Bab 4

"Menurut hasil periksaan, terdapat benjolan di kepala pasien. Hal ini di sebabkan oleh pukulan maupun benturan langsung di kepala yang menyebabkan pasien Amnesia," terang Dokter.

Jacob mengangguk paham dengan penjelasan dokter, karena sebelumnya Evelyn terjatuh dari tangga. Jadi, kemungkinan benturan tersebut di dapat saat itu juga. Tapi, yang membuat ia bingung, kenapa wanita itu memanggilnya suami?

"Apa amnesia bisa membuat seseorang salah mengenali orang lain yang tidak mempunyai hubungan apapun sebelumnya? Maksud ku, kenapa dia memanggil ku suami? Bukankah dia tidak ingat apapun?" tanya Jacob.

Dokter sendiri tampak bingung. Tapi, ia mencoba menjelaskan dengan alasan yang masuk akal. "Maaf, tuan. Tapi, ini hanya analisa saya saja," seru Dokter, berbicara dengan hati-hati. "Kemungkinan, pasien hanya mengingat saat-saat terakhir sebelum ia tidak sadarkan diri. Sesuatu yang membuat ia bahagia."

"Apa kau pikir itu masuk akal, hah?" sentak Jacob. "Memang, saat itu, dia akan menikah. Tapi, bukan denganku. Dan sekarang, dia justru memanggil ku, suami?"

"Tapi, anda juga memanggilnya istri, tuan." ingin rasanya Dean mengatakan hal itu. Tapi, ia memilih untuk tidak berkomentar demi keselamatan dirinya.

"Ma-maaf, tuan. Seperti yang saya katakan tadi, kemungkinan pasien hanya mengingat hal-hal yang menyenangkan sebelumnya. Dan, secara kebetulan anda hadir di ingatan terakhirnya. Mungkin, pasien melupakan ingatan yang membuatnya trauma dan membentuk ingatan baru dengan anda."

Jacob mendengus dan menyandarkan punggungnya di kursi. "Aku menunggu nya sadar karena ingin mencari tahu tempat persembunyian Jack dan tentang LV. Tapi, sekarang wanita itu justru hilang ingatan dan mengajakku bermain rumah-rumahan?" geram Jacob.

"Maaf, tuan. Apa perlu saya menyingkirkan wanita itu?" tanya Dean hati-hati

"Tidak," jawab Jacob. "Aku memang ingin menyingkirkan nya, tapi tidak untuk sekarang. Walaupun, wanita itu amnesia, tapi ada kemungkinan untuk sembuh. Lagipula, wanita itu sudah bersama Jack selama tiga tahun. Tidak menutup kemungkinan jika wanita itu tahu rahasia Jack. Dan, jika tebakan ku ini benar, Jack akan datang mencari wanita itu. Entah untuk menyelamatkannya, atau untuk membungkamnya."

...****************...

Beberapa hari kemudian, kondisi Evelyn berangsur membaik, sehingga dokter memperbolehkannya pulang. Jacob pun datang menjemput Evelyn sekaligus membantunya berkemas, memastikan tidak ada satu pun barang yang tertinggal.

"Kau tidak perlu datang, jika sibuk, Jac," ujar Evelyn.

Jacob hanya tersenyum tipis, lalu mendekat dan mengambil alih tas dari tangannya. "Jika aku tidak datang menjemput mu, bagaimana kau akan pulang, hm? Lagi pula, aku sudah tidak sabar ingin menunjukkan rumah baru kita," ucapnya dengan senyum yang sulit ditebak.

Evelyn sempat menatapnya, kemudian mengangguk kecil. Senyum samar terbit di wajahnya, meski ada kebingungan yang tidak mampu ia sembunyikan. Setelah semua selesai, Jacob membantu Evelyn turun dari ranjang, menggenggam tangannya erat, lalu menuntunnya keluar dari ruangan itu.

Selama di perjalanan, Evelyn terus menatap keluar jendela dengan bibir yang melengkung tipis. Wanita itu terlihat seolah merasakan kebebasan atau sesuatu yang membuatnya merasa lega.

Hal itu tidak lepas dari Jacob yang sejak tadi terus mencuri pandang ke arah Evelyn. Walaupun penjelasan dokter cukup masuk akal, namun dia ragu jika Evelyn benar-benar amnesia.

"Aku harus mencari tahu," batin Jacob.

Tidak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua. Bangunan itu cukup sederhana untuk ukuran pria.kaya seperti Jacob. Namun, demi menemani wanita itu bermain rumah-rumahan, ia berpura-pura menjadi pria biasa yang hidup sederhana.

Apalagi, lingkungan di sekitar rumah ini cukup tenang dan cocok untuk memancing musuh datang.

Jacob membantu Evelyn turun dari mobil, lalu menuntunnya masuk ke dalam rumah tersebut.

"Selamat datang ke rumah, sayang," seru Jacob.

Evelyn mengedarkan pandangan, meneliti setiap sudut ruangan dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Senyum kecil menghiasi wajahnya. “Apa ini rumah baru kita?” tanyanya pelan.

Jacob mengangguk mantap.

Evelyn kemudian mengerutkan dahi. "Kalau begitu ... kenapa tidak ada foto pernikahan kita di sini?"

Jacob tersenyum, menghampiri wanita itu. "Aku bisa memaklumi, jika kau tidak mengingatnya. Jadi, aku akan menjelaskannya padamu." Jacob memegang kedua bahu Evelyn dengan mata yang menatap lekat wanita itu.

"Rumah lama kita mengalami kebakaran dan, semua benda berharga termasuk foto-foto pernikahan kita sudah habis terbakar. Dan, karena peristiwa itu, kau jatuh dari tangga dan ... Amnesia."

Evelyn terdiam, seolah mencoba untuk mengingatnya. Namun, yang ia rasakan justru rasa sakit di kepalanya.

"Eve, kau tidak apa-apa?" tanya Jacob.

Evelyn hanya menggeleng pelan. "Aku ingin istirahat," lirihnya.

"Baiklah." Jacob memapah Evelyn menuju ke kamar. Dia membiarkan wanita itu sendiri di sana dan memilih untuk pergi ke ruang baca.

"Tuan!" Dean yang sejak tadi berada di ruangan tersebut, langsung membungkuk hormat saat Jacob datang.

"Apa kau sudah mengatur semuanya?" tanya Jacob.

"Sudah, tuan. Semua sesuai perintah anda."

Jacob membuka laptopnya, menatap tajam layar yang menampilkan rekaman dari kamera pengawas yang sengaja ia pasang di sudut ruangan tempat Evelyn berada.

"Sekarang kita lihat, apakah kau benar-benar hilang ingatan atau hanya berpura-pura," gumamnya pelan, dengan suara yang terdengar dingin, namun penuh rasa penasaran.

Di layar, Evelyn tampak berdiri membelakangi kamera. Wanita itu hanya terdiam lama, menatap keluar jendela, seolah larut dalam pikirannya sendiri.

Lalu, beberapa saat kemudian, Evelyn berbalik. Ia membuka lemari, mengambil satu setel pakaian, lalu meletakkannya dengan hati-hati di atas tempat tidur. Dan, detik berikutnya, sesuatu yang tak terduga membuat Jacob refleks menahan napas. Evelyn, tanpa ragu, mulai menanggalkan bajunya begitu saja.

"Sial!" umpat Jacob. Dengan kasar ia menutup laptop, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Tangannya buru-buru melonggarkan dasi yang mencekik kerongkongan, sementara wajahnya memanas tanpa kendali.

"T-tuan, ada apa? Kenapa wajah Anda tiba-tiba merah?" tanya Dean hati-hati.

Jacob melirik sekilas dan mendengus pelan, mencoba menenangkan dirinya. "Apa wanita itu sudah gila?" desisnya.

Awalnya, ia begitu yakin bahwa Evelyn hanya berpura-pura saja. Namun, apa yang baru saja ia lihat membuat keyakinan itu retak. Tatapan yang kosong, gerak-gerik yang begitu natural, hingga kepolosannya saat berganti pakaian, semuanya tampak terlalu nyata untuk disebut akting.

Dan, hal itu membuat keraguan di dirinya perlahan merayapi pikirannya, tapi juga membuatnya semakin penasaran.

Jacob menegakkan tubuhnya, melangkah keluar dari ruangan dengan ekspresi yang sulit di tebak, diikuti Dean yang berjalan di belakangnya.

Dan, saat melewati dapur, seorang pelayan mendekat dan membungkuk hormat. "Tuan!"

Jacob menghentikan langkahnya, lalu, berbicara dengan suara rendah, namun penuh tekanan. "Terus awasi Evelyn," perintahnya singkat.

"Baik, Tuan."

Terpopuler

Comments

@pry😛

@pry😛

🤣🤣🤣 liat pa kau bg... apem berbuluh... pepya brgntg kah🤭

2025-09-12

0

@pry😛

@pry😛

next

2025-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!