Sampai rumah Bulan langsung masuk ke kamar dia merasa lelah. Dia memejamkan matanya sambil mengingat laki-laki yang dia lihat tadi, apa mungkin
dia Juna orang yang dulu pernah menemani dia saat kesepian.
"Arghhhh....Shit kenapa wajahnya selalu teringat sih." teriak bulan dalam hati.
"Bulan, kamu di kamar sayang?" ucap Vera dari luar pintu.
"Iya Bu, Bulan dikamar. Ada apa Bu? teriakku dengan malas membuka pintu.
"Udah makan belum? Kalau belum Ibu udah siapin makanannya kamu makan dulu."
"Bulan udah makan, Bu."
"Yaudah istirahatlah. Ibu mau ke cafe dulu." ucap Vera sambil berlalu pergi.
Bulan yang mendengar suara Ibu-nya pergi ke cafe dia langsung masuk kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya. Selesai mandi dia menyusul Ibu-nya ke cafe, tiba cafe dilihatnya suasananya rame dengan segera bulan membantunya.
20.00 WIB
"Akhirnya selesai juga, Bulan kamu bukannya istirahat kok kesini hmm?" tanya Vera pada Bulan yang kini sedang makan steak.
"Kan Bulan mau bantuin Ibu." jawab Bulan sambil makan.
"Makanlah dulu habis itu kita pulang." Bulan pun hanya mengangguk. Setelah selesai beres-beres Bulan dan Vera langsung pulang.
"Bulan, gimana sekolah kamu hari ini?" tanya Vera yang baru sampai rumah.
"Baik Bu." jawab Bulan santai. "Bulan kamar dulu yah Bu. Ibu tidur juga ya, good night." ucap Bulan sambil jalan naik tangga.
Bulan yang capek daritadi sibuk dia langsung merebahkan tubuhnya sebenarnya badannya lengket tapi dia sangat malas untuk mandi.
"Apa mungkin itu dia ya?" tanya Bulan penasaran sendiri dalam hati dia masih mengingat kejadian siang tadi di rumah Revan.
Ting...
"Besok lo bareng gue." ucap Revan dalam pesan singkat itu.
Bulan yang membacanya hanya mengacuhkan pesan Revan. Revan yang sedang menunggu jawaban pesan Bulan pun hanya sebal karna Bulan hanya membacanya tanpa membalasnya akhirnya dia memutuskan untuk menelfon.
Bzzz....bzzz...bzzz.
Bulan merasa geram mendengar ponselnya bunyi terus menerus dia berfikir darimana si Revan dapat nomor teleponnya.
Dalam kamar, Revan merasa kesal karna telfonnya tidak diangkat dia yang mau menelfonnya lagi tiba-tiba...
"Ngapain sih telfon malam-malam kaga bisa besok apa" teriak Bulan dengan kesal.
"Lo baca pesan gue kan?" tanya Revan to the point.
"Gue udah baca!" jawab bulan singkat.
"Udah kan gue matiin bye." sambung Bulan sambil mematikan sambungan teleponnya.
Revan yang melihat telfonnya dimatikan dengan sepihak hanya tersenyum sekilas dan kembali dingin semula.
***
Bulan yang bangun pagi langsung sholat subuh selesai nya dia langsung jogging keliling komplek.
"Eh, Non Bulan kapan pulangnya?" tanya ibu-ibu yang sedang belanja sayur.
"Beberapa hari yang lalu, Bu." jawabku sambil tersenyum.
"Mari Bu," ucapku lagi dengan melanjutkan joggingku dan mereka hanya mengangguk.
"Lan." teriak Ratih. Bulan yang mendengarnya hanya mengacuhkan sambil pergi karna waktunya sudah mepet.
"Bulan cepetan turun ada Revan di depan." teriak Ibu dari bawah.
Bulan yang sedang merias wajahnya hanya santai. Selesainya, Bulan langsung pamit pada Ibunya karena takut telat.
"Bu, Bulan berangkat dulu, entar Bulan breakfast di kantin sekolah aja. Assalamualaikum." ucap Bulan sambil mencium pipi Vera.
"Hati-hati sayang."
"Lama banget!" ucap Revan sebal karna dia sudah menunggu lama di halaman rumahnya.
"Wanita kalo siap-siap butuh waktu lama, biar cantik." jawabku ketus. Revan hanya mengacuhkan sambil masuk Ferrarinya.
"Lo mau berangkat gak?" tanya Revan dingin.
Bulan pun terpaksa masuk mobilnya. Dalam mobil pun mereka diam tanpa ada perkataan yang keluar.
"Tumben Lo ngajakin gue berangkat bareng?" tanya bulan sambil memainkan game.
"Mama yang nyuruh," jawabnya dengan singkat. Aku hanya mengangguk
***
"Woy, si Revan berangkat bareng si bule nih." goda Toni pada Revan yang baru turun dari mobilnya.
"Bulan makin cantik aja hari ini." Bulan hanya tersenyum.
"Gue ke kantin dulu ya mau makan." ucapku sambil pergi menuju kantin.
"Kantin juga yuk." ajak Hidan pada kawan-kawannya.
Sampai kantin Bulan langsung duduk paling ujung dan memesan makanan untuk mengganjal perutnya.
Revan dengan ketiga temannya yang masuk ke kantin langsung duduk depan Bulan.
"Ngapain Lo duduk depan gue?" tanyaku dengan ketus.
"Inikan tempat umum," jawabnya singkat dan santai.
"Elah jangan ribut terus deh kalian entar jodoh loh." ucap Derrick sambil memasukkan mie kedalam mulut.
"Dalam mimpi!" jawab Bulan sambil melirik Revan. Revan hanya diam tanpa membalas perkataan Derrick.
"Lan gue salah apa sih?" teriak Ratih yang baru datang.
"Gila Lo tuh cewek apa toa sih? Kecilin volume dikit napa sakit nih gendang telinga gue!" ucap Hidan dengan kesal.
"Gue tanya sama Bulan bukan sama lo Hidan!" jawab Ratih.
"Apaan sih Rat? Pagi hari udah teriak aja santailah." ucapku sambil mengunyah makanan.
"Jawab jujur deh, lo ngapain cuekin gue?" tanya Ratih kalem.
"Tadi pagi gue buru-buru, kan jamnya udah mepet Ratih jadinya gue gak nyapa lo." jawab Bulan jujur.
"Tuh, udah dijawab sana pergi." usir Toni pada Ratih.
"Gue kelas dulu. Makanan kalian gue traktir." ucapku santai dan pergi menyusul Ratih.
"Rat, lo masih marah sama gue?" tanyaku.
"Mana mungkin gue marah sama lo." jawab Ratih sambil duduk di bangku depan kelas Ratih.
"Lha terus ngapain lo pergi gitu aja tadi?" ucap bulan.
"Gue sebel sama tu anak tadi songong amat. Kenapa sih?" tanya balik pada Bulan.
"Kalo gitu tadi gue gak usah kejar lo Rat, pangsit gue belom abis." jawab bulan sambil cemberut.
"Gue kira apaan Lan. Udah sono masuk Pak Farid masuk tuh." Bulan pun langsung pergi masuk kelas.
***
"Kamu anak baru?" tanya Pak Farid sambil menunjuk ke arahku.
"Iya Pak, saya Bulan pindahan Australia." jawabku dengan senyuman manis.
"Pak, jangan diabetes ya hahaha!" ucap Toni sambil tertawa.
"Diam kamu!!!? bentak pak Farid Toni pun langsung diam.
"Emang enak rasain tuh" ucap Hidan pada Toni
"Nama yang cantik, saya pak Farid guru Bahasa Inggris semoga kamu betah dengan pelajaran saya." ucapnya sambil duduk dan membuka buku.
***
Saat istirahat tiba para murid pun langsung keluar sama seperti Bulan tapi dia menuju ke perpustakaan.
Gita si junior yang melihat Bulan pergi menuju perpustakaan langsung mengikutinya.
"Ngapain dia ngikutin gue?" ucap Bulan lirih.
Bulan yang mengetahui diikuti dari belakang dia mengurungkan niatnya untuk masuk ke perpustakaan dia lebih memilih balik ke kantin.
"Sial, dia balik arah Kantin lagi." ucap Gita kesal sambil beranjak keluar dari tempat persembunyiannya.
"Lan, gue cariin darimana lo?" tanya Ratih sambil merangkul Bulan.
"Dari perpustakaan tapi gajadi."
"Yaudah, kumpul dikelas gue aja yuk." ajak Ratih.
"Rat lo gak ada temen apa?"
"Lo tau sendiri." jawab Ratih sambil membuka buku novel.
"Lo bawa mobil?" tanya Bulan sambil membaca novel milik Ratih.
"Bawa, kenapa?"
"Gue nebeng lo pulangnya nanti, boleh kan?".
"Bukannya lo bareng sama Revan?"
"Hmm kan tadi, Rat."
"Gue penasaran deh kenapa lo bisa kenal dekat sama si Revan itu, selama ini tuh dia gak pernah deket sama siapapun apalagi wanita." ucap Ratih panjang lebar.
"Gue bakalan ceritain semuanya ke lo tapi pulangnya gue bareng."
"Janji ya awas bohong." Bulan pun hanya menganggukkan kepalanya.
***
Di kantin Revan, Derrick, Hidan, dan Toni berkumpul sambil bernyanyi.
"Woyy, suara lo itu cempreng nggak usah nyanyi segala!" ucap Hidan sambil menutupi telinga.
"Suara bagus juga." jawab Toni sambil melanjutkan nyanyiannya.
"Guys, gimana nanti karaoke?" ajak Derrick.
"Boleh, lo ikut gak Rev?" tanya Hidan.
"Hmm." Revan hanya berdehem mereka semua akhirnya bubar karena harus masuk kelas melanjutkan pelajaran berikutnya.
***
"Gue pulang sama Ratih, lo duluan aja entar kalo nyokap lo telfon gue bilang kalo lo udah anterin gue." ucapku sambil masuk ke mobil Ratih.
"Lan, katanya mau cerita ayolah gue kepo nih." tanya Ratih yang mobilnya kini sudah meninggalkan parkiran.
"Gimana kalo nanti karaoke mau nggak lo?" ajak Bulan pada Ratih.
"Maulah."
"Yaudah, entar gue jemput sekalian gue cerita."
"Lo gak mau masuk rumah gue, Rat?" tanya Bulan saat sudah sampai di depan gerbang rumahnya.
"Enggak deh ntar bokap gue nyariin." tolak Ratih sambil melambaikan tangannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikkumsallan, Non Bulan udah pulang?" tanya bi Nani.
"Iya Bi. Ibu ke cafe ya?"
"Iya Non, dari pagi tadi. " jawabnya.
"Bi Bulan mau nanya tapi jangan kasih tau ibu ya!" Nani pun mengangguk.
"Bulan mirip gak sih sama Ibu? Menurut Bi Nani gimana?" tanya Bulan sambil memegang wajahnya.
Nani yang mendengar ucapan Bulan hanya diam karna dia bingung harus jawab apa.
"Emang kenapa, Non?" tanya Nani gugup.
"Kata temen aku di sekolah aku mirip bule padahal Ibu kan orang Indonesia asli ya kan, Bi."
"Nona bulan kan cantik wajar kalo temen Non bilang kalo Non itu cantik kayak bule." jawab Nani bohong.
"Bisa jadi sih. Yaudah Bulan ke atas istirahat dulu ya Bi." ucapku meninggalkan Bi Nani.
"Maafin Bibi ya Non, Bibi harus bohongin Non karna Bibi udah janji sama nyonya harus menjaga rahasia tentang asal usul Nona Bulan." Ucap Nani dalam hati.
***
Dalam kamar Bulan berdiri depan meja riasnya dia memandang dirinya sendiri memang wajahnya mirip seperti bule tapi dirinya tak ambil pusing mungkin benar yang dibilang Nani pembantunya.
Karna dia terlalu berpikir akhirnya dia segera mandi.
"Hidupku kenapa begini, ya Allah?" ucap Bulan mengeluh tentang kehidupannya.
Dia merasa hidupnya tak lengkap rasanya jika tak ada seorang ayah dia selalu berdoa agar bisa bertemu dengan ayahnya. Karna terlalu berpikir akhirnya dia tertidur dalam bathtub.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Lenkzher Thea
semangat 👍 like
2021-01-07
0
ciber ara
wah thor bakalan maraton ni tapi aku nabung dulu
2020-12-27
0
Tamami San
MANGAT TERUS YA THORRR UP TEROZZZZ
2020-12-18
1