"Angkat kepalamu!" Gumam William datar. Sasa mengangkat wajahnya perlahan, menampakkan wajah manis miliknya.
"Berhenti bekerja disini!" William mengisap rokoknya lalu menghembuskannya ke langit-langit ruangan. Sasa kaget mendengar perkataan pria menakutkan di depannya.
"Berhenti tuan, saya tidak mengenal tuan! jadi tidak usah tuan ikut campur masalah saya, tuan tidak punya hak memerintah saya seperti itu, kita tidak saling kenal! saya tidak mau!" Sasa meninggikan suaranya. William menoleh dan masih dengan tatapan dinginnya.
"Maaf tuan, seperti nya jika tidak ada hal lain yang perlu di bicarakan saya permisi tuan."
Sasa hendak berdiri, namun belum sempurna berdiri tubuhnya dihempaskan kembali ke sofa ruangan itu. Tubuhnya di tindih William. Sasa berusaha melepaskan diri. namun tenaganya tak sebanding dengan kekuatan William. Kakinya di kunci, tangannya pun di kunci oleh tangan William di atas kepala. mulutnya di bekap oleh tangan kekar pria itu.
"Sudah bicaranya?" senyum devil terukir di sudut bibir Wili.
"Jadi, begini caramu berterima kasih? eh?"
William me***at bibir Sasa dengan kasar. Sasa yang mendapat perlakuan kurang ajar itu pun menggigit kuat bibir bawah William hingga berdarah. William melepaskan pegangannya. Sasa langsung menampar kuat pipi kiri William.
"Pria brengsek!" umpat Sasa sambil berlari keluar dari ruangan itu. Bukannya marah William tersenyum sambil memegang pipi kirinya yang memerah.
-----
Sasa berlari keluar dari ruangan itu dengan tangis yang tak dapat ia tahan. Rahel yang melihat Sasa keluar dengan penampilan acak-acakan lantas berlari menyusul Sasa.
"Sasa, kamu kenapa?"
Sasa yang melihat Rahel lantas cepat-cepat menghapus air matanya.
"Aku ga papa kok Hel"
Katanya sambil melemparkan senyum kepada Rahel. tapi Rahel tahu jika Sasa tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Kamu benar tidak apa-apa?"
Rahel kembali mecoba untuk menanyakan kebenaran kepada Sasa. Sorot mata perempuan itu seperti sedang berbohong kepadanya.
"Iyaa aku ga papa kok"
Sasa terus saja menampik apa yang terjadi kepadanya. Rahel paham, ia langsung mengajak Sasa untuk segera pulang ke rumah. Sasa sepertinya butuh istirahat.
___
"Cari wanita ini, dan bawa dia ke Mension." Dua orang pengawal berbadan kekar itu menganggukkan kepalanya, lalu pamit pergi.
William duduk di kursi kebesarannya. Ia memandang tas hitam di atas meja kerjanya. Tas wanita.
"Hello bung" Jero Masuk tanpa permisi ke dalam ruangan William. William menatap tajam Jero.
"Kenapa kau meninggalkanku kemarin malam?"
Nada suara Jero seperti sedang mengintrogasi William. Tapi Wili hanya diam tak ingin menggubris perkataan sahabatnya itu.
"Cih, kalau sudah seperti wanita saja."
Asap rokok William mengepul ke langit-langit. Ia masih diam tidak merespon.
"Hai, ngomong-ngomong bagaimana wanita kemarin?"
"Memangnya kenapa? kenapa kau menanyainya hah?"
"Aih, wanita itu lumayan cantik juga"
Jero duduk sambil tersenyum membayangkan Wajah Sasa. William merasa kesal. beraninya Jero memikirkan Wanita yang sudah ia incar.
"Berhenti tersenyum seperti itu!"
"Memangnya kenapa? Aku rela jika harus membayar mahal untuk merasakan uhh, mantap!"
Tangan Jero melengkung menyamakan bodi tubuh Sasa.William geram. Wili melemparkan bantal di kursi, lalu mendarat tepat di wajah Jero.
"Hei, apa-apaan kau!" Jero berteriak kesal.
"Langkahi dulu mayatku, wanita itu milikku, beraninya kau Jero!" Wili mengumpat di batinnya.
"Keluar kau, aku sedang tak ingin melihatmu!"
"Kau mengusir ku?" Tanya Jero tak percaya.
"Iyaa, pergi kau,"
"Sialan kau Wili, tapi tunggu. bagaimana jika nanti malam kita ke club lagi. aku sungguh-sungguh ingin menawar wanita itu."
Mata William membulat tajam. Jero memang sengaja memainkan emosi William. Jero tahu jika sahabatnya itu memang ada sesuatu dengan wanita di club malam.
"Aku kenang jika kau telah bisa melupakan Rose!" Batin Jero
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut
2023-05-04
0
Atik Marwati
Wili...Sasa ..
2023-02-12
0