Salia memasuki mansion. Dia melihat Michael tengah duduk di kursi di ruang keluarga sambil membaca koran dan minum kopi.
Ada juga Marcello disana sedang mengerjakan tugas nya. Kadang bertanya pada Michael.
Salia tersenyum kemudian menghampirinya. "Papa " kata Salia.
Michael menoleh kemudian tersenyum. Dia menarik pinggang Salia dan Salia pun terduduk di pangkuannya.
"Baru pulang? Ini jam berapa sayang ?"
"Ini jam 6 sore, Pa, aku bukan anak SMA lagi yang pulang jam 4." kata Salia.
Marcell tersenyum geli.
"Kenapa senyum" gerutu Salia yang melihat Marcell tersenyum.
"Tidak ada.. Kakak kan udah bukan anak SMA lagi, tapi masih manja yaaa kan" goda Marcell.
"Biarin yang penting kan aku emang udah dewasa" gerutu Salia.
Michael tersenyum. "Jadi kau sudah dewasa? Begitu? " goda Michael sambil mencubit pipi Salia.
"Tentu"
"Baiklah, oh ya minggu ini kau cuti kan? Kita akan ke New York besok"
Deg
"New York? Itu artinya.. Refaldo" batin Salia.
Salia mengangguk. "Ok, aku akan segera membereskan barang-barang ku ya, aku sayang papa" Salia mencium pipi Michael kemudian berlalu ke kamar nya.
"Ah, pasti yang ada di pikiran cantik nya itu hanya ada Refaldo.. Ah aku jadi penasaran.. Setampan apa pria itu?" gumam Michael.
Michael menghela napas berat. "Kau benar Meina, Meisa memang mencintai Refa sampai sekarang "
"Ah? Papa bilang sesuatu? "
"Ah tidak "
Keesokan harinya, keluarga Michael pergi ke New York dengan jet pribadi.
Selama di perjalanan, Salia selalu berpikir tentang Refa. Dia membayangkan wajah Refa yang mungkin semakin tampan.
Salia pun terlelap dalam mimpi Indah nya. Meina dan Michael berbicara serius.
"Seharusnya kita tidak usah kembali ke New York, karena itu hanya akan membuat Meisalia semakin mencintai Refa.. Bagaimana jika Refa sudah memiliki seorang kekasih? " tanya Meina.
"Jika Meisa sekali patah hati karena Refa, mungkin saja setelah itu dia akan move on dari nya " jawab Michael.
"Aku tidak yakin Mike"
Akhir nya mereka sampai di New York.
Meina dan Salia terlihat begitu lelap tertidur. Michael sampai kesulitan membangunkan mereka. Marcell memilih lebih dulu memasuki mansion.
Michael pun menyerah. Dia mengangkat tubuh Meina ke dalam mobil. Setelah itu, dia mengangkat tubuh Salia juga.
"Ah.. Kedua remaja ini membuat ku lelah" gerutu Michael. Marcell tertawa.
"Papa kan kuat"
Apalagi saat ini dia tidak membawa pelayan ataupun pengawal.
Michael melajukan mobil nya menuju mansion lama nya. Akhirnya mereka sampai.
Meina dan Salia terbangun dan menguap berbarengan. Michael yang melihat spion tersenyum geli melihat tingkah kedua wanita yang sangat dia sayangi itu.
"Sudah bangun putri dan Ratu? "
Michael melirik kearah Marcell. Dia terkejut. Sekarang giliran Marcell yang tertidur.
"Ah demi Tuhan, kenapa sekarang malah kau yang tidur" gerutu Michael.
Salia dan Meina tertawa melihat ekspresi kelelahan di wajah Michael.
Mereka memasuki mansion dan langsung di sambut oleh para pelayan. Marcell juga berhasil di bangunkan oleh Salia.
"Silakan, Tn, Ny. Dan Nn. Kami sudah menyiapkan makan malam" kata Emma.
"Bibi Emma" Meina memeluk Emma dengan erat nya. Bayangkan saja selama belasan tahun mereka berpisah.
"Ny. Bagaimana kabar mu? "
"Aku baik, bibi.. Aku merindukan mu"
"Saya juga, Ny. "
Salia tersenyum melihat kebesaran hati Meina yang tidak pernah membedakan orang dari status dan pekerjaan nya.
"Bibi.. Aku mau tidur saja ya.. Aku ngantuk.. Makan malam nya besok saja" kata Marcell kemudian berlalu ke kamar tamu. Karena memang kamar tamu hanya ada di lantai bawah. Dia berjalan dengan sempoyongan.
"Hati-hati Tn. Muda" kata Emma.
"Baiklah, Bibi aku juga lelah, besok saja makan nya ya" kata Salia.
"Iya,Nn."
Kemudian Salia pun berlalu ke kamar lama nya. Meninggalkan Meina dan Michael yang mau makan malam.
Salia menatap pintu kamar bercat merah muda dan bertuliskan.
Meisalia Michelle Danuarga
Salia tersenyum. Dia menyentuh ukiran nama nya itu. Dia ingat masa-masa kecil yang bersama Refa. Bermain di taman dan menanam bunga tulip merah kesukaan nya.
Salia membuka pintu kamar tersebut. Semua barang-barang masa kecil nya terlihat begitu rapi. Emma dan pelayan lainnya begitu rajin membersihkan kamar yang sudah belasan tahun ini tidak di tempati.
Ranjang kecil nya, rak-rak yang penuh dengan buku dongeng, rak-rak mainan dan wadah-wadah besar berisikan penuh mainan.
Salia berjalan mengambil bola bulu berwarna merah muda. Dia tersenyum mengingat saat bermain bola dengan Refa.
Semakin banyak Salia melihat barang-barang kecil nya, semakin banyak juga kenangan yang terbesit di ingatan nya.
"Aku merindukanmu, Refa " gumam Salia. Dia membuka pintu menuju balkon dan dia melihat kamar Refa yang bersebrangan dengan kamar nya. Jendela itu terlihat gelap menandakan pemilik kamar sudah tertidur.
Dia tidak sabar ingin segera besok untuk bertemu Refa.
♡♥♡♥♡♥♡
By
Ucu Irna Marhamah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
klu refa udh pny cwk gmn
2021-03-05
1
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ
ohh...merindu
2020-02-13
1
💞 ᴮ͢ᵁᴺᴰᴬ𝆯𝑬𝒏𝒏͠𝒚𝆯⃟ ଓε💜
knpa cerita ini di ulang lg ya thor,,, kalimat ny sm percis sm novel dokter psycopath
2020-01-29
2