BB 5 - Pertemuan Kedua

“Saya nggak suka yang begini, Bang. Yang inimah suka ngelag.” kata Gadis Tirai ini.

Mendengar percakapan antara Gadis Tirai dengan penjaga toko membuat Gus Faiz mengerti bahwa gadis ini sangat cerdas dan hampir mengetahui semua kekurangan dan kelebihan ponsel yang direkomendasikan pelayan toko, Degel.

“Kalo nggak yang ini aja, Kak. Kameranya bagus. Kakak suka selfie kan? Nah, cocok banget nih, Kak, buat Kakak. Bisa tambah cantik” kata Degel.

“Saya udah cantik jadi gak perlu hape yang kameranya tipu-tipu, Bang. Hahaha.” kata Gadis Tirai lagi.

Ntah mengapa mendengar kata-kata Si Gadis Tirai, Gus Faiz tersenyum. Dia begitu menikmati kerenyahan tawa milik Si Gadis Tirai.

“Hahahaha bener juga si, Kak. Emang kebutuhannya untuk apa, Kak?” tanya Degel.

“Saya sebenernya butuh dua, Bang. Yang satu buat saya dan yang satu buat orang. Tadi saya nabrak orang pas lagi buru-buru. Nah, hapenya jatoh sama saya sampai rusak, tapi tadi saya nggak bawa uang dan buru-buru jadi belum bisa ganti rugi. Hapenya kecil segini nih, mereknya Nokia tapi ada kameranya, layarnya agak gede terus masih pake tombol timbul. Di sini jual gak ya, Bang?” tanya Gadis Tirai.

Gus Faiz menahan nafas. Ternyata benar, gadis ini adalah Gadis Tirai yang tadi menabraknya. Ternyata di balik kelakuan menyebalkannya yang menyentuh pipi Gus Faiz tanpa izin, Gadis ini gadis baik dan bertanggung jawab.

“Yah, hape kayak gitu udah nggak keluar lagi, Kak.” kata Degel.

Pelayan toko ini pun memutar otak agar pelanggannya tetap membeli produknya.

“Mending di telepon aja, Kak. Tanya siapa tau dia mau diganti pakai hape yang lain.” kata pelayan toko memberikan saran.

“Nah, itu dia, Bang. Saya gak minta nomor hapenya pas nabrak dia di depan Masjid tadi.” kata Gadis Tirai, nadanya terlihat sedih dan menyesal.

Gus Faiz merasa tak enak hati mendengarnya. Namun, dia masih diam. Masih mencari celah yang pas.

“Kalo gak, Kakak sering-sering ke tempat kejadian aja. Siapa tau dia ada di sana lagi.” kata Degel.

“Oiya bener juga, Bang. Tapi saya nanti cari ke toko lain dulu deh siapa tahu ada yang jual. Saya pilih hape buat saya dulu deh.” kata Gadis Tirai.

“Kalo buat, Kakak. Kalo boleh tahu kebutuhannya buat apa, Kak?” tanya Degel.

“Untuk nulis di apliksi-aplikasi novel, Bang. Saya butuh yang ramnya besar, memori internalnya besar, dan bagus untuk internet, Bang.” kataku.

"Sebentar ya." kata Degel.

Gus Faiz pun merasa ini waktu yang tepat untuk mengatakan pada Gadis Tirai ini kalau dia adalah laki-laki yang ditabraknya. Dia ingin sekali mengatakan kalau Gadis Tirai tak perlu mencari dan membelikan ponsel untuknya.

"Per..." kalimat Gus Faiz hanya sampai tenggorokkan.

Karena dua orang pelayan tiba-tiba datang. Gus Faiz mendesah kecewa. Namun, dia tahu, dia harus menunggu lagi.

“Lho, Mbak, Mbak Anin ya? Penulis novel Pemanis Sendu di platform novel online itu kan?” salah satu pelayan toko perempuan menghampiri Si Gadis Tirai.

Anin? Nama yang bagus. –batin Gus Faiz.

Si Gadis Tirai tertawa sambil mengangguk.

“Ela, ada An, penulis Pemanis Sendu!” teriak pelayan toko wanita itu pada temannya. Teman yang bernama Ela pun mendekat dengan semangat.

“Ya Allah. Kamu cantik banget si aslinya. Aku ngefans banget sama kamu. Kamu masih SMP tapi novelmu bagus banget, terus viewersnya milyaran lagi.” kata pelayan toko bernama Ela.

“Hahaha, terima kasih ya sudah baca cerita aku.” kata Si Gadis Tirai.

“Boleh minta foto nggak, An?” tanya Ela.

“Boleh.” kata Si Gadis Tirai.

“Gel, fotoin kite bertiga!” kata Ela sambil menyodorkan ponselnya pada Degel.

Gus Faiz mencoba melihat bagaimana wajah Si Gadis Tirai namun dia tetap tidak bisa melihatnya. Apa lagi kini Si Gadis Tirai diapit kedua karyawan toko. Gus Faiz benar-benar tak memiliki kesempatan untuk melihat wajahnya secara jelas, dia hnya bisa melihat dari samping saja.

“Oiya, namaku Erina.” kata pelayan tadi pada An.

“Aku, Ela.” kata Ela.

An tersenyum dan mengangguk.

“Keluarga kamu pasti bangga banget ya sama kamu?” tanya Ela.

“Nggak ada yang bangga satupun.” jawab An sambil tersenyum Getir. Suaranya pelan.

“Kenapa, Kak?” tanya Ela.

“Nggakpapa, iya keluarga saya bangga sekali sama saya.” kata An.

Mendengar kesedihan dalam jawaban An. Gus Faiz mulai menerka-nerka kalau Gadis Tirai pasti memiliki masalah serius dalam keluarganya. Dalam hati kecil Gus Faiz, saat itu dia sangat ingin menghibur Si Gadis Tirai.

“Bang, saya beli yang ini aja tapi aku minta warna item ya.” kata An pada pelayan toko yang dipanggi Degel oleh kawan-kawannya.

Sebelum disuruh memotret, Degel sudah menyiapkan beberapa ponsel sesuai permintaan An di atas etalase.

Reipun dengan cekatan membungkus ponsel yang An maksud, membuatkan nota pembelian. Lalu, An pun membayar ponselnya sesuai jumlah yang tertera dalam nota pembelian.

“Terima kasih, ya.” kata An.

"Terima kasih kembali, Kak." kata Degel, ramah.

Gadis Tirai bernama Anin ini pun pergi meninggalkan toko. Anin memiliki hati sensitif tiap kali mendengar seseorang menanyakan tentang keluarganya. Rasanya begitu menyakitkan bila dia mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

Sampai kepergian An, Gus Faiz tetap tidak bisa melihat wajah An. Dia merasakan sedikit kecewa dalam hatinya.

“Bang, saya mau ponsel yang sama seperti gadis tadi.” kata Gus Faiz pada Rei.

Rei dengan cepat mengambilkan, dan membuatkan nota pembelian. Gus Faiz pun membayar dan mengucapkan terima kasih.

“Eh-Eh, lo liat gak?” tanya Ela. Mulai bergosip. “Liat deh, kayaknya dia punya masalah keluarga deh, liat aja di Pemanis Sendu, kalo dia gak punya masalah keluarga, itu novel gak bakalan bisa menyayat hati pas di baca.” kata Ela.

“Iya, terus liat aja, dia cantik banget, kayaknya dia anak gak bener deh.” kata Erina menimpali.

“Dari pada mengurusi aib orang lain, mengapa kalian tidak menyibukkan diri dengan aib sendiri? Jagalah hak dan kehormatan orang lain!” kata Gus Faiz kepada kedua pelayan tersebut.

Rasanya Gus Faiz sangat marah mendengar kedua pelayan itu membicarakan keburukan Gadis Tirai bernana Anin itu.

Gus Faiz bergegas keluar toko. Dia hendak menemui Gadis Tirai itu, ia ingin mengatakan pada gadis itu kalau gadis itu tak perlu repot-repot mencari ponsel untuk menggantikan ponselnya yang rusak, dan juga tak perlu repot-repot mencarinya di Masjid tadi.

Gus Faiz pun mengedarkan pandangannya ke semua arah. Namun, dia tak menemukan siapapun. Dia memutuskan untuk menuruni eskalator. Namun, sampai pintu masuk dia tetap tidak mendapatkan apapun yang diinginkannya.

“Lo nyari apaan si, Is?” tanya Ilham yang tiba-tiba datang ntah dari mana.

“Saya sedang cari seorang gadis.” kata Gus Faiz. Matanya masih awas mencari keberadaan gadis itu.

Dalam hati, Gus Faiz merasa bersalah karena tak bisa menemukan Gadis Tirai itu.

Mendengar Gus Faiz sedang mencari seorang perempuan, Ilhampun tertawa. “Alhamdulillah, temen gue. Gue kira lo gak normal. Ternyata lo normal juga. Hahahaha.” kata Ilham.

“Saya harus pergi.” kata Gus Faiz sampai melupakan fakta kalau motor yang dikendarainya masih milik Ilham.

“Ke mana si?” tanya Ilham.

“Mencari perempuan itu, ke Masjid.” kata Gus Faiz.

Ilham terus mengejar Gus Faiz hingga parkiran. Gus Faiz langsung mengeluarkan motor dari deretan motor yang terparkir di parkiran. Gus Faiz hendak mengegas motor tersebut namun cepat dihentikan oleh Ilham.

“Tunggu, gue belom naik!” teriak Ilham sambil terengah-engah.

Setelah Ilham naik ke atas motor, Gus Faizpun melajukan motornya dengan kecepatan yang masuk kategori kencang. Dalam hati Ilham penasaran pada perempuan yang bisa membuat sahabatnya ini melakukan hal-hal yang tak biasa.

Ini kali pertama Ilham melihat Gus Faiz berhubungan dengan seorang perempuan, bahkan mencarinya dengan membabi buta. Benar-benar bukan seorang Gus Faiz yang tenang dan dingin.

“Emang kenapa si sama tuh cewek?” teriak Ilham.

“Nanti saya ceritakan!” Gus Faiz pun balik berteriak.

Terpopuler

Comments

Momy Haikal

Momy Haikal

mamanya Haidar cantik bgt

2023-01-11

0

Musdalifah

Musdalifah

faiz udah suka sama nindy pada tabrakan pertama toh ternyata, pantesan pas di ponpes ngawasin nindy terus ☺☺☺

2022-01-26

0

Puji Rahayuningsih

Puji Rahayuningsih

itu pasti temenya yg mau dikenalin

2021-08-27

0

lihat semua
Episodes
1 BB 1 - Awal
2 BB 2 - Keinginan Linda
3 BB 3 - Tertabrak Gadis Tirai
4 BB 4 - Hewan Peliharaan Akbar
5 BB 5 - Pertemuan Kedua
6 BB 6 - Pencarian Gadis Bertirai
7 BB 7 - Penantian di Masjid
8 BB 8 - Kembali ke Pesantren
9 BB 9 – Si Dengki Dimas
10 BB 10 - Perjalanan
11 BB 11 - Pulang ke Rumah
12 BB 12 - Beasiswa
13 BB 13 - Terjebak Diantara Preman
14 BB 14 - Misteri Keluarga Akbar
15 BB 15 - Kejadian Tak Terduga
16 BB 16 – Lebih Tajam dari Pisau
17 BB 17 - Kunjungan Nindy
18 BB 18 - Pesona Seorang Nindy
19 BB 19 - Sesuatu yang Buruk Terjadi
20 BB 20 - Sebuah Kepergian yang Menyesakkan
21 BB 21 - Sebuah Upaya Penerimaan
22 BB 22 - Usaha Terakhir
23 BB 23 - Penantian Sia-Sia
24 BB 24 - Surat Cinta Akbar untuk Mama
25 BB 25 - Tentang yang Pergi dan yang Datang
26 BB 26 - Kembali ke Pesantren
27 BB 27 - Gelap Mata
28 BB 28 - Hukuman
29 BB 29 - Tiga Syarat dari Abah
30 BB 30 - Tiba di Pesantren Abah dan Umi
31 BB 31 - Pertemuan Kembali dengan Gadis Tirai
32 BB 32 - Pertemuan dengan Nindy
33 BB 33 - Tak Berhasil Menghindar
34 BB 34 - Cinta Mati
35 BB 35 - Kejadian Mengintip
36 BB 36 - Tentang Mahram
37 BB 37 – Pemilik Gelang Perak
38 BB 38 – Pertemuan dengan Aaron
39 BB 39 - Rona di Pipi Gus Faiz
40 BB 40 - Mengulas Ingatan
41 BB 41 - Jebakan untuk Minan
42 BB 42 - Tentang Ro'an
43 BB 43 - Melancarkan Aksi
44 BB 44 - Sayatan Pisau
45 BB 45 - Benih-Benih Cinta
46 BB 46 - Kamar Abu Bakar
47 BB 47 – Lambaian Tangan Nindy
48 BB 48 – Perbincangan dengan Umi
49 BB 49 - Pencarian Nindy
50 BB 50 – Inikah Bentuk Kecemburuan-Nya?
51 BB 51 - Kembali Meloloskan Diri
52 BB 52 - Persyaratan Terakhir
53 BB 53 - Dekapan Hangat
54 BB 54 - Pendengar yang Baik
55 BB 55 - Mas?
56 BB 56 - Penguping Pembicaraan
57 BB 57 - Pembelaan
58 BB 58 - Berpamitan
59 BB 59 - Injakan Maut
60 BB 60 - Belajar Mengaji
61 BB 61 - Belajar yang Mendebarkan
62 BB 62 - Perseteruan
63 BB 63 - Kakak Cantik
64 BB 64 - Calon Istri Gus Faiz
65 BB 65 - Cemburu Membawa Bencana
66 BB 66 - Hukuman Pertama
67 BB 67 - Hukuman Kedua
68 BB 68 - Hukuman Terakhir
69 BB 69 - Sedikit Egois
70 BB 70 - Sanksi Sosial
71 BB 71 - Menepati Janji
72 BB 72 - Es Krim
73 BB 73 - Pertama Kalinya
74 BB 74 - Pematahan
75 BB 75 - Surat Kelulusan
76 BB 76 - Sebuah Keberanian
77 BB 77 - Kebucinan yang Haqiqi
78 BB 78 - Dikerjai Aaron
79 BB 79 - Pemberian Pertama
80 BB 80 - Tragedi Ayam Goreng
81 BB 81 – Sisi Baik Aaron
82 BB 82 - Pertemuan Diam-Diam
83 BB 83 - Hadiah?
84 BB 84 - Pernyataan Cinta
85 BB 85 - Pencarian Ilham
86 BB 86 - Penyamaran
87 BB 87 - Dihukum (Lagi)?
88 BB 88 - Mengambil Hati
89 BB 89 - Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
90 BB 90 - Pengaduan
91 BB 91 - Memimpikan Gus Faiz
92 BB 92 - Pencarian Kartu ATM
93 BB 93 - Perkelahian
94 BB 94 - Sebuah Kedatangan
95 BB 95 - Pengobatan Luka (1)
96 BB 96 - Pengobatan Luka (2)
97 BB 97 - Pengobatan Luka (3)
98 BB 98 - Pengobatan Luka (4)
99 BB 99 - Selamat Tinggal
100 BB 100 - Potongan Kertas
101 BB 101 - Kekalutan
102 BB 102 - Kekalutan
103 BB 103 - Pengungkapan
104 BB 104 - Tamparan Keras
105 BB 105 - Dilema
106 BB 106 - Tidak Mau Kehilangan
107 BB 107 - Sebuah Kebenaran
108 BB 108 – Tentang Nama
109 BB 109 - Secercah Harapan
110 BB 110 – Pertemuan (1)
111 BB 111 – Pertemuan (2)
112 BB 112 - Rumah Sakit (Lagi)
113 BB 113 - Permintaan Maaf Aaron
114 BB 114 - Nindy Kembali
115 BB 115 - Usaha Terakhir
116 BB 116 – Penyelesaian (1)
117 BB 117 – Penyelesaian (2)
118 BB 118 - Tidak Sengaja
119 BB 119 - Proses Pembuatan Surat
120 BB 120 - Perpisahan Manis
Episodes

Updated 120 Episodes

1
BB 1 - Awal
2
BB 2 - Keinginan Linda
3
BB 3 - Tertabrak Gadis Tirai
4
BB 4 - Hewan Peliharaan Akbar
5
BB 5 - Pertemuan Kedua
6
BB 6 - Pencarian Gadis Bertirai
7
BB 7 - Penantian di Masjid
8
BB 8 - Kembali ke Pesantren
9
BB 9 – Si Dengki Dimas
10
BB 10 - Perjalanan
11
BB 11 - Pulang ke Rumah
12
BB 12 - Beasiswa
13
BB 13 - Terjebak Diantara Preman
14
BB 14 - Misteri Keluarga Akbar
15
BB 15 - Kejadian Tak Terduga
16
BB 16 – Lebih Tajam dari Pisau
17
BB 17 - Kunjungan Nindy
18
BB 18 - Pesona Seorang Nindy
19
BB 19 - Sesuatu yang Buruk Terjadi
20
BB 20 - Sebuah Kepergian yang Menyesakkan
21
BB 21 - Sebuah Upaya Penerimaan
22
BB 22 - Usaha Terakhir
23
BB 23 - Penantian Sia-Sia
24
BB 24 - Surat Cinta Akbar untuk Mama
25
BB 25 - Tentang yang Pergi dan yang Datang
26
BB 26 - Kembali ke Pesantren
27
BB 27 - Gelap Mata
28
BB 28 - Hukuman
29
BB 29 - Tiga Syarat dari Abah
30
BB 30 - Tiba di Pesantren Abah dan Umi
31
BB 31 - Pertemuan Kembali dengan Gadis Tirai
32
BB 32 - Pertemuan dengan Nindy
33
BB 33 - Tak Berhasil Menghindar
34
BB 34 - Cinta Mati
35
BB 35 - Kejadian Mengintip
36
BB 36 - Tentang Mahram
37
BB 37 – Pemilik Gelang Perak
38
BB 38 – Pertemuan dengan Aaron
39
BB 39 - Rona di Pipi Gus Faiz
40
BB 40 - Mengulas Ingatan
41
BB 41 - Jebakan untuk Minan
42
BB 42 - Tentang Ro'an
43
BB 43 - Melancarkan Aksi
44
BB 44 - Sayatan Pisau
45
BB 45 - Benih-Benih Cinta
46
BB 46 - Kamar Abu Bakar
47
BB 47 – Lambaian Tangan Nindy
48
BB 48 – Perbincangan dengan Umi
49
BB 49 - Pencarian Nindy
50
BB 50 – Inikah Bentuk Kecemburuan-Nya?
51
BB 51 - Kembali Meloloskan Diri
52
BB 52 - Persyaratan Terakhir
53
BB 53 - Dekapan Hangat
54
BB 54 - Pendengar yang Baik
55
BB 55 - Mas?
56
BB 56 - Penguping Pembicaraan
57
BB 57 - Pembelaan
58
BB 58 - Berpamitan
59
BB 59 - Injakan Maut
60
BB 60 - Belajar Mengaji
61
BB 61 - Belajar yang Mendebarkan
62
BB 62 - Perseteruan
63
BB 63 - Kakak Cantik
64
BB 64 - Calon Istri Gus Faiz
65
BB 65 - Cemburu Membawa Bencana
66
BB 66 - Hukuman Pertama
67
BB 67 - Hukuman Kedua
68
BB 68 - Hukuman Terakhir
69
BB 69 - Sedikit Egois
70
BB 70 - Sanksi Sosial
71
BB 71 - Menepati Janji
72
BB 72 - Es Krim
73
BB 73 - Pertama Kalinya
74
BB 74 - Pematahan
75
BB 75 - Surat Kelulusan
76
BB 76 - Sebuah Keberanian
77
BB 77 - Kebucinan yang Haqiqi
78
BB 78 - Dikerjai Aaron
79
BB 79 - Pemberian Pertama
80
BB 80 - Tragedi Ayam Goreng
81
BB 81 – Sisi Baik Aaron
82
BB 82 - Pertemuan Diam-Diam
83
BB 83 - Hadiah?
84
BB 84 - Pernyataan Cinta
85
BB 85 - Pencarian Ilham
86
BB 86 - Penyamaran
87
BB 87 - Dihukum (Lagi)?
88
BB 88 - Mengambil Hati
89
BB 89 - Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
90
BB 90 - Pengaduan
91
BB 91 - Memimpikan Gus Faiz
92
BB 92 - Pencarian Kartu ATM
93
BB 93 - Perkelahian
94
BB 94 - Sebuah Kedatangan
95
BB 95 - Pengobatan Luka (1)
96
BB 96 - Pengobatan Luka (2)
97
BB 97 - Pengobatan Luka (3)
98
BB 98 - Pengobatan Luka (4)
99
BB 99 - Selamat Tinggal
100
BB 100 - Potongan Kertas
101
BB 101 - Kekalutan
102
BB 102 - Kekalutan
103
BB 103 - Pengungkapan
104
BB 104 - Tamparan Keras
105
BB 105 - Dilema
106
BB 106 - Tidak Mau Kehilangan
107
BB 107 - Sebuah Kebenaran
108
BB 108 – Tentang Nama
109
BB 109 - Secercah Harapan
110
BB 110 – Pertemuan (1)
111
BB 111 – Pertemuan (2)
112
BB 112 - Rumah Sakit (Lagi)
113
BB 113 - Permintaan Maaf Aaron
114
BB 114 - Nindy Kembali
115
BB 115 - Usaha Terakhir
116
BB 116 – Penyelesaian (1)
117
BB 117 – Penyelesaian (2)
118
BB 118 - Tidak Sengaja
119
BB 119 - Proses Pembuatan Surat
120
BB 120 - Perpisahan Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!