Dalam perjalanan untuk pulang. Pikirannya masih terpacu oleh nama yang bernama Fauzi. Siapa Fauzi? Sampai di rumah, Hanna mendapat dering telepon dari seseorang yang selalu membuat Hanna ingin menjahlinya.
📞
“Ada apa?”
“Yaaa! Lo lupa yah?” serang Oni. Seperti biasa terdengar kesal kepadanya.
“Apa lagi, sih? Gue baru sampe rumah banget. Gue nggak mau ribut dulu,” seru Hanna sambil menuangkan air kedalam gelas dan meminumnya.
“Yang dari tadi nyari ribut siapa? Lo kan tadi mau traktir kita. Lo lupa huh?”
BYURR. Air yang sudah diminum keluar kembali karena kaget dan lupa.
“Kenapa lo? Ginih yah karena tadi lo ngelanggar janji, jadi lo harus traktir kita ulang dan memenuhi permintaan kita.”
“Apa? Itu sih kemauan lo pada,” lirih Hanna tidak terima.
“Nggak bisa nolak. Liat aja besok. BHAYY!"
Tut Tut Tut
“Hallo? Oni?”
Terdengar suara telepon terputus.
Hanna pasrah dengannya. Karena Oni tidak mau mengalah sedikitpun. Yahh itulah Oni, lumayan keras kepala.
“Tadi gue mikirin apa yah? Oh pasangan pembimbing gue? Siapa yah ko gue lupa sih. Faa? Fa-fa... Ahhh gara-gara Oni nih."
Bergegas ke kamar sambil memikirkan nama yang ia lupakan.
Esok telah tiba. Hari untuk beristirahat di hari Minggu. Bangun siang bersantai di rumah. Pukul 07.43 WIB Hanna baru bangun tidur. Ia langsung membasuhi wajahnya agar terlihat segar. Dia menuruni tangga dan bergegas ke dapur untuk mengambil minum dan membawanya ke meja makan.
Air yaang sudah memasuki tenggorokannya ini sangatlah segar. Minum disaat kita kehausan, makan disaat kelaparan, dan Hanna masih bisa merasakan rezeki dari-Nya.
TING ... TONG ....
“Ada tamu?”
TING TONG TING TONG TING TONG
“Tunggu sebentar.” Hanna berteriak karena tamu itu sangatlah tak sabaran.
Ketika membuka pintu. Sudah terlihat sosok mengerikan berambut panjang terurai dan memakai pakaian berwarna putih. Aku pun langsung membulatkan mata karena terkejut.
Astagfirullah
“Kenapa?” tanya Gina.
Dan terlihat keluarlah dua orang yang berdiri dibalik tubuh Gina yang mungil yaitu Oni dan Afra. Tanpa dipersilahkan masuk Oni masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh Afra dan Gina dibelakangnya. Aku pun memasang wajah jengkel kemudian menutupi pintu. BRUKK.
“Pemilik rumah sarapan hanya dengan roti selai saja di atas meja makan dan segelas air putih?” Berkata dramatis Oni yang menyebalkan.
“Udah liatkan? Jadi kalian nggak bisa numpang makan disini. Gue belum belanja bulanan," balas Hanna dan duduk.
Tidak lama kemudian Afra meletakkan bungkusan yang entah itu berisi apa.
“Karena kita sahabat lo yang paaaaaling baik, bukan kayak lo. Jadi kita tau lo pasti kelaparan,” terang Oni.
Hanna pun membuka bungkusan itu dan ternyata isinya adalah makanan kesukaannya. Nasi goreng. Hanna tersenyum-senyum melihatnya. Dan melirik ke arah mereka.
“Kenapa ngeliatin kita? Lo nggak mau, Han?” tanya Gina.
“Kalau nggak mau buat gue aja,” sambung Afra mengambil bingkisannya kembali.
Tapi bingkisan itu tertahan oleh Hanna. Bahwa dirinya akan memakannya. “Maulah." Hanna menarik kembali bingkisan makanan itu sambil tersenyum penuh arti.
Hanna langsung memakannya dengan lahap. Rasa laparnya suda terisi.
“Berapa lama lo nggak makan, Na? Rakus bener,” lontar Oni.
“Nawarin juga enggak,” lanjut Gina.
Dan Afra sibuk dengan mengoles selai pada roti. Hanna menguyah. “Gue itu belum makan pas itu lohh, gue pergi dari kafe.”
“Telen dulu baru ngomong, nanti kese-lek,” kata Gina.
Benar akhirnya Hanna tersedak. Afra memberikan minum kepada Hanna.
“Makasihhh ... emang deh kalian sahabat terbaik gue.” Dengan tulusnya Hanna mengatakan.
“Dari dulu kelesss, jadi lo harus kabulin permintaan kita,” terang Oni yang membuat Hanna terbungkam dengan itu. Dan kembali tersedak.
Gue tarik kembali ucapan tadi.
Tempat yang kami suka. Tempat yang selalu kami datangi ini. Timezone. Tempat bermain berbagi kebahagiaan bersama teman-teman. Dan mengingatkan aku ke masa-masa dulu yang menyenakan sekaligus mimpi buruk. Permintaan mereka adalah ini. Ingin bermain bersama yang sudah lama kami tunda karena kesibukan kami sendiri karena kami sudah beranjak kelas 12. Kami disni bersenang-senang, setelah selesai kami pun makan.
Dan semua hari ini aku Hanna yang traktir. BOKEE DONG GUE.
“Jadi gimana Na?” tanya Gina.
“Gimana apa?” tanya kembali.
“Lo jadi panitia apa? Bagian apa?”
Oni dengan cepatnya membalas. “Paling juga jadi seksi kebersihan biar dia mungut sam-”
“Pembimbing," jawab Hanna membuat ketiga sahabatnya terdiam. "Gue jadi pembimbing dari kelas 10 - MIPA 1."
“Kayaknya ada yang salah deh.”
"HAHAHAHAHAHA."
“Lo jadi pembimbing nggak salah tuh? Apa ketua pelaksananya yang salah nempatin?” ejek Oni.
Hanna mengabaikan namun merasa jengkel. Tapi Hanna tahu mereka hanya bercanda.
“Gue serius," timpal Hanna sambil meletakkan gelas minumannya.
“Pasangan lo siapa?” tanya Gina.
Pasti banyak pertanyaan. Gina adalah ketua MPK, namun ia tidak ikut bergabung dalam kegiatan tersebut. Yah. Dia berhalangan tidak ikut karena harus menjaga neneknya di rumah sendiri dan kakeknya dalam perjalanan pulang ke rumah dari markas TNI. Walaupun ada asisten rumah tangga, Gina tidak tega. Kakeknya adalah pensiunan TNI, beliau kesana karena ada urusan. Oke. Orangtua Gina kemana? Gina adalah anak yatim piatu. Nanti kita cerita lebih lanjut.
“Pasangan gue?”
“Jangan bilang lo lupa," sahut Gina.
“Yah-yah gue juga nggak tahu heheh. Kalau nggak salah sih Fa... Fa...?”
“Farhan?” kata Oni.
“Bukan.”
"Fatin?" Hanna menebak-nebak.
"Itu penyanyi Hanna," kilah Oni.
“Hehehe gue lupa."
Mereka pun jengkel dengan Hanna karena kelupaanya yang sering dipelihara dalam otak kecil miliknya. Namun kalian akan terkejut sebenarnya siapa Hanna.
...🦄🥀☔...
...Bersambung ......
... _____________________...
...Rilis 09/01/2020...
...Revisi 29/06/2020...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sept September
likeer
2020-08-03
1
Kadek
semngt kk
2020-07-10
1
Nadiva cahya
hay ka. aku udah mampir nih
salam dari "Hubby"
2020-07-01
1