Riana berlari-lari kecil mengejar Tiana keponakannya yang sore ini ia bawa ke gereja. Nampak wajah cantiknya yang semakin cantik dengan tawa yang menghiasi wajah itu.
“Heii... gadis kecil jangan lari, bibi akan menangkap mu....” gadis itu tertawa lagi sambil terus berlari mengejar gadis kecil di depannya.
“Ha..ha..ha... Bibi ayo tangkap aku kalo bisa. Hahaha.” Gadis kecil itu berlari mencoba menghindari dari tangkapan sang bibi yang terus mengejarnya.
Hingga...
Bukkk!!
Auu.... Aduhh!! Riana meringis sakit karena baru saja tanpa sengaja menabrak tubuh seseorang hingga dirinya jatuh dan terduduk di tanah.
“Maaf, apa anda baik-baik saja?” Suara bariton Refan menyapa gadis yang baru saja menabrak tubuhnya tadi.
“Iya..iya saya baik-baik saja." Riana masih menundukkan wajahnya dan membersihkan debu yang ada di celana nya karna sempat terjatuh ke tanah tadi. Rambutnya menutupi wajahnya selagi dia membersihkan nya dengan tangan.
Dirasa sudah bersih ia pun mendongak dan menghadapkan wajahnya ke orang yang ditabraknya tadi .
“Sekali lagi maaf ya, saya benar-benar tidak sengaja tadi?”
Pria tampan dengan iris mata abu-abu itu terdiam sesaat setelah menatap wajah Riana. Suara gadis itu mengalun lembut di telinganya.
Sesaat ia hanya diam dan menatap lekat wajah lembut itu. Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang sedang lalu lalang di sekitar mereka.
Jantung Refan bergetar hebat. Belum pernah ia merasa kan hal ini sebelumnya. Mata jernih gadis itu mampu menghipnotisnya sampai membuat tubuhnya membeku tak mampu berkata apapun.
Dia masih tetap menatap sosok gadis cantik dan lembut yang ada di hadapannya dengan kedipan mata pelan.
Sementara Riana hanya menatap heran pria di depannya yang entah mengapa malah diam saja setelah dia mengucapkan kata maaf. Karna tak mendapat respon dari pria yang ia akui tampan itu, gadis itu pun hendak berlalu.
“Hmm, maaf kalau begitu saya permisi dulu.” katanya hendak beranjak dari situ.
Baru saja kaki Riana hendak melangkah, Refan tiba-tiba mengerjap. Ia menahan tangan gadis itu.
“Heuh??” Riana menatap heran, alisnya mengerut protes karna tiba-tiba pria itu seenaknya saja pria memegang tangannya.
“Ah....maaf kan saya” Refan buru-buru melepaskan tangannya. “Perkenalkan, nama saya Refan, boleh saya tau siapa nama mu?” Refan mengulurkan tangannya ke hadapan gadis itu.
“Riana”. ucapnya sambil mengulurkan tangan menyambut uluran tangan Refan.
Gadis itu tersenyum manis. Senyum manis Riana kembali membuat Refan membeku. Ia benar-benar terpana dengan sosok gadis yang ada di hadapannya saat ini.
Riana kembali mengerutkan alisnya bingung. Ada apa dengan pria ini? Kenapa menatap ku seperti itu, pikirnya.
“Permisi, kenapa anda melihat saya seperti itu dari tadi? Apa ada yang aneh dengan wajah saya?" ujarnya sambil menunjuk dirinya sendiri.
Refan mengerjap dan tersadar dari tatapan terpesonanya.
“Ahh..maafkan saya. Saya hanya ehh.. hanya_” mendadak Refan kesulitan berbicara.
“Hanya apa?” Riana semakin dibuat bingung dengan pria tampan di hadapannya ini.
“Ah, ti..tidak ..tidak apa-apa.” Refan tersenyum kikuk.
Kemudian terdiam lagi menatap gadis di hadapannya. Dia mengedip pelan sambil memandang lekat wajah gadis itu, dia tersenyum tipis dan bergumam pelan
“Hanya saja aku tidak pernah bertemu dengan gadis seindah dirimu sebelumnya selama hidup ku, Riana.”
Kata-kata itu keluar sangat pelan dan lembut dan sayangnya Riana tak dapat mendengarnya dengan jelas. Karena memang tempat mereka berada sekarang adalah di halaman sebuah gereja yang di lalui banyak orang orang dan anak-anak yang sedang bermain.
“Bibi, kenapa tidak mengejar ku lagi??” Suara anak kecil itu memecah keheningan diantara Refan dan Riana yang sedari tadi hanya sibuk tatap-tatapan. Ya, Refan dengan tatapan terpesonanya akan gadis cantik di hadapannya, dan Riana dengan tatapan bingung akan pria aneh didepannya yang sedari tadi hanya diam sambil menatapnya.
Riana pun berlalu tanpa permisi lagi pada pria yang di anggapnya aneh itu. Gadis itu kembali bergabung dengan anak-anak yang sedari tadi menunggunya.
Riana kembali fokus dan tertawa riang bersama anak-anak sekolah minggu itu.
Sementara Refan, dia kembali menatap fokus pada gadis itu dan kembali bibirnya yang kaku mengulas senyum yang begitu indah dengan tatapan mata yang berbinar-binar.
'Ibu, akhirnya aku menemukannya. Aku menemukan gadis yang membuat jantung ku berdebar. Dan aku berjanji, aku pasti akan mendapatkannya.' Refan berucap dalam hati , bersorak riang dan berlalu dari tempat itu dengan hati yang optimis.
'Ya , Aku akan mendapatkannya.' Tekadnya dalam hati.
Riana menoleh ke arah pria tampan yang sempat ia tabrak tadi. Refan sudah tidak ada di sana. Ia tersenyum tipis entah kenapa. Saat pertama melihat Refan, ia juga merasa terpesona dengan wajah tampan itu.
Terutama saat ia melihat mata abu-abu itu memandang nya dengan tatapan dalam yang membuat hati seorang Riana merasa hangat.
Riana termenung cukup lama. Menyadari perasaannya yang entah mengapa berdesir ketika mengingat tatapan Refan tadi.
Sungguh ia bingung dengan kondisi hatinya saat ini. Ini pertama kali dalam hidupnya ia begitu tertarik dengan seorang laki-laki.
Apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Tebaknya dalam hati. Ah, tapi mana mungkin, sangkal nya kemudian.
"Ana?" Suara itu menyadarkan Riana dari lamunannya. Ia menoleh dan mendapati Devan tunangannya sudah ada di sana.
"Dev? sedang apa kamu disini?" Riana mengernyit bingung. Entah mengapa dia kesal melihat Devan menyusulnya ke gereja.
"Aku ingin menjemputmu, kata Ibu kamu ada disini." Devan tersenyum manis.
Riana terdiam menatap Devan lekat. Wajah pria itu tampan. Sangat tampan di hiasi dengan mata coklat yang bening, hidung yang mancung, rahang yang tegas, bibir tebal yang merah alami, postur tubuh yang ideal dan atletis.
Tidak ada sedikit pun yang kurang dari diri seorang Devan. Dan jangan lupakan, Ia adalah seorang pengusaha sukses dan tentu orang yang sangat baik bagi orang yang mengenalnya.
Tapi, kenapa? kenapa Aku tidak bisa mencintainya? sama seperti dia yang mencintai ku. Pertanyaan itu kembali muncul dalam pikiran Riana.
Sungguh ia sendiri bingung untuk menjawab pertanyaan itu.
Riana kembali teringat dengan Refan, pria yang beberapa saat yang lalu tanpa sengaja ia tabrak dengan tubuhnya.
Riana bisa merasakan perasaan aneh yang sangat sulit ia artikan ketika berhadapan dengan pemuda itu tadi. Walau hanya beberapa menit ia berada di dekat pria itu, entah mengapa hati Riana sangat nyaman. Ya Tuhan, perasaan apa ini.
"Ana, Are you ok?" Devan yang sedari tadi berdiri di depan Riana berusaha menyadarkan Riana dari lamunannya.
"Heuh??"
Riana tersentak kaget, "Ah, iya aku baik-baik saja Dev. Bisa kamu antar aku pulang sekarang?" Riana menatap Devan. Sungguh yang ia inginkan saat ini adalah pulang dan istirahat di kamar.
"Okay." Devan tersenyum. Ia mengulurkan tangannya hendak meraih tangan Riana, namun gadis itu menolak dengan halus dan segera berjalan mendahului Devan.
Devan hanya bisa tersenyum sendu. Sadar bahwa ia belum memenangkan hati Riana.
Riana kembali masuk ke rumah setelah tadi ia mengantar keponakannya ke rumah kakaknya. Setelah ia pamit dengan Devan, ia buru-buru masuk ke kamarnya dan menutup pintu.
Gadis itu kembali termenung menatap jendela kamar yang menampilkan cahaya matahari yang hampir redup hendak tenggelam. Berusaha menetralkan kondisi hatinya yang entah mengapa sejak bertemu dengan Refan menjadi kalang kabut tak menentu.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Aulia Izzatunnisa Borreg
awal yg menarik thor
2021-01-30
2
Elly Mei
tertarik beneran nih aku...
2021-01-28
2
Kristina vina
Mantap ceritanya
2021-01-28
2