Beberapa minggu kemudian
Riana terlihat serius membaca sebuah buku rohani yang dia ambil dari rak perpustakaan tempatnya membaca sekarang.
Gadis cantik yang sudah 2 tahun yang lalu lulus kuliah ilmu kedokteran itu nampak sangat serius dengan bacaannya.
Sesekali dahinya mengernyit dan sesekali bibir tipis nya mengulas senyum samar.
Riana bekerja sebagai Dokter Anak di RS.Harapan Indah tempat dimana ia berada sekarang. Gadis itu sedang mengusir kantuk dengan membaca buku di perpustakaan Rumah sakit.
Setelah ia selesai dengan pekerjaannya , Entah mengapa dia malas pulang ke rumahnya dan ingin menenangkan diri di perpustakaan yang menurutnya adalah tempat ternyaman saat ini.
“Ana?” sapa seseorang yang berhasil memecah kesunyian di ruangan itu. Dia berjalan mendekat ke arah Riana yang masih saja asyik membaca buku yang ada di tangannya.
“Ana, kenapa kamu masih saja di sini?”
“Hm? Lalu aku harus kemana Mery? Aku sedang membaca, mengapa kamu suka sekali mengganggu ketenangan ku ?” jawab Riana masih tetap fokus pada bacaannya.
Mery memutar bola mata malas. Temannya ini memang kalau sudah asyik membaca buku akan lupa dengan sekitarnya termasuk dengan...
“Ana?”
Seorang pemuda tampan yang berjalan mendekat ke arah dua gadis di depannya.
Mendengar suara itu sontak Riana mendongak kaget dan menutup buku di depannya.
“Dev, apa yang kamu lakukan di sini? tanyanya bingung.
Laki-laki yang bernama Devan itu hanya tersenyum dan berkata ”Ana, kamu pasti lupa, kemarin kita sudah janjian untuk pergi makan malam bersama. Apa kau lupa lagi?”
“Heuh? Riana mengernyit bingung.
‘Kapan aku berjanji padanya?’ tanyanya dalam hati.
Namun beberapa detik kemudian dia melotot kan mata nya dan menutup mulutnya dengan satu tangannya.
“Astaga, ya Tuhan maafkan aku Dev, aku sungguh lupa maafkan aku ya. Ya sudah kalau begitu kita berangkat sekarang saja bagaimana?” Riana menjepit bibirnya dan mengerucutkan wajahnya karena merasa malu pada Devan.
Bisa-bisanya dia lupa kalau ternyata sudah ada janji dengan tunangan nya itu untuk makan malam bersama.
Dia malah asyik membaca buku sampai lupa semuanya.
Devan hanya tertawa pelan. Maklum dengan Gadis nya itu yang suka lupa waktu apabila sudah sempat membaca buku.
“Tidak apa-apa Ana, hmm, tapi sepertinya ini sudah lewat jam makan malam.” Dev melirik singkat jam tangannya dan kembali menatap Riana sambil tersenyum.
“Sepertinya kita harus menjadwal ulang lagi makan malam kita Ana, ini sudah jam 09.00 Malam. Sebaiknya aku pulang saja dulu, aku ke sini hanya khawatir saja dengan mu. Syukur lah kamu baik-baik saja. Aku sempat khawatir tadi karna kamu tidak kunjung menjawab telpon ku.” Ujar Devan panjang lebar sambil tersenyum.
Dia tidak marah kepada tunangannya itu. Walaupun tadi sebenarnya dia sudah hampir 2 jam menunggu Riana, namun yang di tunggu tak kunjung datang akhirnya dia memutuskan untuk mendatangi Rumah sakit tempat Riana berkerja.
Riana kembali menjepit bibirnya dan menatap Devan dengan perasaan bersalah.
“Hmm, Dev, maaf.” Hanya itu kalimat yang mampu Riana ucapkan. Dia benar-benar merasa bersalah.
Devan kembali tersenyum melihat tampang Riana yang merasa bersalah.
“Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu. Tadi aku ke rumah mu kamu tidak ada, makanya aku menyusul mu kesini. Dan Mery tadi mengatakan kalau kau sedang ada di perpustakaan.” Devan hendak pergi namun Riana bergegas memangilnya.
“Dev!” Riana berjalan perlahan mendekat ke arah Devan. Devan menoleh lagi kearah Riana.
“Ya Ana?" Ujarnya lembut sambil tersenyum manis
“Aku akan mengantar mu sampai ke depan?” Ujar Riana sambil tersenyum dan berjalan mendahului Devan sambil menunduk.
Devan kembali tersenyum manis menatap ke arah tunangannya nya itu, dia menoleh ke arah Mery yang sedari tadi hanya diam di pojok melihat interaksi Devan dan Riana.
“Nona Mery, saya pulang dulu, Terimakasih sudah membantu tadi."
Mery mengangguk sambil tersenyum.
“Sama-sama Tuan Dev."
Devan segera berlalu dari tempatnya menyusul Riana yang tadi sudah berjalan mendahuluinya.
“Hmm, beruntung sekali Riana, dia punya tunangan yang sangat tampan, baik dan pengertian. Kelihatan sekali dia sangat mencintai Riana, tapi kenapa sepertinya Riana tidak nyaman bersama Tuan Dev.”
Mery menghembuskan nafasnya kasar. Dia dibuat heran dengan sahabat dan teman seprofesinya itu. Ya Riana. Gadis itu entah apa yang membuatnya merasa kurang dengan seorang Devan. Tampan, baik , Pengusaha kaya raya. Pemilik perusahaan besar di negaranya.
Riana juga menerima pertunangannya dengan Devan hanya karna di jodohkan oleh kedua orang tua mereka. Dan Riana adalah anak yang baik dan sangat penurut.
Dia menyetujui perjodohannya dengan Devan bukan karena dia cinta, tapi semata-mata hanya untuk membuat orangtuanya bahagia.
Ya Mery mengetahui itu semua karena Riana akan menceritakan semua kisah hidupnya padanya.
Mery tersadar dari lamunannya dan berujar pelan ”Riana, kau sangat beruntung punya Devan dalam hidup mu, sementara aku? Aku sampe sekarang belum tau siapa jodoh ku. Hehe.” Kekeh nya pelan sambil berjalan keluar dari perpustakaan itu.
***
"Ana, kenapa kamu tidak pulang saja ke rumah? Bukannya jam kerja mu sudah selesai dari tadi Sore" tanya Devan.
"Aku masih ada urusan sedikit Dev."
"Kamu yakin tidak ingin pulang bersama dengan ku saja?"
"Iya Dev, kamu pulang lah dulu. Aku masih ada urusan di sini."
"Aku bisa menunggu sampai urusan mu selesai." tawar Devan.
"Tidak usah Dev, jangan khawatirkan aku, aku bisa pulang naik taksi nanti." Riana berusaha menolak dengan halus.
Devan terdiam sebentar menatap Riana dalam. Ia tersenyum sendu. Tahu betul Riana sedang berusaha menghindarinya. Dalam hati Devan merasa kecewa dan sakit hati. Sudah lama ia berusaha membuat Riana mencintainya.
Tapi gadis itu tetap saja datar dan tidak mau membuka hati barang sedikit pun padanya. Devan sendiri pun bingung apa yang kurang dari dirinya. Padahal di luar sana banyak yang mengejarnya bahkan terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada dirinya.
Tapi entah mengapa hatinya hanya untuk Riana. Gadis yang bahkan sama sekali tidak mencintainya.
"Dev? ada apa?" tanya Riana tiba-tiba.
Devan mengerjap kemudian tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, kalau begitu aku pulang dulu ya. Kamu hati-hati nanti pulangnya."
Riana hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
Devan melangkah pelan, baru dua langkah, ia kembali berbalik badan menghadap Riana lagi.
"Ana, aku tau, sulit bagimu untuk membuka hati mu untuk ku. Tapi percaya lah, aku benar-benar sangat mencintai mu, jadi ku mohon bukalah hati mu sedikit saja untuk ku, berikan aku celah untuk masuk ke ruang hatimu yang dalam. Aku berjanji akan membahagiakan mu."
Setelah mengatakan itu, Devan berbalik dan langsung pergi meninggalkan Riana yang diam terpaku tanpa menoleh sedikitpun.
Setelah Devan masuk ke mobilnya dan pergi dari hadapan Riana, Gadis itu menghela nafas panjang.
"Dev, seandainya saja kau tau, aku sudah berusaha untuk membuka hati ku pada mu, aku bahkan menerima pertunangan ini berharap aku bisa mencintai mu suatu saat nanti. Tapi hati tidak bisa berbohong, aku tidak bisa mencintai mu Dev, maafkan aku." Gumam Riana pelan.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Elly Mei
cinta itu urusan hati kagak bisa di paksa Dev
2021-01-28
2
Kristina vina
Kasianya Devan
2021-01-28
2