Di rumah besar Vano telah berkumpul keluarga besarnya dengan suasana keceriaan yang terpancar di setiap wajah.
Dua pria tua sedang duduk bercengkerama di sudut ruangan sesekali mata mereka mengedar melihat kegiatan anggota keluarganya.
Dan Vano sedang berlutut di pinggir sebuah box bayi sambil memperhatikan dengan takjub kedua anak-anaknya yang sedang dipakaikan sarung tangan oleh bundanya.
Tangan Vano dengan lembut dan takut-takut menyentuh tangan mungil anaknya seolah-seolah tangan mungil itu akan patah jika dia sentuh dengan kuat. Wajah binarnya membuat bunda tersenyum memperhatikan.
Sedangkan Ardio sedang menjaga Dio yang semakin aktif berlari kesana-kemari.
Dan Allin duduk di sudut ruangan menatap wajah-wajah asing yang berada di dalam rumahnya. Selama pernikahan dengan Vano, baru kali ini dia melihat wajah-wajah dari keluarga suaminya.
Dan Sella menghampiri Allin, perempuan hamil muda itu bersyukur dapat menghadiri acara 40 harill bayi kembar Vano dan Allin yaitu Axel dan Alexa. Seharusnya dia masih berada di rumah sakit untuk istirahat total dengan pengawasan dokter 24 jam karena kandungannya yang lemah.
"Kau kenapa?" tanya Sella heran melihat sikap Allin yang murung.
Allin hanya menggeleng dan memaksakan sebuah senyuman di wajahnya. Senyum tak tulus Allin membuat rasa ingin tahu Sella makin menjadi.
"Ada apa?" desak Sella.
"Mereka seperti tak menyukaiku" bisik Allin pada Sella dengan tatapan ter-arah pada sekumpulan keluarga dari ayah Vano yang sedang bercengkrama.
"Abaikan saja, mereka memang begitu" saran Sella santai.
Allin menatap Sella dengan lekat dari ujung kaki hingga kepala. Sella yang cantik dan pintar, kesempurnaan seorang wanita ada padanya. Dia memang tak bisa dibandingkan Sella, dia hanya perempuan biasa-biasa yang tak mempunyai kelebihan apa-apa. Parasnya pun tergolong pas-pasan menurutnya.
Rasa tak percaya diri menghampiri Allin hingga dia membandingi dirinya pada Sella.
Wajar saja perlakuan keluarga ayah mertuanya sangat ramah pasa Sella, sedari tadi mereka kadang sengaja menghampiri Sella berbasa-basi menanyakan kabar Sella. Tapi dengan Allin mereka seolah menganggap dia tidak ada.
"Kau kenapa jadi memperhatikanku" tegur Sella merasa risih. Allin hanya tersenyum dan makin sengaja memperhatikan Sella. Tapi senyum Allin mulai luntur saat tatapan Sella begitu tajam tertuju pada seseorang yang sedang masuk ke dalam rumahnya. Seorang gadis cantik yang begitu elegan berjalan dengan kaki panjangnya menghampiri keluarga dari ayah mertuanya.
"Siapa dia?" tanya Allin heran melihat perubahan wajah Sella.
Sella menatap Allin dan menggeleng. "Bukan siapa-siapa"
"Bukan jawaban itu yang mau kudengar, kau kenal tidak?" protes Allin.
"Dia sepupu Vano dan perempuan yang duduk disampingnya adalah ibunya" tunjuk Sella pada perempuan tua yang dari tadi diam-diam menatap Allin tidak suka.
Melihat arah jari Sella Allin membeku seketika, perempuan tua yang tadi telah menyidirnya dan menatap sinis padanya.
"Aku tak habis pikir apa yang membuat Vano menikahi babysitter sepertimu, kau tak sebanding dengan Sella" sindir perempuan tua itu saat Allin bertemu dengannya di dapur.
Perempuan cantik itu mengarahkan pandangannya pada Vano yang tengah menggendong anak kembarnya saat ibunya menunjukkan keberadaan Vano. Dia terlihat begitu senang, senyuman manisnya nyaris tak lepas sambil melangkah menuju Vano.
"Cepat hampiri Vano" perintah Sella. Allin seketika menoleh pada Sella dengan tatapan penuh tanya. Kenapa Sella terlihat begitu khawatir, perempuan itu hanya sepupu Vano atau kerabat suaminya. Sella terlalu berlebihan, pikir Allin.
Sella menarik tangan Allin tanpa menjelaskan apa pun, membuat Allin kebinguangan sendiri dan melangkah gontai menuju suaminya. Tapi perempuan cantik itu telah mendahuluinya.
"Al" sapanya membuat Vano menengadah menatap perempuan cantik yang sedang berdiri di hadapannya.
Langkah Allin terhenti melihat perubahan raut wajah Vano yang begitu asing. Vano tampak bingung melihat keberadaan sepupunya, bahasa tubuhnya menunjukkan kegelisahan.
"Kenapa kau menatapnya begitu sayang" guman Allin.
Firasat buruk seketika menghampiri Allin. Dia pun melebarkan langkah kakinya tetapi seseorang menahannya.
"Bisakah kau mengambilkan minuman untuk Risa" perintah perempuan tua tadi dengan sikap arogannya sambil menunjuk ke arah perempuan cantik itu.
Allin hanya mengangguk, dia mencoba untuk memaklumi sikap dari adik ayah mertuanya itu, bahwa dia di sini adalah tuan rumah dan tak masalah jika dia melayani saudara dari ayah mertuanya.
Saat Allin membawakan minuman ke tempat Vano dan Risa. Kali ini rasa sakit tiba-tiba menyusuk dadanya, tatapan Vano tak lepas dari Risa, tatapan itu terlihat beda, seperti ada kerinduan di dalam tatapan suaminya.
"Sayang" panggil Allin memutuskan tatapan Vano dan menghentikan suara Risa yang tadi tak sedang berbicara pada Vano.
"Ya" sahutnya begitu terkejut melihat Allin telah berdiri di hadapannya. Vano pun mengendalikan ekspresi wajahnya se normal mungkin dan melepaskan senyumannya untuk Allin.
Allin meletakkan minuman dan duduk di samping Vano dengan hati yang menahan kecewa. Allin mencoba tersenyum dan memperkenalkan dirinya. "Allin" sambil mengulurkan tangannya.
"Risa" balasnya dengan menerima uluran tangan Allin. Seukir senyum tipis Risa pertunjukkan membalas senyum hangat Allin.
"Mbak Risa, boleh aku memanggilmu begitu" tanya Allin begitu polos. Dia lihat dari perawakannya, Allin memperkirakan usia perempuan itu sepertinya jauh di atasnya mungkin se-usia dengan suaminya.
"Tidak perlu panggil Risa saja" balasnya datar.
Allin merapatkan bibirnya sambil mengangguk mengerti. Dia menatap ke sampingnya ke arah Vano yang sedang memperhatikan bayi Axel, sedangkan bayi Alexa tak lepas dari pangkuan bunda.
"Berikan padaku, biar Axel aku letakkan di box bayi" pinta Allin datar.
Vano menengadah menatap Allin tapi istrinya malah membuang muka ke arah lain. Allin mengotrol ekspresi kecewa untuk tampak seperti sewajarnya. Lalu Allin menatap kembali pada Vano dengan seukir senyuman.
Hati Vano berdesir tak karuan saat Allin membuang mukanya dari tatapannya, tapi wajah istrinya kembali menghadap padanya dengan sebuah senyuman.
Tapi tatapan mata Allin membuat dia merasakan sesuatu dalam dirinya menusuk, dia tau senyum pura-pura Allin. Vano pun meraih tangan istrinya itu, mengecup lembut punggung tangan istrinya dengan perasaan bersalah dihadapan Risa.
Risa seketika membuang mukanya ke arah lain. Allin menangkap gelagat aneh yang ditunjukan oleh Risa, raut kecewanya saat Vano mencium punggung tangannya.
Vano tidak tau pasti Allin menyadari apa tidak, tentang perasaannya yang sedang berkecamuk kacau di dalam sana. Seseorang masa lalunya hadir, terakhir dia bertemu Risa satu bulan setelah pernikahannya dengan Sella.
Dengan Sella Vano tak keberatan menceritakan sosok wanita di hadapannya, karena pada waktu itu dia dan Sella sedang mencoba menyatukan diri. Dengan membagikan kisah mereka satu sama lain. Sella merupakan cinta diam-diam Vano ketika SMA, tapi dengan Risa cintanya bersambut.
Tapi untuk menceritakan pada Allin, dia sungguh takut. Takut akan mengganggu kenyamanan Allin, itu hanya kisah masa lalunya dan masa depannya adalah Allin.
"Sayang, kau habis seperti buat dosa!" bisik Allin pada telinga Vano. Dan mengambil Axel di pangkuan Vano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Bambang Setyo
Aduuuuhhh... Vano..
2021-05-12
0
Bundanya Naz
gk pp semua org pnya ms lalu yg terpenting skrg bgmn menyikapi ketika seseorang dr masa lalu dtg mencoba mengusik hati kita
2021-01-22
0
Jenong
aku datang MBK yel. salam .
2020-11-08
0