4. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 4)

"Rania, please! Jangan keras kepala sekarang! Kita ke rumah sakit setelah itu aku dengerin cerita kamu, oke sayang?" Rania hanya mengangguk dan mengeratkan tangannya di leher Vano, lalu menyenderkan kepalanya pada pundak lelaki itu, sejenak Rania ingin menumpahkan segala perasaan tak mengenakan dengan memeluk erat kekasihnya itu.

-

Setelah selesai dari rumah sakit, Rania dan Vano memilih untuk tidak langsung pulang. Mereka ingin meluangkan waktu berdua yang akhir-akhir ini sulit untuk didapat.

“Ran, sebenarnya ada apa?” Tanya Vano mengalihkan sejenak pandangannya dari jalanan di depan untuk menatap Rania.

“Jadi tadi malam-”

Kruyuk...

Suara perut Rania terdengar memenuhi mobil. Vano menatap heran dan juga terkejut, sedangkan Rania hanya bisa menunduk malu tak kuasa meneruskan bicaranya.

“Kamu belum makan? Kapan terakhir makan?” Tanya Vano khawatir.

“Tadi malam.” Jawab Rania pelan masih dengan rasa malunya.

“Astaga, sayang.” Vano menggelengkan kepalanya, segera ia melajukan mobil ke restoran terdekat.

“Aku ada roti di tas, kamu makan dulu buat ganjal.” Vano mulai menambah laju mobilnya, ia tak ingin kekasihnya itu kelaparan lalu jatuh sakit. Rania dengan cepat mengambil tas Vano dan membukanya.

“Van, ini-”

“Gapapa makan aja.” Sergah Vano.

“Tapi ini tinggal bungkusnya.” Vano segera mengalihkan pandangannya lagi dan menengok ke arah Rania yang tengah memegang bungkus plastik tanpa roti.

“Ah sial! Si Edo nih pasti.” Rania kurang puas dengan jawaban Vano, ia mengerutkan keningnya menatap Vano dengan tatapan penasaran.

“Tadi waktu aku ingin ke rumah kamu, Edo minta antar ke rumah temennya yang kebetulan satu jalan sama rumah kamu. Pas aku isi bensin, aku keluar, tasnya aku taruh belakang padahal. Terus pas aku masuk, Edo lagi makan roti, katanya bawa dari rumah. Taunya dari tas aku.” Jelas Vano panjang lebar dengar raut kesal, Rania terkekeh geli mendengarnya.

“Emang dasar kambing tuh si Edo.” Perkataan Vano barusan sukses mendapatkan pukulan dari Rania, Vano menggerutu heran sambil memegang pundaknya, namun tak lama ia tertawa dan mengelus surai indah Rania.

-

“Yah, sayang kita engga kebagian tempat. Apa mau dibungkus makanannya? Nanti kita makan di taman, gimana?” Rania tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Vano gemas melihatnya, dengan cepat ia mencubit pipi Rania yang kemudian dibalas pelototan dari Rania.

-

Taman yang biasanya sepi itu mulai dipenuhi oleh banyak orang. Hari minggu adalah waktu yang tepat bagi keluarga, itulah mengapa gema tawa para anak kecil yang sedang berlari-lari memenuhi setiap sudut taman. Tak sedikit pula pasangan kekasih maupun suami-istri ikut memenuhi taman yang berada di sudut kota itu.

Alih-alih ikut hanyut dalam keramaian, Vano dan Rania memilih tempat yang sedikit jauh dari kerumunan orang-orang yang sedang berbahagia itu. Bukan hanya karena mereka ingin menikmati waktu berdua saja, namun juga karena pembicaraan yang serius di antara mereka.

Setelah menghabiskan makanan mereka, Rania mulai menceritakan semuanya. Tak ada yang ia ditutupi dari Vano. Melihat tak ada balasan dari Vano, Rania sedikit khawatir dan juga penasaran akan respon Vano.

“Lain kali kamu hubungi aku ya, aku tadi khawatir banget ngeliat kondisi kamu.” Rania menghela napas lega.

Setelah lama Vano diam sembari menahan kesal dan menampilkan raut yang menyeramkam, Rania senang rupanya Vano mengkhawatirkannya, ia sempat mengira Vano akan memarahinya.

“Van, aku engga mau gangguin kamu. Skripsi kamu kan sebentar lagi, kamu juga sering lembur akhir-akhir ini. Lagi pula semalam untung saja yang nolongin aku Pak Kevin.” Rania mencoba memberi penjelasan pada Vano.

“Engga ada yang namanya sibuk 24 jam, sayang. Apa lagi sampai engga ada waktu untuk orang yang spesial. Dan biarpun itu Pak Kevin, tetap saja aku kesal! Please, kalau ada apa-apa hubungi aku! Kalau seperti ini aku merasa engga berguna buat kamu.” Rania dengan cepat menggelengkan kepala.

Tatapan kecewa Vano akan dirinya sendiri begitu terasa, Rania tersenyum hangat dan menganggukan kepalanya, Vano pun membawa Rania dalam pelukannya.

-

Sesampainya di rumah, Rania segera menutup pintu dan hendak ke kamarnya, namun ia merasa ada yang aneh karena rumah tak terlihat sepi. Beberapa lampu menyala seakan ada orang selain para pelayan di rumah itu. Rania berjalan sambil memikirkan kejanggalan tersebut.

“Bagus! baru ditinggal sebentar sudah keluyuran.” Rania berjingkat kaget mendengar suara Keisha.

Segera ia menengok ke samping dan melihat Keisha sudah berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Loh! Non Keisha bukannya ke Singapura?” Tanya Rania hati-hati.

“Engga suka saya ada di sini?!” Bentak Keisha.

“Engga non, bukan begitu.” Rania gugup menjelaskan maksudnya.

“Sudah merasa bebas melakukan apa saja ya sekarang?! Semalam kemana?!” Keisha mendekat membuat Rania takut untuk menjawab.

Ia hanya melirik ke bawah menunjukan kakinya yang di perban. Sontak Keisha mengikuti arah pandang Rania dan melihat ke arah kaki Rania.

“Rania.” Terdengar panggilan dari lantai atas.

Rania hapal suara ini, matanya penuh binar ketika orang yang selama ini mencurahkan kasih sayang dan menganggap nya seperti cucu sendiri, kini tengah berdiri sambil memegang tongkat untuk menopang badan ringkihnya.

“Kakek.” Rania mundur sedikit lalu membungkukkan badannya pada Keisha.

Tanpa memperdulikan raut kesal Keisha karena gagal memarahinya, Rania berjalan tertatih menghampiri Haryo, mereka pun berpelukan. Rania merasakan perasaan hangat memenuhi hatinya.

Keisha yang melihat pemandangan drama di depannya hanya mendengus kesal, entah mengapa ia merasa sesak di dadanya. Air matanya bahkan dengan lancang telah menetes keluar. Tak ingin terlihat sedih di depan kedua orang itu, Keisha pun segera meninggalkan tempat tersebut.

Marni, nenek Rania tak sengaja melihat pemandangan tersebut saat hendak membereskan ruang tamu. Ia tersenyum dengan bibir bergetar, matanya basah oleh air mata. Otaknya berputar memikirkan rahasia yang harus tersimpan rapat entah sampai kapan.

-

"Kaki kamu kenapa?" Tanya Haryo yang melonggarkan pelukannya, dan menatap khawatir pada kaki Rania.

Rania menghapus lelehan air mata di pipinya, ia menggeleng keras.

"Engga papa kok. Semalam cuma keserempet, ini sudah diobatin." Jelas Rania

"Kita ke rumah sakit ya?" Pertanyaan Haryo dijawab gelengan lagi oleh Rania, Haryo mengernyit heran.

"Tadi sudah diantar sama Kak Vano." Haryo menghela napas pelan.

"Yasudah, kamu istirahat di kamarmu saja, jangan memaksakan pekerjaan yang berat. Sementara libur dulu kerjanya." Kata Haryo menasehati.

"Kakek tahu?" Rania terkejut Haryo mengetahui kalau ia bekerja.

"Kakek hanya tahu sedikit, lebih lengkapnya kakek akan tunggu cerita dari kamu." Rania menelan ludahnya susah payah.

Ia memang sering menceritakan banyak hal pada Haryo. Namun tak pernah ia menceritakan terkait perlakuan Keisha dan juga Farah kepadanya. Sedangkan kini Rania bingung darimana Haryo mengetahui tentang pekerjaannya itu.

"Kakek harap kamu jujur ya." Haryo mengelus rambut Rania lalu setelahnya meninggalkan Rania yang masih setia berdiri di tempatnya.

Rania tersadar dari lamunannya, segera ia pergi menuju kamar, namun langkahnya berhenti ketika melihat Marni mengelap air matanya.

"Nenek kenapa?" Tanya Rania yang kini telah berada di hadapan Marni.

"Ini kelilipan." Marni mencoba berbohong dengan mengedipkan matanya beberapa kali, Rania kurang mempercayai perkataan Marni, ia akan bertanya lagi namun Marni menghindar dan pergi dengan alasan pekerjaannya menumpuk.

Rania ingin mencegah namun ia urungkan saat mendengar Farah memanggil Marni. Rania pun melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Terpopuler

Comments

Regita Regita

Regita Regita

ada cerita yg masih terselip nih kayak nya

2020-10-28

0

Esti Sagala

Esti Sagala

mantap

2020-08-27

0

Aida Chaniago

Aida Chaniago

lanjut thor.

2020-01-17

5

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 1)
3 2. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 2)
4 3. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 3)
5 4. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 4)
6 5. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 5)
7 6. "Saya Tahu Diri" (part 1)
8 7. "Saya Tahu Diri" (part 2)
9 8. "Saya Tahu Diri" (part 3)
10 9. "kamu pantas bahagia" (part 1)
11 10. "kamu pantas bahagia" (part 2)
12 11. "Aku Janji Bakal Jagain Kamu"
13 12. "Aku Hamil"
14 13. "Itu Anak Ku?!"
15 14. "Aku Pergi"
16 15&16. "Awal Dari Sebuah Akhir"
17 17. "Menuju Awal Yang Baru"
18 18. "Mulai Melangkah"
19 19. "Kehadiran dan kepergian"
20 20. "I Found You"
21 21. "Hubungan"
22 22. "Ngidam"
23 23. "Rencana"
24 24. "Sakit"
25 25. "Anak"
26 26. "Penyesalan dan Kepergian"
27 27. "Pindah"
28 28. Ending 1
29 2.1 "identitas baru"
30 2.2 "Luka yang mulai terpendam"
31 2.3 "Masalah Baru"
32 2.4 "Kejam dan Dingin"
33 2.5 "Keputusan besar"
34 2.6 "Selangkah lebih dekat"
35 2.7 "Akhirnya Bertemu"
36 2.8 "Tak bisa menghindar"
37 2.9 "Maaf"
38 2.10 "Klimaks"
39 2.11 "Sisi lain"
40 2.12. "Permainan"
41 2.13 "Tidak Menyerah"
42 2.14 "Pertanyaan"
43 2.15 "Pemahaman"
44 2.16 "Tersisih"
45 2.17 "Kenyataan"
46 2.18 "Ancaman"
47 2.19 "Terungkap" (part 1)
48 2.20 "Terungkap" (part 2)
49 2.21 "Terungkap" (part 3)
50 2.22 "Kejutan"
51 2.23 "Berpikir Ulang"
52 2.24 "Gosip"
53 2.25 "Sisi lain (2)"
54 2.26 "Keegoisan"
55 2.27 "keegoisan" (part 2)
56 2.28 "Isi hati"
57 2.29 "Nasib Keisha"
58 2.30 "Sebuah Usaha"
59 2.31 "Sebuah Usaha" (Part 2)
60 2.32 "Perbedaan"
61 2.33 "Kau Bukan Untukku"
62 2.34
63 2.35
64 2.36
65 2.37
66 2.38
67 2.39
68 2.40 "Sosok Baru"
69 2.41 "Sosok Baru" (Part 2)
70 2.42 "Wanita tak terduga"
71 2. 43 "Pembalasan"
72 2. 44 "Pembalasan" (part 2)
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Prolog
2
1. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 1)
3
2. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 2)
4
3. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 3)
5
4. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 4)
6
5. "Kamu ga pantas di sini ngerti?!" (part 5)
7
6. "Saya Tahu Diri" (part 1)
8
7. "Saya Tahu Diri" (part 2)
9
8. "Saya Tahu Diri" (part 3)
10
9. "kamu pantas bahagia" (part 1)
11
10. "kamu pantas bahagia" (part 2)
12
11. "Aku Janji Bakal Jagain Kamu"
13
12. "Aku Hamil"
14
13. "Itu Anak Ku?!"
15
14. "Aku Pergi"
16
15&16. "Awal Dari Sebuah Akhir"
17
17. "Menuju Awal Yang Baru"
18
18. "Mulai Melangkah"
19
19. "Kehadiran dan kepergian"
20
20. "I Found You"
21
21. "Hubungan"
22
22. "Ngidam"
23
23. "Rencana"
24
24. "Sakit"
25
25. "Anak"
26
26. "Penyesalan dan Kepergian"
27
27. "Pindah"
28
28. Ending 1
29
2.1 "identitas baru"
30
2.2 "Luka yang mulai terpendam"
31
2.3 "Masalah Baru"
32
2.4 "Kejam dan Dingin"
33
2.5 "Keputusan besar"
34
2.6 "Selangkah lebih dekat"
35
2.7 "Akhirnya Bertemu"
36
2.8 "Tak bisa menghindar"
37
2.9 "Maaf"
38
2.10 "Klimaks"
39
2.11 "Sisi lain"
40
2.12. "Permainan"
41
2.13 "Tidak Menyerah"
42
2.14 "Pertanyaan"
43
2.15 "Pemahaman"
44
2.16 "Tersisih"
45
2.17 "Kenyataan"
46
2.18 "Ancaman"
47
2.19 "Terungkap" (part 1)
48
2.20 "Terungkap" (part 2)
49
2.21 "Terungkap" (part 3)
50
2.22 "Kejutan"
51
2.23 "Berpikir Ulang"
52
2.24 "Gosip"
53
2.25 "Sisi lain (2)"
54
2.26 "Keegoisan"
55
2.27 "keegoisan" (part 2)
56
2.28 "Isi hati"
57
2.29 "Nasib Keisha"
58
2.30 "Sebuah Usaha"
59
2.31 "Sebuah Usaha" (Part 2)
60
2.32 "Perbedaan"
61
2.33 "Kau Bukan Untukku"
62
2.34
63
2.35
64
2.36
65
2.37
66
2.38
67
2.39
68
2.40 "Sosok Baru"
69
2.41 "Sosok Baru" (Part 2)
70
2.42 "Wanita tak terduga"
71
2. 43 "Pembalasan"
72
2. 44 "Pembalasan" (part 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!