Beberapa hari ini Adi di dera perasaan bersalah pada istrinya. Dengan bantuan dan dukungan sahabatnya Daniel berangsur-angsur Adi bisa mengatasi kegalauan hatinya.
Sesuatu yang dulu ia sesali akhirnya menjadi nikmat luar biasa baginya. Meski ia belum bisa sepenuhnya mencintai istrinya.
Hari telah berganti hari, minggu berganti minggu. Dan bulan pun telah berganti bulan. Tak terasa sudah setahun pernikahan Adi dan Shasha.
Keduanya kelihatan bahagia melewati hari-hari. Setiap pagi setelah selesai mandi dan berganti baju Shasha menyiapkan sarapan pagi buat suami dan ibu mertuanya. Juga dirinya. Adi pergi bekerja sore baru pulang. Rutinitas di rumah setelah sore dan malam hari lalu tidur malam. Hampir sempurna.
Tapi terasa ada yang kurang, rumahnya hanya dihuni 3 orang saja dia, Shasha istrinya dan ibunya.
Sepulang kerja tak ada yang menyambut dan memanggilnya ayah. Ah, lamunan Adi melayang jauh. Semua itu hanya ia pendam dalam hati. Sampai kapan, desahnya hampir tak terdengar.
Kegelisahan ini menggelitik hatinya hingga ia enggan untuk pulang. Jam pulang kantor sudah lewat setengah jam yang lalu lelaki berwajah teduh itu melangkahkan kakinya keluar. Setelah berbicara sebentar lalu masuk ke mobil.
Pak Slamet sopir keluarganya dengan setia mengantar sang majikan ke tempat yang di tuju. Mobil melaju di jalanan menuju taman kota.
Sampailah ke taman kota pak Slamet pun menepikan mobil ke tempat yang aman.
Seseorang keluar dari mobil itu dan berjalan menuju ke sebelah kanan taman kota itu. Di kursi panjang ia duduk termenung sendirian.
Walau di sekelilingnya tampak riuh orang berlalu lalang, tak di pedulikannya. Tatapannya kosong menggapai secuil harapan yang mungkin sedikit tersisa untuknya.
Entah kapan itu akan terwujud. Ia menghela nafas pelan lalu berdiri menjauh taman kota.
"Jalan"
"Baik den" sopir itu menjalankan mobilnya. Mengantar anak majikannya pulang.
Sepanjang perjalanan dilewatinya dengan termenung. Kadang menghela nafas panjang melepas galau di hatinya. Tak terasa sudah sampai di rumah peninggalan ayahnya itu.
Mobil masuk ke halaman rumah megah itu. Di balik pintu Shasha menanti suaminya dan membuka pintu ketika tahu siapa yang datang.
Shasha tersenyum menyambut Adi yang baru pulang dari kantor. Adi mengulas senyum cerah menutupi kegundahan hatinya.
" Baru pulang" sapa Shasha.
Adi mengangguk.
Adi membalas dengan kecupan di keningnya. Adi berjalan ke kamar Shasha mengikuti di sebelah suaminya.
Setelah mandi dan berganti baju Adi menuju meja makan diikuti Shasha istrinya. Seperti biasa Shasha menyiapkan makan malam untuk suaminya dan dirinya.
"Belum makan" seru Adi
Shasha menggeleng pelan.
"Lain kali tidak usah menungguku" seru Adi lagi.
"Ini sudah lewat jam makan malam" Adi melihat jam di dinding rumahnya menunjuk pukul 9 malam.
"Tak apa aku suka menunggumu makan berdua" sahut Shasha.
Ketika keduanya menikmati makan malam bu Rina keluar dari kamar. Dan menghampiri keduanya.
"Ibu sudah makan? " Adi menyilakan ibunya duduk di sebelahnya.
"Sudah dari tadi' ibu Rina tersenyum tipis pada anaknya.
Berpikir sebentar dan menghela nafas.
Lalu bu Rina bercerita tentang adiknya yang di kampung. Sunarman, paman Adi yang di kampung meminta bu Rina untuk membantu usahanya. Paman dan bibinya punya usaha meski tidak terlalu besar di kampung.
Mereka tak punya anak dan keluarga satu-satunya yang terdekat hanyalah Bu Rina.
"Bagaimana dengan kesehatan ibu" seru Adi.
"Tak perlu cemas" bu Rina menyakinkan anaknya.
"Baiklah" Adi menyetujui apa pun keputusan ibunya.
Hari minggu itu artinya 2 hari lagi bu Rina akan pergi ke kota S tempat paman Adi tinggal. Shasha sibuk membantu mertuanya mengepak barang-barang yang akan di bawa.
"Tak apa kan ibu tinggal' kata bu Rina pada Shasha menantunya.
'Ada bu Yem , ibu nggak perlu kuatir' seru Shasha meyakinkan.
Bu Rina tersenyum dan memeluk menantunya.
'Baik-baik saja di rumah ya Sha" pinta bu Rina sambil memeluk menantunya.
" Baik bu'"sambil membalas pelukan mertuanya.
"Dan cepat dapat momongan," bisik bu Rina di telinga menantunya.
Shasha tersipu malu mendengar omongan mertuanya barusan.
Setelah mengantar ibunya ke stasiun kereta Adi dan Shasha pulang ke rumah. Di perjalanan Shasha meminta pak Slamet berhenti sebentar di sebuah minimarket. Ia akan membeli beberapa barang yang akan dibeli karena persediaan di rumah sudah menipis.
Mobil pun berhenti di minimarket yang di tunjuk Shasha. Pak Slamet membuka pintu mobil, Shasha pun keluar. Adi mengikutinya di belakang Shasha.
Shasha membeli keperluan dapur dan juga sayuran. Selesai belanja Shasha membawa ke kasir, Adi membayarnya lalu keduanya keluar minimarket.
" Ke taman kota ya mas" pinta Shasha manja.
Adi mengiyakan saja keinginan istrinya. Shasha bergelayut manja pada lengan Adi. Adi tersenyum sambil mengacak pucuk rambut Shasha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments