“Saya nggak suka yang begini, Bang. Yang inimah suka ngelag.” kata Gadis Tirai ini.
Mendengar percakapan antara Gadis Tirai dengan penjaga toko membuat Gus Faiz mengerti bahwa gadis ini sangat cerdas dan hampir mengetahui semua kekurangan dan kelebihan ponsel yang direkomendasikan pelayan toko, Degel.
“Kalo nggak yang ini aja, Kak. Kameranya bagus. Kakak suka selfie kan? Nah, cocok banget nih, Kak, buat Kakak. Bisa tambah cantik” kata Degel.
“Saya udah cantik jadi gak perlu hape yang kameranya tipu-tipu, Bang. Hahaha.” kata Gadis Tirai lagi.
Ntah mengapa mendengar kata-kata Si Gadis Tirai, Gus Faiz tersenyum. Dia begitu menikmati kerenyahan tawa milik Si Gadis Tirai.
“Hahahaha bener juga si, Kak. Emang kebutuhannya untuk apa, Kak?” tanya Degel.
“Saya sebenernya butuh dua, Bang. Yang satu buat saya dan yang satu buat orang. Tadi saya nabrak orang pas lagi buru-buru. Nah, hapenya jatoh sama saya sampai rusak, tapi tadi saya nggak bawa uang dan buru-buru jadi belum bisa ganti rugi. Hapenya kecil segini nih, mereknya Nokia tapi ada kameranya, layarnya agak gede terus masih pake tombol timbul. Di sini jual gak ya, Bang?” tanya Gadis Tirai.
Gus Faiz menahan nafas. Ternyata benar, gadis ini adalah Gadis Tirai yang tadi menabraknya. Ternyata di balik kelakuan menyebalkannya yang menyentuh pipi Gus Faiz tanpa izin, Gadis ini gadis baik dan bertanggung jawab.
“Yah, hape kayak gitu udah nggak keluar lagi, Kak.” kata Degel.
Pelayan toko ini pun memutar otak agar pelanggannya tetap membeli produknya.
“Mending di telepon aja, Kak. Tanya siapa tau dia mau diganti pakai hape yang lain.” kata pelayan toko memberikan saran.
“Nah, itu dia, Bang. Saya gak minta nomor hapenya pas nabrak dia di depan Masjid tadi.” kata Gadis Tirai, nadanya terlihat sedih dan menyesal.
Gus Faiz merasa tak enak hati mendengarnya. Namun, dia masih diam. Masih mencari celah yang pas.
“Kalo gak, Kakak sering-sering ke tempat kejadian aja. Siapa tau dia ada di sana lagi.” kata Degel.
“Oiya bener juga, Bang. Tapi saya nanti cari ke toko lain dulu deh siapa tahu ada yang jual. Saya pilih hape buat saya dulu deh.” kata Gadis Tirai.
“Kalo buat, Kakak. Kalo boleh tahu kebutuhannya buat apa, Kak?” tanya Degel.
“Untuk nulis di apliksi-aplikasi novel, Bang. Saya butuh yang ramnya besar, memori internalnya besar, dan bagus untuk internet, Bang.” kataku.
"Sebentar ya." kata Degel.
Gus Faiz pun merasa ini waktu yang tepat untuk mengatakan pada Gadis Tirai ini kalau dia adalah laki-laki yang ditabraknya. Dia ingin sekali mengatakan kalau Gadis Tirai tak perlu mencari dan membelikan ponsel untuknya.
"Per..." kalimat Gus Faiz hanya sampai tenggorokkan.
Karena dua orang pelayan tiba-tiba datang. Gus Faiz mendesah kecewa. Namun, dia tahu, dia harus menunggu lagi.
“Lho, Mbak, Mbak Anin ya? Penulis novel Pemanis Sendu di platform novel online itu kan?” salah satu pelayan toko perempuan menghampiri Si Gadis Tirai.
Anin? Nama yang bagus. –batin Gus Faiz.
Si Gadis Tirai tertawa sambil mengangguk.
“Ela, ada An, penulis Pemanis Sendu!” teriak pelayan toko wanita itu pada temannya. Teman yang bernama Ela pun mendekat dengan semangat.
“Ya Allah. Kamu cantik banget si aslinya. Aku ngefans banget sama kamu. Kamu masih SMP tapi novelmu bagus banget, terus viewersnya milyaran lagi.” kata pelayan toko bernama Ela.
“Hahaha, terima kasih ya sudah baca cerita aku.” kata Si Gadis Tirai.
“Boleh minta foto nggak, An?” tanya Ela.
“Boleh.” kata Si Gadis Tirai.
“Gel, fotoin kite bertiga!” kata Ela sambil menyodorkan ponselnya pada Degel.
Gus Faiz mencoba melihat bagaimana wajah Si Gadis Tirai namun dia tetap tidak bisa melihatnya. Apa lagi kini Si Gadis Tirai diapit kedua karyawan toko. Gus Faiz benar-benar tak memiliki kesempatan untuk melihat wajahnya secara jelas, dia hnya bisa melihat dari samping saja.
“Oiya, namaku Erina.” kata pelayan tadi pada An.
“Aku, Ela.” kata Ela.
An tersenyum dan mengangguk.
“Keluarga kamu pasti bangga banget ya sama kamu?” tanya Ela.
“Nggak ada yang bangga satupun.” jawab An sambil tersenyum Getir. Suaranya pelan.
“Kenapa, Kak?” tanya Ela.
“Nggakpapa, iya keluarga saya bangga sekali sama saya.” kata An.
Mendengar kesedihan dalam jawaban An. Gus Faiz mulai menerka-nerka kalau Gadis Tirai pasti memiliki masalah serius dalam keluarganya. Dalam hati kecil Gus Faiz, saat itu dia sangat ingin menghibur Si Gadis Tirai.
“Bang, saya beli yang ini aja tapi aku minta warna item ya.” kata An pada pelayan toko yang dipanggi Degel oleh kawan-kawannya.
Sebelum disuruh memotret, Degel sudah menyiapkan beberapa ponsel sesuai permintaan An di atas etalase.
Reipun dengan cekatan membungkus ponsel yang An maksud, membuatkan nota pembelian. Lalu, An pun membayar ponselnya sesuai jumlah yang tertera dalam nota pembelian.
“Terima kasih, ya.” kata An.
"Terima kasih kembali, Kak." kata Degel, ramah.
Gadis Tirai bernama Anin ini pun pergi meninggalkan toko. Anin memiliki hati sensitif tiap kali mendengar seseorang menanyakan tentang keluarganya. Rasanya begitu menyakitkan bila dia mengingat apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai kepergian An, Gus Faiz tetap tidak bisa melihat wajah An. Dia merasakan sedikit kecewa dalam hatinya.
“Bang, saya mau ponsel yang sama seperti gadis tadi.” kata Gus Faiz pada Rei.
Rei dengan cepat mengambilkan, dan membuatkan nota pembelian. Gus Faiz pun membayar dan mengucapkan terima kasih.
“Eh-Eh, lo liat gak?” tanya Ela. Mulai bergosip. “Liat deh, kayaknya dia punya masalah keluarga deh, liat aja di Pemanis Sendu, kalo dia gak punya masalah keluarga, itu novel gak bakalan bisa menyayat hati pas di baca.” kata Ela.
“Iya, terus liat aja, dia cantik banget, kayaknya dia anak gak bener deh.” kata Erina menimpali.
“Dari pada mengurusi aib orang lain, mengapa kalian tidak menyibukkan diri dengan aib sendiri? Jagalah hak dan kehormatan orang lain!” kata Gus Faiz kepada kedua pelayan tersebut.
Rasanya Gus Faiz sangat marah mendengar kedua pelayan itu membicarakan keburukan Gadis Tirai bernana Anin itu.
Gus Faiz bergegas keluar toko. Dia hendak menemui Gadis Tirai itu, ia ingin mengatakan pada gadis itu kalau gadis itu tak perlu repot-repot mencari ponsel untuk menggantikan ponselnya yang rusak, dan juga tak perlu repot-repot mencarinya di Masjid tadi.
Gus Faiz pun mengedarkan pandangannya ke semua arah. Namun, dia tak menemukan siapapun. Dia memutuskan untuk menuruni eskalator. Namun, sampai pintu masuk dia tetap tidak mendapatkan apapun yang diinginkannya.
“Lo nyari apaan si, Is?” tanya Ilham yang tiba-tiba datang ntah dari mana.
“Saya sedang cari seorang gadis.” kata Gus Faiz. Matanya masih awas mencari keberadaan gadis itu.
Dalam hati, Gus Faiz merasa bersalah karena tak bisa menemukan Gadis Tirai itu.
Mendengar Gus Faiz sedang mencari seorang perempuan, Ilhampun tertawa. “Alhamdulillah, temen gue. Gue kira lo gak normal. Ternyata lo normal juga. Hahahaha.” kata Ilham.
“Saya harus pergi.” kata Gus Faiz sampai melupakan fakta kalau motor yang dikendarainya masih milik Ilham.
“Ke mana si?” tanya Ilham.
“Mencari perempuan itu, ke Masjid.” kata Gus Faiz.
Ilham terus mengejar Gus Faiz hingga parkiran. Gus Faiz langsung mengeluarkan motor dari deretan motor yang terparkir di parkiran. Gus Faiz hendak mengegas motor tersebut namun cepat dihentikan oleh Ilham.
“Tunggu, gue belom naik!” teriak Ilham sambil terengah-engah.
Setelah Ilham naik ke atas motor, Gus Faizpun melajukan motornya dengan kecepatan yang masuk kategori kencang. Dalam hati Ilham penasaran pada perempuan yang bisa membuat sahabatnya ini melakukan hal-hal yang tak biasa.
Ini kali pertama Ilham melihat Gus Faiz berhubungan dengan seorang perempuan, bahkan mencarinya dengan membabi buta. Benar-benar bukan seorang Gus Faiz yang tenang dan dingin.
“Emang kenapa si sama tuh cewek?” teriak Ilham.
“Nanti saya ceritakan!” Gus Faiz pun balik berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Momy Haikal
mamanya Haidar cantik bgt
2023-01-11
0
Musdalifah
faiz udah suka sama nindy pada tabrakan pertama toh ternyata, pantesan pas di ponpes ngawasin nindy terus ☺☺☺
2022-01-26
0
Puji Rahayuningsih
itu pasti temenya yg mau dikenalin
2021-08-27
0