Cantik, Smart, dan Ramah

Setelah memindahkan Axel dalam gendongannya. Allin beranjak pergi setelah membisikkan sebuah kalimat pada Vano. Allin dapat menangkap raut bersalah pada suaminya, membuat Vano tak mampu untuk menyangkal.

Dengan mata berkaca Allin meninggalkan suaminya yang diam terpaku, berharap sosok suaminya menyusul tapi di lain pihak dia ingin sendiri.

Allin merasa terluka saat mengingat apa yang diucapkan Risa pada Vano dan suaminya begitu khusuk mendengarkan dengan tatapan tak lepas dari perempuan itu.

Saat kehadiran Allin ada didekat mereka dan turut mendengarkan ucapan Risa, Vano masih tak menyadari kehadiran Allin itulah yang membuat hati Allin sakit. Tatapan itu biasanya hanya untuk dirinya kini ada perempuan lain yang ditatap oleh suaminya seperti itu.

"Allin mereka bersaudara, tepiskan rasa cemburumu itu" tegurnya pada diri sendiri sambil melangkah ke arah bunda yang tak jauh dari box bayi.

"Bun, Allin titip Axel" pinta Allin sambil meletakkan Axel di box bayi. Dia melirik sebentar ke arah Vano, suaminya tampak sedang tersenyum berbicara dengan tantenya, ibu dari Risa.

Lagi-lagi dia merasa kecewa melihat sikap Vano. Allin pun menggerutui dirinya sendiri yang terlalu sensitif, tak seharusnya dia cemburu dengan saudara sepupu suaminya.

"Aku tak cemburu mungkin ini karena perkataan ibunya Risa jadi membuat suasana hatiku menjadi sensitif seperti ini" Monolog Allin menepis semua rasa cemburunya.

Allin memilih pergi ke kamar bi Inah, dia bersembunyi di situ melepaskan tangisnya. Dia sendiri tidak mengerti alasan kecemburuannya, dia hanya ingin menangis melepaskan sesak yang sedari tadi menghampirinya. Baru hari ini dia merasa kesepian di dalam keramaian. Tak seorang pun menyadari, suaminya pun tak peka, pikirnya.

***

Vano terpaku sesaat dengan bisikan Allin, dia pun beranjak ingin menyusul tapi tantenya menghampiri.

"Maaf Tante aku tinggal sebentar" pamit Vano tapi tantenya malah menarik Vano untuk kembali duduk.

"Sebentar kita ngobrol dulu di sini. Sudah lama Tante tidak bertemu sama kamu terakhir saat kematian ayahnya Risa. Iya kan?" bujuk tante sedikit memaksa Vano.

Vano pun tersenyum tipis dan menatap ke arah Allin yang sedang meletakkan Axel ke box bayi.

"Kan masih ada waktu lain untuk kita ngobrol Tante. Saya ada keperluan penting, maaf saya tinggal dulu" Vano mencoba melepaskan diri.

"Jadi seperti ini sikap kamu sekarang sama Tante dan Risa. Dia sudah hampir tujuh tahun tersiksa karena kamu dan sekarang kamu mengabaikan Risa begitu saja" tegur tantenya dengan nada mengejek.

Risa membelalakan mata tak percaya dengan ucapan ibunya yang terlalu terbuka pada Vano.

Vano menatap Risa dengan tatapan permohonan maaf lalu dia meninggalkan ibu dan anak itu begitu saja membuat perempuan itu berdecak kesal. Risa menatap sendu kepergian Vano.

Sella tersenyum tipis melihat sikap Vano, sedari tadi matanya tak lepas memperhatikan yang terjadi di antara mereka. Dia juga tahu betapa kecewanya Allin meninggalkan meja Vano dengan mata berkaca hingga Allin lenyap di balik pintu arah belakang.

"Kau sedang menatap apa?" tegur Ardio sambil menghempaskan bagian tubuh belakangnya di samping Sella.

Sella tersenyum miring melihat sikap Ardio, dia baru mengerti mengapa Allin sering tersipu malu saat suaminya sedang cemburu.

"Sedang memperhatikan mantanku" Sella sengaja memprovokasi Ardio, suaminya itu seketika menatap sinis pada Sella.

"Apa kita perlu pindah dari sini?" tekan Ardio membuat mata Sella membulat tak percaya tak lama dia terkekeh. Ya, Ardio selalu menggunakan kalimat itu untuk menyerangnya jika suaminya mulai cemburu dengan Vano.

"Kau yakin bisa jauh dari Dio" cibir Sella sambil mengusap lembut pada kepala Dio yang sedang berada di pangkuan Ardio.

"Kita akan membawanya, mereka sudah punya dua" tunjuk Ardio pada box bayi yang sedang dikerumuni oleh saudara-saudara dari bunda Vano.

"Kau cari masalah! Vano dan Allin bisa membunuh kita" tegur Sella pada niat Ardio.

"Siapa takut" sahut Ardio menantang.

"Tidak, aku tetap ingin tinggal di sebelah" bujuk Sella sambil menyelipkan tangannya di lengan Ardio, dan kepalanya dia senderkan di bahu suaminya itu.

"Allin sekarang sedang sedih, perempuan itu adalah mantan satu-satunya Vano mungkin dia akan menjadi saingan berat buat Allin" jelas Sella sambil matanya mengarah pada Risa. Ardio mengikuti arah pandang Sella.

"Ya dia terlihat cantik, smart dan juga ramah" puji Ardio seketika Sella memberikan pelototan matanya.

"Kenapa?" tanya Ardio santai.

"Kau dilarang memuji wanita lain selain aku" tegur Sella dan membuat Ardio tersenyum tipis.

"Ini termasuk pekerjaanku, bermulut manis dan menyanjung semua orang" balas Ardio makin memprovokasi Sella.

"Dasar mantan playboy!" gerutu Sella.

"Kau beruntung mendapatkan suami mantan playboy, karena aku sudah jenuh bermain dengan perempuan lain. Aku takkan tergoda lagi dengan kecantikan apalagi dengan sikap perempuan yang bermuka dua, aku sudah hafal bagaimana manisnya wajah-wajah mereka" jelas Ardio sambil matanya tak lepas memperhatikan keluarga dari ayah Vano.

Di sana terlihat Risa sedang menjadi pusat perhatian, senyuman yang manis, pembawaannya yang lemah lembut dan kadang-kadang Risa terlihat tersipu malu sambil menundukkan wajahnya. Mata-mata kagum memandangnya, dan tak ingin lepas untuk mendengar apa yang ingin diucapkan perempuan cantik itu.

"Kau jangan terlalu sombong" tegur Sella sambil menatap Ardio dan turut memperhatikan Risa dari kejauhan.

***

Vano berdiri sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding, kepalanya menengadah ke langit-langit rumah sedang ia benturkan ke dinding dengan tempo pelan, hembusan napasnya terdengar kasar . Kegiatannya berhenti ketika seseorang menghampirinya lebih tepatnya mengikuti Vano sedari tadi.

"Tante kecewa sama kamu Vano, kenapa kamu harus menikahi babysitter anakmu. Jika tau hubungan kamu dengan Sella tidak seharmonis yang tante duga, pasti keluarga kita akan mengusulkan Risa menjadi istrimu. Tante yakin kamu pasti masih mencintai Risa begitu juga dengan anak tante, hampir tujuh tahun dia mencoba melupakan kamu, tapi nyatanya kamu malah menikahi pelayanmu itu" ucap tante Rima begitu memburu dan tak memberi kesempatan untuk Vano menyela.

"Semua sudah berakhir tujuh tahun lalu Tante, Risa bukan jodohku" sahut Vano santai.

"Tante tak yakin, dari caramu menatap Risa saja kau nampak begitu merindukannya" cecar tante Rima yakin dengan penglihatannya.

"Cukup Tante, sebaiknya Tante kembali ke dalam" balas Vano gusar dan sedikit merasa tak enak hati karena mengusir tantenya terang-terangan.

"Kita lihat nanti Vano, apa kau masih seyakin ini jika Risa selalu berada di depan matamu" ucapnya sinis sambil berlalu pergi meninggal Vano.

"Astaga, apa yang sudah kulakukan" guman Vano menyadari kesalahannya pada Allin, tantenya saja bisa melihat bagaimana cara dia memandang Risa apalagi Allin perempuan peka itu.

Terpopuler

Comments

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Vano payah

2021-05-12

0

Bundanya Naz

Bundanya Naz

mau liat vanno gmn klo allin tinggalkan dia

2021-01-22

0

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

Kakak Author😉

like, jejak dan semangat hadir lagi ya untuk kakak😊💪


dari "Cinta Pak Bos"😍

mampir lagi yu kak 😊

2020-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!