Yang Terlihat Baru (Bagian 1 )

Udara segar berhembus...

Dan langit perlahan mulai membiru seperti lautan.

Kicauan burung saling sahut menyambut kedatangan mentari pagi.

Sambil duduk memeluk lutut, aku tersenyum menghadap sinar fajar yang perlahan membasahi wajahku.

“Ah... Aku bodoh.”

Berteman senyum putus asa, aku bergumam dipojokan gang kota Lexa.

Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya dari awal?

Harusnya aku tahu ini.

Yah... Harusnya.

Semalam sesaat setelah aku berpisah dengan paman baik hati, aku bergegas pergi mencari toko barang antik untuk menjual beberapa barang yang ku bawa.

Kenapa barang antik? Jelas karena barang-barang yang aku bawa seperti baju, celana, sandal, arloji, dan smartphoneku adalah barang yang tidak akan kalian pernah temukan di dunia ini. Aku harap itu bisa memberikanku uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.

Sementara itu, aku sebenarnya agak bersemangat tentang berpindahnya diriku ke dunia parallel. Mungkin karena aku sering menonton anime dengan cerita fiksi dimana karakter utamanya dipindahkan ke dunia parallel. Setelah itu, mereka mendapatkan kekuatan dan pengalaman yang luar biasa.

Dari yang aku lihat, kota ini, tidak... Di dunia ini, tidak mempunyai teknologi yang canggih. Bahkan ini terlihat seperti berada di zaman abad pertengahan. Dan aku mengharapkan sesuatu seperti seni berpedang ada di dunia ini, lalu bisa melakukan sebuah petualangan yang menarik.

Hanya dengan memikirkannya saja, sebuah senyum lebar tergambar di wajahku. Hidup bebas sebagai petualang dengan sebuah pedang di tanganku.... Aku benar-benar merasa seperti tokoh utama dalam anime.

Mungkin bagi orang yang tidak pernah menonton anime akan kaget, panik, dan ketakutan karena berpindah dunia. Tapi jika kau tanyakan pada para penggemar anime (otaku dan wibu), tidak ada seorang pun dari mereka yang tidak bersemangat seperti aku sekarang.

Ya... Meskipun tadi aku juga sempat panik dan takut sih. Menurutku itu wajar, karena logikanya dunia parallel itu hanya cerita fiksi yang sangat mustahil keberadaannya.

Aku sungguh menantikan petualanganku!

.........

Namun, ketika aku berada di depan banyak toko yang berjejer, aku menyadari sesuatu.

Sesuatu yang sangat penting. Saking pentingnya, aku dibuat diam membeku karena melupakannya.

Itu adalah Bahasa.

Secara teknis, perbedaan bahasa adalah hal yang sangat wajar.

Dan bahasa yang digunakan di dunia ini berbeda dengan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris.

Ini sangat berbeda, dengan melihat huruf yang ada di dunia ini, aku bisa mengetahui bahwa bahasa di sini sangat jauh dari bahasa yang aku tahu saat di bumi.

Aku sama sekali tidak menyadari ini dari awal pertemuanku dengan paman. Aku yang mendadak bisa menggunakan bahasa dunia ini membuatku tidak sadar dengan adanya perbedaan bahasa kami.

Sayangnya kemampuan berbahasaku hanya sebatas berkomunikasi. Aku sama sekali tidak bisa membaca tulisan yang ada didunia ini.

Gawat...

Ah... Benar-benar gawat...

Aku tidak tahu yang mana toko barang antik.

Mematung di depan banyak toko, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini. Bahkan aku merasa masa depanku sangat suram hanya karena tidak bisa membaca.

Hurufnya aneh... Aku sama sekali tidak bisa membacanya, pikirku dengan penuh keputusasaan.

Menyesali kecerobohanku yang tidak bertanya rinci tentang toko barang antik tersebut pada paman tadi, aku terpaksa menghabiskan malamku disudut gang kecil.

Sebenarnya bisa saja bertanya pada orang disekitarku tentang ini. Tapi aku terlalu malu untuk bertanya yang mana toko barang antik, sementara setiap toko yang aku temui disini mempunyai papan namanya masing-masing.

Enggak mungkin aku bisa menahan malu karena menanyakan hal bodoh seperti itu.

Dan satu lagi... Hal yang mustahil juga jika aku mengatakan kepada orang-orang bahwa aku manusia dari dunia lain, jadi aku tidak bisa membaca papan nama yang ada di setiap toko. Jelas aku akan dianggap sebagai orang gila setelah mengatakannya.

Kembali ke pagiku yang suram dengan cuaca yang cerah.

Andai saja semua situasi yang aku alami bisa secerah cuaca di pagi hari....

Sejak menyadari kebodohanku, aku terus saja bergumam seakan mengutuk diriku yang bodoh ini sampai sekarang.

Badanku terasa lemas, dan sejak tengah malam perutku terus berbunyi.

Tidak ada hal lain untuk mengatasi kondisi ini selain mengganjal perutku dengan batu.

Aku butuh keajaiban kali ini. Sungguh!

.....

Matahari mulai terangkat tinggi. Jalanan di kota Lexa mulai menunjukan kesibukannya.

Sementara aku? bersandar disudut gang sambil melihat orang yang sedang lalu-lalang.

“Ayolah Rio, mari kita sedikit berusaha lagi...” gumamku sambil menyemangati diri.

*Srekk, srekk, srekk*

Terdengar suara lututku yang terbalut celana hitam bergesekan dengan tanah. Aku perlahan merangkak untuk mengeluarkan kepalaku dari gang kecil tempatku berada.

Memperhatikan setiap toko sambil berharap menemukan sebuah petunjuk untuk bisa mengenali toko barang antik.

“Disana toko baju.... Itu toko roti(?)... Dan disana ada toko... Toko apa itu? Ooh... Itu toko aksesoris tah---

--Eh aksesoris?”

Aku mulai berpikir bahwa toko aksesoris itu mau menerima arlojiku. Hanya pendapatku, arloji juga salah satu bentuk dari aksesoris.

Jadi... Mungkin bisa mendapatkan uang dari toko aksesoris.

Yah! Pasti bisa!

Seperti baru saja mendapat sebuah hidayah, tanpa aku sadari bulir-bulir airmata menetes di atas pipiku dengan ekspresi wajahku yang terlihat aneh.

Itu membuat semua orang yang lewat di depanku merasa jijik saat mereka melihat ke arahku.

Aku bergegas pergi menuju toko aksesoris tersebut. Tak peduli berapapun harga dari arlojiku, selama bisa membeli beberapa makanan untuk melanjutkan hidupku itu sudah cukup.

Akhirnya.... Aku bisa terus melanjutkan hidupku.

Sambil meneteskan air mata dengan wajah bahagia, ku percepat jalanku menuju toko aksesoris.

.

.

.

“Maaf nak, tapi kami tidak bisa membeli ini. Kami hanya menjual dan tidak membeli.”

“Eh?!”

Mendengar apa yang dikatakan pelayan toko aksesoris, aku bisa merasakan setengah dari nyawaku melayang keluar karena serangan mental yang aku terima.

Melihatku yang terdiam dengan sangat putus asa, si pelayan ini menambahkan kalimatnya.

“Anu... Jika kau mau menjual benda yang seperti ini, kau bisa menjualnya ditoko sebelah. Mungkin toko barang antik akan menerima benda ini” jelas pelayan toko sambil mengarah jempolnya ke kanan.

“Heh? Toko sebelah?”

Pelayan itu mengangguk dengan tersenyum.

Lalu aku meninggalkannya.

Setelah aku keluar dari toko aksesoris, aku melihat toko yang berada di sebelah kanannya toko aksesoris.

Lalu aku mengalihkan pandanganku menuju gang tempat aku merenungkan kebodohanku.

“Aku sungguh bodoh” kataku sambil melihat gang yang berada tepat di sebrang toko barang antik.

Ternyata dari semalam aku sudah berada di depan toko barang antik (╥﹏╥).

Sudah berapa kali aku terkena serangan mental? Tidak tahu, yang jelas aku sudah tidak lagi merasakan bahwa mentalku baik-baik saja.

Aku pun segera melangkahkan kakiku ke toko barang antik tersebut dengan lesu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!