok aku main kerumah ya Pak Agus." ucap Vio girang.

"Boleh dong Neng Vio yang cantik." jawab Pak Agus.

'Bahkan saat aku gak yakin bisa melewati hari-hari yang mencekam itu Pak Agus selalu ngasih semangat setiap hari. Dia bukanlah orang jahat.' gumam Vio dalam hati.

"Heyy kenapa malah melamun ?" tanya Aldo bingung melihat Vio.

"Saya gak yakin Pak Agus yang membunuh istrinya. Kita selidiki semua petunjuk supaya bisa dapat jawabannya." ujar Vio sambil melanjutkan makanannya.

"Ooh begitu. Yasudah." balas Aldo singkat. Pria itu hanya memilih diam meski sudah banyak pertanyaan terpatri di otaknya. Melihat reaksi dari Vio tadi sepertinya ada sesuatu yang aneh, mengapa Vio seyakin itu menjawab tentang Pak Agus.

Episodes
1 Prolog
2 Kegiatan Baru
3 Misi Pertama
4 Pelakunya Tetangga Sebelah ?
5 Misi kedua : Ayuna (Adik Tono)
6 Kencan Bareng Ayuna
7 Pergi Bertemu Adik
8 Berbaikan (Tono dan Ayuna)
9 Gadis Berkacamata
10 Janji Rena
11 Hampir Lepas Kontrol
12 Rencana Terselubung
13 Fitnah untuk Vio
14 Rencana Gila Naira
15 Pertemuan dengan Ratna (1)
16 Pertemuan dengan Ratna (2)
17 Setelah Pertemuan dengan Ratna
18 Rencana Rahasia Rena
19 Pertanyaan Ketua Jurusan
20 Perpisahan yang Buruk
21 Keputusan Viola
22 Gadis dalam Figura (1)
23 Ngobrol Santai
24 Kepoin Emak
25 Masked Man
26 Kematian Ibu Tono
27 Luka Naira
28 Kartu AS
29 Gadis dalam Figura (2)
30 Menuju Wisuda Viola
31 Strategi Kasat Mata
32 Membuka Kartu AS Sendiri
33 Book Fair
34 Musuh baru (?)
35 Konsultasi Pertama
36 Luapan Emosi
37 Seleksi Wawancara
38 Nadin Pulang
39 Anak Buah Nadin
40 Flashback 1 (Ratna)
41 Flashback 2 (Ratna)
42 Flashback 3
43 Rahasia Perusahaan
44 First Trip
45 Ardan Mantan Hacker
46 Membunuh Keluarga Sendiri
47 Tentang Vallen
48 Training Camp
49 Alasan Vallen ke Training Camp
50 The Real Match (1)
51 The Real Match (2)
52 Tidak Fokus
53 Kembalinya Ingatan Vallen
54 Masalah Baru
55 Tugas Pertama Ayuna
56 Sehari Sebelum ke Brebes
57 Brebes dan Rahasia (1)
58 Brebes dan Rahasia (2)
59 Back to Reality
60 Flashback 4 --Ratna, Bambang, Linda--
61 Flashback 5 (Ratna, Dave)
62 Flashback 6
63 Janji Bambang
64 Secuil Kenangan
65 Awal yang Baru
66 Rena dan Eddy
67 Pertemuan Tak Terduga
68 Rencana Rendy
69 Ancaman Rendy
70 Salah Paham
71 Orang Penting
72 Salah Paham (part 2)
73 Projek Baru
74 Ide Baru
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Prolog
2
Kegiatan Baru
3
Misi Pertama
4
Pelakunya Tetangga Sebelah ?
5
Misi kedua : Ayuna (Adik Tono)
6
Kencan Bareng Ayuna
7
Pergi Bertemu Adik
8
Berbaikan (Tono dan Ayuna)
9
Gadis Berkacamata
10
Janji Rena
11
Hampir Lepas Kontrol
12
Rencana Terselubung
13
Fitnah untuk Vio
14
Rencana Gila Naira
15
Pertemuan dengan Ratna (1)
16
Pertemuan dengan Ratna (2)
17
Setelah Pertemuan dengan Ratna
18
Rencana Rahasia Rena
19
Pertanyaan Ketua Jurusan
20
Perpisahan yang Buruk
21
Keputusan Viola
22
Gadis dalam Figura (1)
23
Ngobrol Santai
24
Kepoin Emak
25
Masked Man
26
Kematian Ibu Tono
27
Luka Naira
28
Kartu AS
29
Gadis dalam Figura (2)
30
Menuju Wisuda Viola
31
Strategi Kasat Mata
32
Membuka Kartu AS Sendiri
33
Book Fair
34
Musuh baru (?)
35
Konsultasi Pertama
36
Luapan Emosi
37
Seleksi Wawancara
38
Nadin Pulang
39
Anak Buah Nadin
40
Flashback 1 (Ratna)
41
Flashback 2 (Ratna)
42
Flashback 3
43
Rahasia Perusahaan
44
First Trip
45
Ardan Mantan Hacker
46
Membunuh Keluarga Sendiri
47
Tentang Vallen
48
Training Camp
49
Alasan Vallen ke Training Camp
50
The Real Match (1)
51
The Real Match (2)
52
Tidak Fokus
53
Kembalinya Ingatan Vallen
54
Masalah Baru
55
Tugas Pertama Ayuna
56
Sehari Sebelum ke Brebes
57
Brebes dan Rahasia (1)
58
Brebes dan Rahasia (2)
59
Back to Reality
60
Flashback 4 --Ratna, Bambang, Linda--
61
Flashback 5 (Ratna, Dave)
62
Flashback 6
63
Janji Bambang
64
Secuil Kenangan
65
Awal yang Baru
66
Rena dan Eddy
67
Pertemuan Tak Terduga
68
Rencana Rendy
69
Ancaman Rendy
70
Salah Paham
71
Orang Penting
72
Salah Paham (part 2)
73
Projek Baru
74
Ide Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!