BAB 3 : See You Next Time

Detik waktu berjalan begitu lambat kurasa, tak ku sadar sudah banyak waktu yang tersita dengan sia – sia, namun apa daya ketika mata hendak terbuka ingatan yang terbesit waktu yang lalu selalu saja menyita perhatian dalam alunan kepedihan. Beberapa kali aku mencoba bangun dari mimpi buruk ini, namun tak semudah itu.

“Ini kenyataan Aini”, ucap hati kecil ini, terus dan terus, entah sampai kapan aku ini akan tersadar dan bangun dari kehancuran kisah nyata yang ku rasa.

“Aini ayo bangun,” ucap Ibuku lembut mengusap kepalaku yang tak tau kapan beliau beranjak kemari, yahh... kurasa indra ku sudah mulai kacau. Ku hanya terdiam mendengar ucapan beliau.

“Aini, jangan begini dong,” ujar Ibuku pelan dengan mata yang mulai berkaca – kaca kutahu, yahh... itulah hal yang membuatku terbangun, tetesan air mata beliaulah yang kurasa dapat aku terima lebih sakit.

“Susah juga ya buk, mengemban pengetahuan," ucapku pelan menghampiri dekapan beliau.

“Ngomong apa to Ain," jawab ibuku pelan sembari memelukku dengan lembut.

“Kita diberi pengetahuan, namun apa daya diri kita yang membawa beban tersebut harus tersakiti, tanpa ada keberanian untuk menetapkan pilihan,” ucapku pelan dengan tetesan air mata yang kian berjatuhan.

“Bukan beban Ain, tapi tanggung jawab," sahut bapak dari sisi belakang Ibuku, yang entah sejak kapan beliau ada di sana, mendengan ucapan Bapak yang begitu dalam membuat hati ini terdiam dalam tangisan ,namun secuil kata itulah yang membuat hati ini mulai mampu menikmati sakit yang kurasa.

“Tapi pak, kenapa harus aku,” tanyaku kembali dengan pelan, yah... memang tenaga ini sudah banyak terbuang padamu air mata.

“Yaa, memang cuman Aini yang kuat dan bisa, Bapak sama Ibu nggak bakal kuat menghadapi cobaan kayak samian, kenapa too Allah kok milih Aini untuk menghadapi cobaan ini? ya karena cuman Aini yang kuat dan sanggup, cuman Aini seorang," tutur Bapak pelan dan sekali lagi meresap sampai ke dasar palung hati, tetesan air mata ini tak kuasa ku tahan lagi, kupeluk erat mereka kedua malaikatku, Bapak dan Ibu.

“Astagfirullah, maaf pak, buk…Ain khilaf, Ain egois sama hati Ain," ucapku dengan tersendat – sendat nafas terisak tangis, akhirnya hati ini bangkit akan keterpurukan ini.

“Ain bakal berusaha sekuat Ain, Ain bakal belajar menerima, Ain bakal belajar sabar, Ain bakal sadar Pak, Buk,” ucapku dengan tangis.

Yah, kurasa momen itu adalah waktu yang paling ku ingat dalam hidupku kelak, dimana Ain yang lebih dewasa terlahir dengan sadar kesakitan yang aku alami selama waktu terakhir ini masihlah bersifat fana. Yah, kusadari tuhan memberi kita sebuah cobaan bukan karena kebetulan semata, namun lebih di khususkan kepada pribadi kita, dan hanya kita yang mampu mengembannya, hanya kita seorang.

Tepat dihari itu, kamis 19 Juli 2018 tutur Bapak yang singkat namun begitu dalam membangunkan jiwa raga ini untuk menjalani sebuah kenyataan yang amat begitu berat ku sangka, namun ya mau tidak mau, siap tidak siap, seperti ini kenyataan yang harus kujalani, dan ku hadapi. Yah diruang waktu ini pula ku bulatkan tekad untuk menyerahkan jiwa raga dan kesetiaan ini pada seorang insan dengan asma Dimas Ardiansyah.

Hari ini tepat jarum jam menunjuk angka delapan pagi ku sudah bersiap menjejakkan kaki melangkah menjemput masa depan yang ku yakini pasti yang terbaik, mungkin sekarang ini bukan untukku namun ku yakin semua kesedihan ini pasti akan terbayar lunas di ke depan hari, karena inilah garis dari Nya, sang Maha Cinta.

“Ain yang sekarang harus lebih kuat !!” ujar ku sambil menghadap di depan cermin.

Tok..tok..tok.., suara pintu kamarku di ketuk dan diikuti dengan panggilan ibuk “Aini, dapat surat.”

“Surat ?, surat apa Buk ?” tanyaku balik dengan nada bertanya – tanya, kok masih ada yang bermain surat – suratan di era serba modern seperti sekarang ini.

“Nggak tau aku Ain, coba ini dilihat dlu,” jawab Ibuk masih dibalik pintu.

“Iya Buk,” jawabku sembari membuka pintu kamar.

“Rembulan yang hadir dalam gelap ku ?” baca ku dari amplop bagian depan pojok atas surat itu, tertulis jelas dengan tulisan tangan yang kurasa tak asing lagi bagiku.

“Siapa Buk yang ngantar tadi ?”sahutku kembali, yaa... mata ini mulai berkaca – kaca lagi. Ini sangatlah lucu sekali, padahal belum ku ketahui juga apa isi dan siapa pengirim pasti surat ini, namun apa perasaan ini.

“Pak sayur Ain, tadi katanya di titipin seorang pemuda," jawab Ibu dengan kebingungan juga yang tak tau apa – apa.

“Aku baca sendiri ya Buk,” ujar ku dengan air mata yang kembali menetes.

Tanpa menunggu Ibuku memberi jawaban, perlahan pintu kamar ku tutup, langkah kecil dan berat mulai kurasakan kembali, menghampiri tempat tidur yang tidak jauh dariku, ku coba meraihnya. Iyah, lucu sekali kusadari, masih beberapa detik yang lalu ku ucapkan dengan lantang bahwa Aini yang sekarang jauh lebih kuat dari yang kemari, namun ternyata kenyataanya tak begitu mudah.

Tertulis dengan jelas dan dengan sempurna mendarat pada batin ini.

...Assalamualaikum dik…gimana kabarnya ? sudah lebih baik yahh…aamiin…...

...Pagi ini ku titipkan seuntai kalimat pada tetangga sebelah lewat goresan tinta ini, hehehe.. maaf yaa kaga sempat bilang langsung. Yahhh, menurutku untuk saat ini seperti inilah yang terbaik hehehe....

...Oh iyaaa, aku ada cerita dikit nih dapet dari tempat biasa aq liat pemandangan awan yang begitu tenang hehehe, jadi gini ceritanya. Pada suatu hari ada seorang lelaki yang haus akan kasih dan cinta, sudah terlalu banyak waktu terlampaui namun tak kunjung juga meredakan kehausan yang kian mendahaga. Suatu hari pemuda itu hendak menenangkan pikiran dengan berjalan – jalan di alun – alun kota. Seperti hari-hari biasanya, banyak orang bermain layang – layang, main dengan buah hati, ketemu kekasih, pejuang rupiah, pejuang kalori, atlit lari, dan masih banyak lagi. Namun ada yang berbeda di tempat yang biasanya pemuda itu duduki, ia melihat seorang wanita yang duduk sendiri hanya bersama dengan lamunan, dan sebotol air mineral yang ia genggam....

...Mungkin terlihat aneh, namun dari apa yang pemuda itu lihat membuat atmosfir dan udara sekitar berubah, pemuda itu merasakan seakan waktu bergerak begitu lambat, kicauan burung yang tadinya tersamarkan oleh mesin bermotor kini terdengar dengan jelas, dan angina yang tadinya ia rasakan hanya hembusan udara kini berubah menjadi tiupan lembut bagaikan embun pagi yang menenangkan jiwa....

...Mungkin memang terdengar konyol, namun memang itu yang pemuda itu rasakan .dengan mengumpulkan semua keberanian, akhirnya pemuda itu dapat berbicara dengan wanita yang duduk sendiri, awalnya wanita itu takut, yahh mungkin wajah pemuda itu kayak penjahat kali yaa... hehehehe…...

...Kian hari waktu kian berlalu, tak terasa sudah hampir lebih tiga tahun pemuda dengan wanita itu mulai saling mengenal, yahhh… kurasa dahaga yang dulu pemuda itu rasakan kini mulai sirna, itu yang pemuda itu pikirkan. Namun ternyata penghilang dahaga selama ini dan yang ia yakini seutuhnya miliknya hanyalah fatamorgana....

...Tidak ada yang berhak menjadi penghilang dahaga jika itu bukanlah miliknya, itu yang pemuda itu rasakan setelah mengetahui kebenaran yang terlihat. Dan pemuda itu akan mengembalikan sesuatu yang bukan miliknya, di tempat yang dulu dia pernah mengambilnya, namun tidak untuk lamun dan sendiri, pemuda itu akan dengan senang hati membawanya....

...Dikk… hari ini aku melepaskan mu… terimakasih atas semua kasih dan sayang yang selama ini engkau berikan, aku sangat bersyukur sang Maha Cinta telah mempertemukan kita dihari tanpa sengaja itu, aku sangat bersyukur detik itu keberanian ku terkumpul menuju kearah mu, dan aku sangat bersyukur pula bisa nan mampu melihat senyummu yang begitu tulus lahir batin dengan begitu dekat. Permintaanku yang terakhir cuman satu, “berbahagialah, ini perintah…, jangan biarkan kesedihan menyita waktu bahagia mu”....

...Oh iyaa... hampir lupa, hari ini aku akan pergi agak jauh, hehehe… melanjutkan pendidikan di daerah sebrang, mungkin kita akan lumayan lama tidak bertemu, doakan Akang Mu ini dapet jodoh di sana yaa… hehehe…. See you next time…...

...Wassalamu’alaikum ......

Terpopuler

Comments

Maya Min

Maya Min

uwuww

2021-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!