*Ruang Makan*
"Bulan kamu yakin bisa mengubah Revan anaknya Tante Mira?" tanya Vera pada Bulan yang sedang asyik menyantap makanan.
"Biar waktu aja yang menjawab, siapa tau juga Bulan bisa merubahnya kembali seperti dulu." jawabku yakin.
"Kamu jadi ke rumah Ratih kan?" tanyanya dan aku hanya mengangguk mengiyakan.
Mereka menikmati makan malam bersama dengan tenang. Setelah makan malam Bulan minta izin kerumah Ratih sahabatnya.
"Bu, Bulan ke rumah Ratih dulu yah entar kemaleman lagi." pamit Bulan.
"Kamu bawa mobil apa jalan kaki?"
"Emm jalan kaki aja kan dekat. Rumahnya gak berubah kan Bu?" ucapku sambil membuka pintu.
"Enggak kok masih sama. Titip salam sama Ayahnya Ratih ya." teriak ibuk.
Saat jalan ke rumah Ratih dia bertemu dengan orang yang aneh yang sedang duduk di pinggir jalan dan menghampirinya.
"Hai Neng mau kemana atuh?" tanya dia dengan memegang kepalanya.
"Mau ke depan sana tuh." jawabku santai sambil tetap jalan.
"Mau ditemani sama Abang gak, Neng?" tanyanya lagi.
"Kalo mau nemenin boleh kok." jawabku sambil mencopot sandal dan ku arahkan ke mukanya.
"Abang tau ini apa?" tanyaku dan kulihat dari raut wajahnya dia tampak kebingungan.
"Kalo Abang mau nemenin aku ini sandal bakalan melayang ke kepala kamu. Mau??" sambung ku.
"Jangan dong Neng, nih kepala ada fungsinya lho." ucap dia dengan mengelus kepalanya sendiri.
"Fungsinya apaan?" tanyaku balik dengan penasaran.
"Buat memikat para wanita cantik kayak Neng cantik ini." Bulan yang mendengarnya hanya menggeleng kenapa ada makhluk hidup yang seperti dia hidup lagi.
"Udah deh sana pergi jangan ganggu kalo nggak..!!!" ancamku padanya dan dia hanya mengangguk dan lari terbirit-birit.
"Ada-ada aja." aku menggerutu sambil kembali jalan. Sampai rumah Ratih aku langsung mengetuk pintu rumahnya.
"Tokk....tokk...tokk... Assalamualaikum" ucapku dengan keras. "Assalamualaikum" ucapku kembali dan terbukalah pintu rumah itu.
"Wallaikumsalam tunggu sebentar..." ucap seorang laki-laki.
"Mencari siapa ya, Mbak?" tanya Om Wishnu ayahnya Ratih.
"Om, ini Bulan anaknya Bu Vera inget gak Om? Yang dulu temennya Ratih." ucap Bulan pelan. Mungkin ayahnya Ratih lupa pada dirinya karna udah lama gak ketemu dan juga Bulan yang sekarang udah berubah dengan rambut yang pirang jadi lebih sulit untuk mengenali sosok dirinya.
"Astaghfirullah, Bulan toh. Kapan baliknya? Mari masuk." ajak Wishnu.
"Iya Om makasih. Bulan nyampe tadi sore. Bagaimana kabar Om Wishnu?" tanya Bulan sopan sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Alhamdulillah, Om baik."
"Alhamdulillah deh, Om." jawab Bulan tersenyum.
"Nak Bulan pasti mau ketemu sama Ratih?" tebak Wishnu. Bulan pun hanya mengangguk tanda iya.
"Ratih kemana, Om?" tanyaku.
"Ratih masih ke bengkel ambil mobilnya tadi, palingan bentar lagi udah pulang."
"Oh gitu, Bulan tungguin disini boleh kan Om?"
"Ya boleh masa suruh nunggu di perempatan jalan." ucap om Wishnu dengan bercanda.
"Kamu mau minum apa biar Om buatin?"
"Apa aja Om, Bulan mau."
Beberapa Menit Kemudian
"Assalamualaikum, ayah Ratih pulang." teriak Ratih dari luar.
"Wallaikumsalam." jawabku.
"Eh...Kamu bulan?" ucap Ratih kaget gak percaya.
"Udah pulang, Rat? Lama banget?" ucap Wishnu dengan membawa minuman.
"Iya yah. Yah ini Bulan temen aku dulu bukan sih?" tanyanya sambil mengucek matanya mungkin Ratih mengira bahwa mimpi.
"Ini gue Bulan masa lo lupa sih, Rat." jawabku.
"Astaga kapan lo pulang?"
"Tadi sore." jawabku singkat.
"Bulan Om masuk dulu ya, kamu ngobrol aja sama Ratih."
"Iya om makasih minumannya." Wishnu mengangguk tersenyum sambil berlalu pergi ke dalam.
"Gue kangen banget sama lo, lama banget kaga ketemu." ucap Ratih sambil memeluk bulan erat.
"Iya gw juga, lepasin dulu gue kaga bisa nafas nih." perintahku.
"Sorry hehe saking kangennya gue sama lo." ucapnya sambil cengengesan.
"Lo tau gak?" ucap Ratih.
"Kagak tau lah kan lo belum cerita mana gue tau." ucapku sebal ternyata Ratih sama kayak dulu gak berubah.
"Sejak lo pergi ke Australia hidup gue serasa sepi banget, gue gabisa hidup kalo gaada lo Bulan." ucap Ratih lebay.
"Oh berarti ini bukan Ratih Erina, dong?" ucapku sambil meminum teh.
"Maksud lo gimana?" ucapnya bingung.
"Katanya kalo lo gabisa hidup kalo gaada gw, berarti lo udah meninggal dong?" jawabku enteng.
"Astaghfirullah, Bulan lo tega banget sih?" ucap Ratih sambil memonyongkan bibirnya.
"Tuh bibir panjang banget Rat? Haha,"
"Lo mau balik kesana lagi?" tanya Ratih.
"Enggak."
"Berarti lo bakalan menetap disini dong?"
"Iya sekalian bantuin Ibu usaha cafenya dan mulai besok gue udah masuk sekolah di SMA Merah Putih" ucap Bulan memberitahu Ratih.
"Tunggu...tunggu kamu bilang SMA Merah Putih?" tanya ulang Ratih.
"Iya." jawabku singkat.
"Whattt, berarti kita sama dong sekolahnya." ucapnya sambil memelukku lagi.
"Aduh Rat, bisa gak sih gak peluk-peluk sesak nafas nih gue." ucap Bulan sambil mendorong Ratih.
"Etdah cuma peluk aja kaga boleh."
"Lo itu badan ramping sama kayak gue tapi kalo udah peluk rasanya gue itu dipeluk sama gorilla."
"Tega sama temen sendiri dikatain gorilla."
"Bercanda." ucapku sambil memainkan ponsel.
...***...
Disisi lain Revan mengendarai mobilnya menuju basecamp. Satu jam menyetir mobil Revan sampai di basecamp dan dia langsung masuk kedalam di lihatnya temannya sudah berkumpul tinggal Toni tapi dia sudah tau kalau tuh anak pasti pergi kencan bersama teman wanita SMA-nya.
"Woy Men, gue kira Lo gak bakalan dateng," ucap Derrick.
"Gue kan udah janji gak bakalan lupa juga," jawabku santai dan dingin.
"Toni mana kok gak ada?" tanya Revan sebenarnya tanpa bertanya Revan tau jawabannya.
"Biasa tuh anak kencan sama sih Gita junior kita itu." jawab Hidan sambil bermain game online.
"Kebiasaan." ucapku pelan.
"Van, PR dari Bu Ina udah lo kerjain belum?" tanya Derrick sambil membuka tasnya.
"Kenapa?" tanya Revan singkat.
"Nyontek dong gue, plisss lo kan baik banget, sekali aja boleh kan susah nih." ucap Derrick memelas.
"Mikir sendiri." jawabku dingin.
"Pelit amat sih lo, Van."
"Makanya punya otak tuh dipake, Rick" ucap Hidan sambil melemparkan kulit kacang.
"Kan lo tau otak gue kaga sepintar kalian." ucap Derrick sebal sama dirinya sendiri karna tak sepintar teman-temannya.
"Guys, gue dapet kabar bagus nih." teriak Toni dengan raut wajah yang berbunga-bunga.
"Apaan?" tanya Revan dingin.
"Santai lah, Van." jawabnya sambil duduk disebelah Revan.
"Kabar apaan?" tanyaku lagi.
"Besok bakalan ada murid baru, guys." ucap Toni.
"Tau darimana dia." batin Revan karna dia belum memberi tahu pada mereka kalau besok bakalan ada murid baru yaitu Bulan.
"Lo tau darimana?" tanya Derrick dengan menatap bukunya.
"Apasih yang nggak gue tau?"
"Cantik nggak?" tanya Hidan yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Gimana gak cantik keturunan bule dia rambutnya pirang asli Men." jawabnya girang.
"Mangsa baru lo, Ton." ucap Derrick yang disambut lirikan tajam dari Revan.
"Woi ngapain lo." tanya Toni takut pada Revan.
"Gapapa." jawabnya singkat.
...** 20.00 Rumah Ratih **...
"Kayaknya udah malam deh Rat, gue pulang dulu ya." ucapku sambil berdiri.
"Besok berangkat bareng ya?" tanya Ratih kepada Bulan.
"Kayaknya gausah deh, gue bawa mobil sendiri lo berangkat dulu aja." tolak bulan.
"Mana bokap lo gue mau pamit dulu masa iya langsung pulang gitu aja."
"Bentar gue panggil dulu." jawabnya.
"Om Wishnu, Bulan pamit dulu ya udah malem soalnya. Nanti Ibu nungguin," pamitku.
"Yaudah titip salam buat Vera ya."
"Iya om. Rat gue pulang dulu sampai besok bye." ucapku sambil berjalan keluar.
"Gue anterin ya?" tawar Ratih.
"Enggak usah, dekat kok. Mending lo masuk, tidur! See you tomorrow!"
"Hati-hati." teriak Ratih dan gue hanya tersenyum.
Likeee ya♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🍹Lulu Hilwa🦃
Aku mampir membawa like ka
2021-01-03
0
Jenong
like lagi kak. aku hadir
2020-12-30
0
Emonee
boom like Thor suka ceritanya 🧡🧡🧡🧡🧡🌟🌟🌟🌟🌟
2020-12-27
0