~Belum saatnya kamu tau.~
.
.
.
.
.
🌷🌷🌷🌷🌷
Keesokan harinya, William langsung pergi dari Mansion Pribadinya menuju ke Mansion Utama, menggunakan mobil pribadinya.
30 menit berlalu, William sampai di Mansion Utama.
William memasuki Mansion dengan santai dan muka datarnya.
"SAYANG." Ucap Momy Zaskia berlari memeluk William. Sedangkan William hanya membalas pelukan Mamanya.
"Kakak, Zein juga mau dipeluk." Ucap Zein, adik William yang masih berumur 4 tahun.
William melepas pelukan Mamanya dan langsung memeluk Zein.
"Ayo, kita ke dapur. Momy udah masak kesukaan kamu." Ucap Momy Zaskia yang mendapat anggukan dari William.
Di meja makan.
"Papa kemana?" Tanya William membuka suara.
"Papa udah ke Kantor, Kak." Ucap Zein.
"Oh."
"Sayang." Ucap Momy Zaskia.
"Apa?" Tanya William.
"Nanti malam, ada teman Papa yang kesini untuk makan malam. Kamu ikut iya." Ucap Momy Zaskia dengan hati-hati.
Mendengar hal itu, William langsung menghentikan aktivitas makannya. Dan langsung berjalan pergi.
"KAKAK, ZEIN IKUT." Teriak Zein sambil berlari mengejar William.
Momy Zaskia hanya bisa membuang nafas dengan kasar. Dia tau, kalau William pasti tidak akan mau diajak menemui orang lain tanpa ada urusan penting.
William memasuki mobilnya dan diikuti Zein.
"Kakak, Zein mau ikut Kakak ke Mansion." Ucap Zein dengan girang.
"Hmm, boleh." Ucap William sambil tersenyum tipis melihat tingkah adik kecilnya.
William langsung pulang ke Mansion Pribadinya.
Sesampainya di Mansion.
"HALO SEMUA, ZEIN DATANG." Teriak Zein yang menggelegar ke seluruh ruangan.
"Woy, Bocil bisa diam nggak. Ini bukan hutan." Ucap Hendrik dengan berjalan menuruni tangga.
"Terserah Zein." Ucap Zein dengan cemberut.
"Dia gimana?" Tanya William.
"Dia masih hidup." Jawab Hendrik tanpa merasa bersalah. Dan langsung mendapat tatapan tajam dari William.
"Eh, dia masih ada di kamar." Ucap Hendrik dengan gugup.
"Oke." Ucap William yang langsung berjalan menuju ruangan pribadinya.
Sedangkan Hendrik masih bertengkar dengan Zein.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
Disisi lain, Viola baru saja bangun dari tidurnya.
"Gue masih disini? Aww... kepala gue sakit." Rintih Viola.
Viola mencoba berdiri dan pergi ke kamar mandi. Dia kaget karena disana sudah ada baju yang sangat cocok dengan ukurannya.
Setelah mandi, Viola bersiap untuk turun ke bawah. Karena dia sudah merasa lapar.
Tapi, sebelum dia membuka pintu. Sudah ada orang dari luar yang membukanya.
"Eh, Nyonya Muda sudah bangun. Ini Bibi bawa sarapan buat Nyonya." Ucap Bibi Lina, Pelayan.
"Panggil saya Viola aja, Bi." Ucap Viola.
"Maaf, Nyonya. Nanti Tuan muda marah ke Bibi." Ucap Bibi Lina dengan tersenyum.
"Tapi saya bukan Nyonya disini, Bi." Ucap Viola.
"Tapi..."
"Terserah Bibi aja deh." Pasrah Viola.
"Iya sudah, Bibi panggil Nona aja."
"Boleh. Nama Bibi siapa?" Tanya Viola.
"Saya Bibi Lina." Ucap Bibi Lina dengan tersenyum.
"Ini dimakan iya, Non. Bibi keluar dulu." Sambungnya.
"Iya, terimakasih." Ucap Viola yang langsung memakan sarapannya.
15 menit kemudian, Hendrik tiba-tiba masuk ke kamar Viola. Sedangkan Viola masih berdiri didekat jendela sambil melihat pemandangan.
"Viola, Lo mau pulang nggak?" Tanya Hendrik.
"BENERAN? GUE BOLEH PULANG?" Ucap Viola yang terlihat sangat gembira. Dan berlari menghampiri Hendrik yang masih berdiri disamping pintu.
"Iya boleh lah. Nanti sore, gue bakal anterin Lo." Ucap Hendrik.
"Oke." Ucap Viola dengan senyum yang terlihat mengembang dan berjalan menuju kearah jendela lagi.
"*Cantik." Batin Hendrik.
"Apaan sih lo. Sadar, Drik. Lo bisa-bisa dipenggal sama William." Batin Hendrik*.
"Lo nggak bosen disini?" Tanya Hendrik.
"Emang boleh, kalau gue keluar?" Tanya Viola.
"Boleh lah. Nggak ada yang larang Lo juga." Ucap Hendrik yang langsung pergi dari kamar Viola. Sedangkan Viola terlihat sangat bahagia.
Viola keluar dari kamarnya menuju lantai 1. Tiba-tiba, dia melihat seorang anak laki-laki duduk disamping kolam renang.
"Halo." Sapa Viola.
"Hay." Jawab Zein dengan cuek. Dia memang begitu kalau bertemu dengan orang baru.
"Nama kamu siapa?" Tanya Viola yang ikut duduk disamping Zein.
"Zein."
"Oh oke. Nama Kakak Viola. Kakak boleh nggak, main sama Zein?" Tanya Viola.
"Aku punya ide." Batin Zein.
"Boleh." Ucap Zein.
"Okelah, ayo kita main." Ucap Viola dengan tersenyum.
"Kak, lihat deh keatas. Ada burung cantik banget sayapnya." Ucap Zein yang memulai aksinya.
"Mana?" Tanya Viola yang langsung mendongak ke atas.
"Mana? Nggak ada kok." Sambungnya.
BYUR
Zein mendorong Viola hingga tercebur ke kolam.
"Hahaha, kena kau." Ucap Zein sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ih, Zein. Awas kau iya." Ucap Viola sambil menciprati Zein dengan air.
"Hahaha, Zein juga bisa." Ucap Zein yang melakukan hal yang sama.
Hingga.
BYUR...
Viola menarik Zein hingga tercebur di kolam renang bersamanya.
"Awas kau. Zein jadi basah kan." Ucap Zein sambil menciprati air kearah Viola.
"Salah sendiri, kamu yang bikin Kakak basah kuyup. Jadi sekalian, biar basah berdua." Ucap Viola sambil tertawa.
Viola dan Zein pun bermain air bersama dengan gembira.
Sedangkan disisi lain, William melihat pemandangan yang indah dibalik Komputernya. Yaitu, Viola dan Zein yang bermain di kolam renang bersama.
William, memang selalu memantau Zein dari ruangan pribadinya.
"Nggak salah kalau aku memilihmu." Batin William.
William terus tersenyum melihat Zein yang bermain dengan Viola. Hingga, tiba-tiba ruang pribadinya terbuka.
"Woy, Will." Sapa Hendrik yang baru saja memasuki ruangan.
"Hmm." Jawab William.
"Beneran si Viola Lo bolehin balik?" Tanya Hendrik.
"Iya."
"Kenapa? Bukannya Zoni masih berkeliaran diluaran sana. Lo nggak khawatir sama Viola?"
"Lo ada perasaan sama Viola?" Tanya William dengan menatap tajam kearah Hendrik.
"Apaan sih Lo. Gue nanya sama Lo, malah Lo balik nanya ke gue." Ucap Hendrik dengan gugup.
"Buang jauh-jauh perasaan Lo." Ucap William dengan tegas dan melangkah pergi meninggalkan Hendrik diruangannya.
"Huh, entahlah. Kayaknya iya deh, gue suka sama Viola. Tapi gue tau Will, kalau Viola hanya milik Lo. Gue akan coba buat buang rasa ini. Gue nggak mau, hanya karena cewek rasa persaudaraan dan persahabatan kita jadi hancur. Gue juga tau, seberapa pentingnya Viola buat Lo. Maaf, Will." Gumam Hendrik yang menatap pintu ruangan William yang sudah tertutup.
William berjalan menuju ke arah kolam renang. Disana terlihat Zein dan Viola sedang bermain bersama. Terlihat senyum mengembang diwajah datar William.
William hanya melihat dari belakang pintu yang ada didekat kolam renang.
"Belum saatnya Lo tau, Vi." Gumam William.
Setelah beberapa lama, William pergi dari Mansion Pribadinya.
Disisi lain, Viola masih bermain air dengan Zein.
"Zein, kamu nggak capek apa?" Tanya Viola.
"Huh, lumayan." Ucap Zein.
"Kita udahan yuk, nanti masuk angin lagi." Ucap Viola.
"Yuk."
30 menit kemudian, Viola dan Zein selesai membersihkan diri mereka. Sekarang, mereka sedang duduk diruang tengah.
"Kak Viola kok disini? Kakak siapanya Kak William?" Tanya Zein sambil memakan Es Cream yang dia ambil dari kulkas tadi.
"Kakak nggak tau sih, siapa William itu. Tapi kemarin itu, Kakak diselamatin sama Hendrik terus dibawa kesini. Emang ini Mansionnya siapa?"
"Ini Mansion Pribadinya Kak William. Sedangkan Kak Hendrik itu sahabatnya Kak William."
"Owh gitu. Kamu adiknya William?"
"Iya. Kak William itu baik banget sama Zein. Zein juga sayang banget sama Kak William." Ucap Zein sambil tersenyum.
"Manis banget sih." Ucap Viola sambil mencubit pipi Zein.
"Aww... sakit..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments