Jacob mengetuk-ngetuk kan jarinya di atas meja. Tatapannya menusuk ke arah dokter yang baru saja memberikan penjelasan.
"Trauma psikologis?" ulang Jacob dengan nada datar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Benar, Tuan," jawab sang dokter dengan hati-hati. "Secara medis, seharusnya pasien sudah sadar. Peluru tidak sampai mengenai organ vital, dan beberapa tulang yang retak pun bukan hal serius. Namun, sudah tiga hari berlalu dan pasien masih belum sadar. Jadi, kesimpulan saya, kondisi ini lebih disebabkan oleh trauma psikologis, yang membuat pasien jatuh ke dalam koma."
Jacob menghela napas panjang. "Lalu, kapan dia akan sadar?" tanyanya, kali ini suaranya terdengar lebih menekan.
"U-Untuk hal itu, saya tidak bisa memberi kepastian, Tuan. Bisa lebih cepat, bisa juga lebih lama. Semua bergantung pada keinginan pasien untuk melawan trauma itu sendiri."
Hening.
Jacob menegakkan tubuh, kedua tangannya kini saling menggenggam erat di atas meja.
Bayangan saat terjadi pertarungan antara dia dan Jack, kembali terlintas di benaknya.
Wanita itu pasti sangat bahagia saat akan melangsungkan pernikahan dengan Jack, pria yang sangat wanita itu cintai. Tapi, dia justru datang dan mengacaukan semuanya.
Jadi, apa karena dia gagal menikah, membuat psikologis nya terganggu?
Tidak! Di bandingkan dirinya yang sudah merusak acara pernikahan mereka, lebih menyakitkan saat pria yang ia cintai justru menjadikannya umpan dan melarikan diri, meninggalkan nya dengan keadaan menyedihkan.
"Jika tidak ada yang bisa di lakukan, maka kita hanya bisa menunggu." Jacob keluar dari ruangan tersebut dan memilih melihat langsung keadaan Evelyn.
Dan, saat pintu ruang rawat inap terbuka, ia melihat seorang wanita yang terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya pucat, namun nafasnya teratur.
Jacob mendekat, menatap Evelyn dengan tatapan yang sulit di artikan. Lalu, pintu kembali terbuka, namun tidak membuat Jacob mengalihkan pandangannya dari wanita itu.
"Tuan!" Dean, orang kepercayaan Jacob, datang untuk melapor.
"Katakan!"
"Kami sudah mendatangi rumah Jack. Tapi, tidak ada siapa-siapa di sana. Sepertinya, dia tahu jika kita akan datang," seru Dean.
Jacob masih menatap Evelyn. Walaupun ia diam, namun tatapannya jelas sudah memberikan tekanan. "Lalu, apa kau menemukan sesuatu?" tanya Jacob.
"Saya sudah mencari benda peninggalan keluarga anda yang di curi oleh Jack. Tapi, benda itu tidak ada di manapun. Bahkan, benda berharga lainnya sudah tidak nampak. Sepertinya, Jack membawa semua barang penting di rumah itu," terang Dean.
Jacob menaikkan sudut bibirnya. "Sulit di percaya. Dia meninggalkan kekasihnya yang sekarat, dan menyelamatkan benda-benda itu. Miris," seru Jacob dengan nada dingin.
"Mengenai wanita ini, saya sudah mendapatkan identitas nya, tuan," seru Dean. "Wanita ini bernama Evelyn Lenora Valerie. Dia sudah tiga tahun bersama Jack, tapi, dia tidak tercatat dalam daftar anggota organisasi milik Jack."
Jacob mengkerutkan keningnya, berbalik menatap Dean yang menunduk. "Tidak terdaftar? Maksud mu, dia bukan anak buah Jack?"
"Maaf, tuan, sepertinya begitu. Saya hanya menemukan buku-buku tentang ilmu pengetahuan di kamar wanita itu. Dan, saya sudah memeriksa dengan teliti jika tidak ada data tentang LV, " jawab Dean dengan hati-hati.
Jacob terdiam, seolah tidak percaya. Lagi-lagi, anak buahnya tidak menemukan data tentang LV. Apa Jack menyembunyikan nya? Atau, LV hanya orang bayaran saja?
Lalu, ia menoleh ke arah Evelyn yang masih memejamkan matanya. Sekilas, wanita itu memang tampak seperti wanita biasa. Tapi, jika teringat kejadian tiga hari yang lalu, rasanya sangat jauh berbeda.
"Selama ini, aku terobsesi untuk membunuh LV. Tidak di sangka, sekarang aku justru tertarik padamu, Evelyn." Jacob membuka telapak tangannya, yang terukir inisial LV.
"Tempatkan bodyguard untuk berjaga di luar. Tangkap siapapun jika ada orang yang mencurigakan," perintah Jacob.
"Baik, tuan."
Jacob berbalik, keluar dari ruangan tersebut, tanpa menyadari jika ada gerakan kecil di jari Evelyn.
...****************...
Jacob kembali menjalani rutinitas biasa sebagai pemimpin perusahaan. Dia terlihat sibuk dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di depannya.
Namun, walaupun begitu, ia tidak mengeluh sama sekali. Baginya, tenggelam dalam pekerjaan, bisa mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang membuat suasana hatinya buruk. Seperti, saat ia teringat pertarungannya dengan LV tiga tahun yang lalu.
Saat itu, Ia terlelap setelah lelah seharian bekerja. Namun, ia terbangun karena suara tembakan. Dia bangkit dan langsung meraih senjatanya.
Tapi, saat ia membuka pintu, ia justru di serang oleh orang berbaju hitam yang memakai penutup wajah.
Ia yang saat itu belum sadar sepenuhnya, beberapa kali jatuh akibat serangan orang itu. Dan, yang lebih menyakitkan, dengan kejam orang itu menginjak lengan nya dan mengukir inisial LV di telapak tangannya. Setelahnya, orang itu mengambil benda berharga, warisan Keluarga nya.
Sejak saat itu, ia bersumpah akan merebut kembali benda itu dan membunuh LV.
"Hah!" Jacob menghela nafas, dan menyandarkan punggungnya di kursi dengan mata terpejam. Lalu, ia kembali menegakkan tubuhnya, meraih ponsel yang ada di meja. "Kenapa belum ada kabar?" gumam Jacob.
Dia sangat tidak sabar menunggu Evelyn sadar. Baginya, wanita itu bisa ia manfaatkan untuk menemukan Jack dan LV.
Ya, setelah mendengar penjelasan Dean, ia yakin jika informasi tentang Evelyn tidak sepenuhnya benar. Sama halnya dengan LV, wanita itu mempunyai rahasia yang tidak semua orang tahu.
"Evelyn Lenora Valerie?" gumam Jacob. "Kenapa, aku merasa ada sesuatu pada nama itu?" Belum sempat ia mengurainya, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia buru-buru menjawabnya, saat melihat nama si penelepon di layar.
"Halo, tuan. Pasien sudah sadar."
Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut dari si penelpon, Jacob bergegas meraih jas nya dan keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa.
Dan, tidak membutuhkan waktu lama, Jacob sampai di rumah sakit. Dia berjalan dengan langkah lebar, tidak sabar ingin melihat langsung keadaan Evelyn. Tapi, sesampainya di ruang rawat inap, Ia terdiam menatap Evelyn yang duduk bersandar dengan wajah pucat, tengah tersenyum ke arahnya.
"Suamiku!" seru Evelyn.
DEG!
Jacob menghentikan langkahnya dengan kedua mata yang sedikit melebar. "Kau ... Memanggil ku apa?" tanya Jacob, memastikan jika ia tidak salah dengar.
Evelyn merentangkan kedua tangannya, dengan wajah meringis menahan perih di lukanya. "Aku merindukanmu, suami ku."
Jacob menoleh ke arah dokter dan Dean yang sejak tadi berdiri di sana. Mereka hanya menunduk, dalam diam.
"Kenapa kau diam, Jac? Apa kau tidak merindukanku, hah?" Gerutu Evelyn.
"O-oh ... " Jacob terlihat bingung dengan situasi saat ini. Tapi, ia tetap mendekat dan memeluk Evelyn. "Aku juga merindukanmu, Istriku," sahut Jacob pelan.
Evelyn tersenyum senang. Ia memeluk erat Jacob, walaupun harus menahan rasa sakit di tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
@pry😛
jgn" LV tu evelyn... ykin lh
2025-09-11
1
@pry😛
hiiiiyyyyaaaaaa😄😄😄😄😄drama di mulaii
2025-09-11
1