Di dalam rumah sakit kedua pria itu telah heboh dengan saling pukul. Bunda Vano yang baru datang menghampiri keduanya dan menarik kuat kedua kuping pria dewasa itu.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya bunda Vano dengan geram.
"Pria busuk ini, dia membawa kabur kendaraan yang aku persiapkan untuk membawa Allin tapi dia mendahuluiku dan membawa pergi mobilnya" cecar Vano menatap sinis pada Ardio.
Bunda menatap Ardio meminta penjelasan.
"Sella tiba-tiba ikutan pingsan jadi aku panik dan membawa kendaraannya"
Bunda menghela napas frustasi, dua pria dewasa ini bertindak kanak-kanak saat berhubungan dengan istri-istrinya. Dia tidak bisa menyalahkan keduanya mereka punya alasan kuat yaitu mengutamakan kepentingan istrinya masing-masing.
"Suami Ibu Sella" panggil perawat sambil menatap lekat kedua pria itu.
"Saya Sus" sahut Ardio sambil mendekat dan diikuti bunda Vano di belakangnya.
Kedua orang itu mengikuti perawat dan memasuki ruangan tempat Sella terbaring. Seorang dokter telah menunggu dengan senyuman yang terbingkai menunjukkan rasa bahagia. Dia sangat tau sekali riwayat kondisi kesehatan pasiennya, sudah beberapa tahun ini dia yang menangani Sella.
"Bu Sella dalam keadaan sehat karena kehamilan pertamanya dan kandungannya begitu lemah dia harus bed rest total selama dua bulan ini"
"Maksud Anda istri saya hamil?" tanya Ardio tak percaya.
Dokter itu mengangguk membuat mata Ardio berkaca dan dengan segera dia menghampiri Sella yang masih terlelap. Pria itu mencium berulang-ulang tangan istrinya.
Bunda pun ikut menitikkan air matanya.
Semua itu perlu berjodoh, saat Sella menjadi menantunya bayi mungil itu tak mau hadir dalam kandungan Sella, dan kini baru satu bulan pernikahan Sella, seorang bayi mungil telah hadir di dalam rahim Sella.
Tuhan maha tahu, dia punya rahasia untuk mewujudkan keinginan setiap mahluknya pada saat yang tepat.
Bunda dan dokter meninggalkan Ardio bersama Sella, memberikan ruang pada dua insan itu untuk meluapkan rasa bahagiannya.
Ayah Vano terlihat sedang menyambut kedatangan mantan besannya saat bunda menghampiri.
"Bagaimana keadaan Sella?" tanya pria tua itu sedikit panik pada bunda Vano.
"Alhamdulillah sebentar lagi Anda akan mempunyai cucu" terang bunda dengan mata berbinar, mereka yang mendengarnya tak terkecuali Vano ikut berbinar dan mengucapkan rasa syukur bersamaan.
Dan pria tua itu pamit meminta izin menemui Sella.
"Kau mengapa masih di sini?" tegur bunda baru menyadari Vano tak menemani istrinya.
"Maksud Bunda?" tanya Vano tak mengeti.
"Cepat, masuk temani istrimu"
Vano yang sedaritadi gusar seolah mendapat energi saat bundanya memberi izin dia masuk ke kamar persalinan Allin. Matanya berbinar tetapi tak lama kemudian meredup mengingat bagaimana dia disuruh keluar oleh salah satu perawat yang sedang menangani Allin.
"Memang boleh Bunda?" tanya Vano dengan tatapan polos seperti seorang bocah yang sedang ragu tapi penuh rasa harap.
"Bukan boleh lagi, tapi harus"
Dengan senyum lebar Vano melangkah masuk ke kamar persalinan itu. Dia menatap tak suka pada perawat yang tadi mengusirnya dengan memberikan isyarat dengan dua jarinya, mengintimidasi perawat tersebut.
Perawat tersebut menelan salivanya, dia begitu ketakutan, bukan maunya, dia hanya mengikuti intruksi Allin agar suaminya tak ikut menemani proses persalinannya.
"Sayang mengapa kau di sini" tegur Allin sambil menahan kesakitan saat mendapati Vano tengah mencium tangannya.
"Aku akan menemani sampai kau melahirkan anak kita"
Sambil menahan sakit Allin tersenyum kaku, dia menepiskan semua bayangan dengan kehebohan yang akan di buat Vano. Dia mencoba berpikir positif suaminya takkan melakukan hal bodoh.
Allin menahan erangan yang akan keluar dari mulutnya saat perutnya terasa tercabik-cabik dan tulangnya terasa terpatahkan. Tapi dia coba tahan karena wajah panik Vano lebih mengkhawatirkannya.
Apalagi melihat bagaimana tatapan menghujam suaminya pada dokter, yang sedari tadi bolak balik mengecek pembukaan pada jalan lahirnya, membuat suaminya berkali-kali menghardik petugas medis itu.
"Apakah kalian tidak punya tindakan lain selain memasukan jari kalian berulang-ulang. Cepat bantu istriku melahirkan " protes Vano masih tertahan. Allin meremas tangan Vano dengan kuat dia tak sanggup menegur Vano karena rasa sakitnya membuat dia mengatupkan bibirnya.
"Maaf Tuan kami harus memeriksanya sesuai prosedur jika jalan lahirnya sudah pembukaan lengkap, Nyonya Allin baru diperbolehkan mengejan ini demi keselamatan bayi dan ibunya"
"Sayang kita lalukan tindakan operasi saja ya" bujuk Vano tak kuat melihat kesakitan Allin, meski Allin daritadi tak bersuara dia dapat melihat ekspresi istrinya yang tengah berjuang menahan sakit.
Allin menggeleng kuat. Sebelumnya dia sudah membahas masalah ini dengan Vano dan kedua mertuanya, Allin tetap bersikeras ingin melahirkan dengan normal.
Vano merasa frustasi tak bisa melakukan apa-apa untuk istrinya dia hanya dapat memeluk kepala istrinya dengan membisikkan kata-kata untuk menguatkan Allin.
"Sayang aku mencintaimu! Kau tau? Kau adalah istri dan Ibu yang hebat. Kau ingat tidak, saat kita pertama kali berjumpa" Allin mengangguk sambil meyunggikan senyumnya mengingat momen itu. "Aku sempat berharap menjadi Dio" jujur Vano dengan malu. Allin menatap tak percaya pada Vano. "Kau benar-benar me ... sum arrgh ..." protes Allin sambil mengerang sakit.
"Aku benar-benar berdosa saat itu, rasanya aku sudah mengkhianati Sella. Karena itu aku menghindarimu dan selalu ketus jika kau mendekat"
"Kau su-sudah tidak setia Tuan" cibir Allin sambil menahan erangan kesakitannya.
Vano mengangguk membenarkan. Meski begitu Vano telah berusaha keras untuk tak jatuh cinta pada Allin tapi takdir Tuhan mempersatukan mereka.
Perawat yang berada di ruang tersebut diam-diam mendengar, rasa kesal saat tatapan Vano menghujam mereka menguap begitu saja. Malah perawat-perawat itu merasa kagum dan juga iri pada Allin yang mendapatkan sosok suami yang begitu mencintai meski rada gila dan posesif.
Vano mulai emosional saat dokter mengatakan pembukaan telah lengkap. Dan mempersilahkan Allin untuk mengejan. Napas Vano mulai tidak teratur dan dia seperti lupa untuk menarik napasnya sendiri melihat bagaimana perjuangan Allin untuk mendorong anaknya keluar.
Allin yang berjuang dan Vano yang kehabisan napas, pria itu tampak terengah-engah. Vano memberikan dukungan tiap perdetik pada Allin, dia ingin ikut andil dalam perjuangan keras istrinya untuk melahirkan anak-anaknya.
Emosi Vano makin terkuras habis dengan gurat khawatir tercetak jelas di wajahnya, kadang tanpa malu dia ikut merengek kesakitan saat Allin menjerit. Nyaris membuat perhatian perawat dan dengan diam-diam salah satu perawat mengabadikan momen mengharukan itu.
Seiring dengan dorongan bayi dari dalam yang mendesak ingin keluar, Allin makin menjerit kesakitan.
Saat kepala anaknya mulai terlihat, Vano berulang kali mengusap wajahnya karena merasa takjub, dia pun kadang sampai lupa menarik napasnya sampai napas itu habis membuat dia tersengal seperti orang habis berlari jauh.
Dan setelah berapa detik anak pertamanya keluar Vano menangis tersedu dan mencium kening istrinya menunjukkan rasa bahagia dan beberapa menit kemudian putrinya pun keluar dengan selamat.
Para perawat pun ikut menitikkan air mata. Padahal bagi mereka situasi begini sudah makanan tiap hari, kali ini menjadi berbeda karena adanya sosok Vano yang begitu emosional mendukung istrinya.
Allin tersenyum bahagia melihat ekspresi suaminya.
Seorang perawat mengulurkan salah satu anaknya ke tangan Vano. Dia seketika menggeleng, dia merasa tak sanggup menggendong bayi mungilnya.
Bagaimana jika tangan besarku membuat anakku menjerit kesakitan, karena aku tak tahu cara menggedongnya, pikir Vano.
Tapi ada gejolak dalam jiwanya ingin menyentuh dan memeluk bayinya. Matanya pun berpaling ke arah Allin meminta persetujuan istrinya itu. Allin mengangguk dengan senyuman terukir di wajah lelahnya dan bulir keringat masih memenuhi sisa perjuangannya.
-
-
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Bambang Setyo
Ikut tahan napas... 🤣🤣🤣🤣
2021-05-12
0
Bundanya Naz
akhirnya ketemu 😍
2021-01-22
0
Jenong
aduh Thor aku ngilu baca nya, memasukkan jari , aku kan masih polos😅😅
2020-11-01
0