1M?

"1M?" Shafa berucap dengan bibir bergetar, masih tidak percaya atas ucapan Mom Erlin barusan. "Kenapa dia membayar begitu banyak?"

"Mom juga tidak tahu, tapi itu adalah keberuntungan untuk kita Sayang. Oh ya, Mom sudah transfer bagian kamu ya. Dan kalau nanti dia sudah bosan sama kamu, tentu tangan Mom akan selalu terbuka lebar untuk menerima kamu kembali sebagai anak kesayangan Mom"

Mendengar itu, Shafa langsung tersenyum masam. "Doakan saja semoga Shafa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik"

Setelah mengucapkan itu, Shafa membereskan barang-barangnya dan pergi dari rumah yang sudah dia tempati selama 5 tahun ini.

Shafa memandang keluar jendela mobil taksi yang dia tumpangi. Mendengar ucapan Mom Erlin tentang bayaran yang diberikan oleh Bara, menjadi pikirannya sekarang. Bagaimana nanti dia harus mengganti uang itu jika sudah punya pekerjaan yang lebih baik pun, rasanya akan butuh waktu begitu lama untuk dirinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu.

"Kenapa juga dia membayar begitu banyak. Sebenarnya apa yang dia harapkan dan inginkan dari perempuan sepertiku, selain hanya sebuah kepuasan sesaat"

Saat Shafa kembali tiba di Apartemennya, dia hanya terus memikirkan tentang uang yang diberikan oleh Bara hanya untuk membayarnya. Nominal yang sangat besar dan bahkan Shafa saja tidak pernah menyangka akan ada orang yang berani membayarnya sampai sebesar itu.

Ketika dia sedang sibuk dengan lamunannya, suara pintu terbuka membuatnya tersadar dari lamunan. Shafa melihat Bara yang baru saja pulang setelah tadi pagi pergi terburu-buru setelah mendapatkan telepon. Wajahnya terlihat kusut, rambutnya acak-acakan, terlihat sangat penuh tekanan.

Dia kenapa? Apa ada masalah dengan istrinya ya?

Bara menghampiri Shafa yang sedang duduk berselonjor di sofa bed di ruang tengah ini. Dia datang menghambur ke pelukan Shafa dengan tiba-tiba, membuat Shafa cukup terkejut.

Apa yang terjadi padanya? Shafa mengelus punggung lebarnya dengan lembut, mencoba menenangkan meski tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Bara sampai seperti ini.

"Em, Tuan kenapa?"

"Aku sedang lelah, tolong biarkan aku seperti ini sebentar"

Shafa hanya mengangguk pelan, membiarkan Bara tetap memeluknya dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Shafa. Untuk beberapa saat hanya ada keheningan dalam posisi mereka yang tetap seperti ini. Tangan Shafa terus mengelus lembut punggung Bara.

"Tuan mau makan apa? Aku akan masak untuk makan malam"

Karena hanya terus dalam posisi seperti ini, Shafa mulai membuka suara untuk memecah keheningan. Bara akhirnya melepaskan pelukan, wajahnya terlihat lebih baik dari tadi yang jelas terlihat penuh tekanan dan frustasi.

"Kau bisa masak?"

"Ya untuk makanan sederhana, aku bisa. Tapi jika makanan luar dan lainnya, aku tidak bisa"

"Yasudah, masak sesuai kemampuanmu saja"

Shafa mengangguk sambil tersenyum, sebelum dia beranjak dari duduknya. Dia masih memperhatikan Bara. "Tuan baik-baik saja? Apa ada masalah? Tuan bisa cerita sama aku"

Bara menatap Shafa dengan begitu lekat, tatapan yang tidak bisa Shafa artikan apa maksudnya. "Hanya sedikit masalah saja, sekarang kau bisa pergi memasak. Oh dan satu lagi, tidak udah memanggilku Tuan. Kau bukan bawahanku"

"Tapi aku 'kan hanya-"

"Aku tidak suka di bantah!"

Ketika Bara mengeluarkan suara penuh penekanan dan tatapan yang dingin, seketika membuat Shafa langsung terdiam tanpa berani mengatakan apapun lagi. Setelah Bara pergi ke kamar, Shafa segera pergi ke dapur minimalis di Apartemen ini untuk memasak. Hanya ada beberapa bahan masakan yang tersisa di dalam lemari es. Sepertinya memang Apartemen ini jarang sekali ditempati, karena lebih banyak makanan instan dan minuman daripada bahan masakan.

Saat Bara kembali, dia sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Menghampiri Shafa yang sedang menata makanan seadanya di atas meja makan.

"Kau benar bisa masak ternyata, aku kira hanya bisa melayani para pria tua itu saja"

Shafa hanya tersenyum, tanpa merasa tersinggung sedikit pun. Karena jelas itu adalah hal yang pernah dia lakukan, hal yang menjadi pekerjaannya selama 5 tahun terakhir.

"Dulu, Ibu sering mengajarkan aku memasak. Jadi, aku bisa memasak"

Bara mengangguk mengerti, dia duduk dan menerima piring berisi makanan yang diambilkan oleh Shafa. "Dan sekarang dimana Ibumu? Dia tidak tinggal denganmu?"

"Ibu ada, tapi tidak tinggal bersamaku"

"Oh begitu"

Shafa tersenyum saja, dia menarik kursi dan duduk di depan Bara. Mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Bagaimana dengan makanannya? Apa sesuai dengan selera kamu?"

"Ya, ini enak"

Shafa tersenyum, selalu merasa bahagia ketika ada seseorang yang memuji masakannya enak. Ini mengingatkan dirinya pada Ibu yang selalu memuji masakan apapun yang dibuat oleh Shafa selalu enak. Dan itu adalah sebuah kenang-kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.

Semoga masa-masa aku dengan Ibu, bisa terulang kembali saat Ibu sudah sehat nanti.

"Oh ya, ada yang perlu aku ceritakan padamu tentang peraturan di antara kita berdua"

Shafa hanya mengangguk, dia juga perlu berbicara beberapa hal dengan Bara atas kesepakatan ini. Akhirnya setelah selesai makan, mereka duduk di ruang tengah.

"Aku tidak suka bermain dengan menggunakan profilaksis, jadi kau yang harus menggunakan kontrasepsi selama kita bersama. Karena aku tidak ingin sampai mempunyai anak darimu yang hanya wanita bayaran saja"

Bolehkah untuk kali ini Shafa sedikit saja sakit hati atas ucapan Bara? Meski ucapannya adalah benar dan wajar jika ditujukan pada Shafa yang memang sudah tidak punya harga diri untuk di pertahankan di depan siapapun. Tapi, ucapannya barusan cukup menusuk tepat di relung hatinya.

"Aku sudah jadwalkan untuk pemasangan kontrasepsi dengan Dokter besok, akan aku antar"

"Baiklah, dan em ... aku juga ingin berbicara satu hal"

"Katakan"

"Jika suatu saat kamu bosan denganku, boleh menyuruhku pergi. Karena aku akan langsung pergi"

"Ya, aku akan mengatakannya jika aku sudah bosan denganmu. Dan untuk semua kebutuhanmu selama kau tinggal denganku, maka akan aku tanggung"

Bara menyodorkan sebuah kartu dan kunci mobil di atas meja depan Shafa. "Aku tahu mobil yang kau punya kemarin, adalah milik Erlina. Jadi, sekarang kau gunakan mobil ini untuk pergi kuliah, dan kartu ini untuk segala kebutuhanmu"

"Em, sebenarnya aku ingin mencari kerja sampingan saja sebelum lulus kuliah. Karena tahun ini aku akan lulus"

"Kerja sampingan apalagi? Kau hanya akan tetap menjadi wanita malam? Itu kerja sampinganmu 'kan?"

Shafa langsung menggeleng pelan dengan kepala menunduk. Sudah terlanjur jatuh harga dirinya, hingga dia tidak mungkin bisa menghalangi pandangan rendah orang lain terhadap dirinya.

"Sudahlah, kau hanya perlu menurut padaku, melayaniku dengan baik, dan gunakan fasilitas yang aku berikan. Anggap saja kau adalah simpananku, banyak simpanan yang bahagia karena semua kebutuhannya tercukupi"

Lagi, Shafa tidak bisa membantah. Dia hanya mengangguk saja.

Cerita baru dalam hidupnya baru saja dimulai.

Bersambung

Baca karya temenku nih.

.

Terpopuler

Comments

dika edsel

dika edsel

krn bara pny banyak duit sha jd nikmati aja peranmu...!! sebaik dan setulus apapun dirimu pd bara nantinya.. tetap aja kamu akan dicap buruk,kamu yg akan tersudutkan disini krn statusmu sbg pihak ketiga...,bungkusmu mgkin buruk tp aku yakin hatimu cantik sha..

2025-09-02

0

ken darsihk

ken darsihk

Semangat Shafa kumpul kan uang yng banyak untuk hidup mu nanti nya , juga untuk kesembuhan ibu mu
Lakukan profesional seperti yng dikatakan nya kamu hanya wanita bayaran , jadi janganlah main hati 💪🏼💪🏼

2025-09-02

0

A.M.G

A.M.G

bara semoga kau kemakan permainan mu sendiri 🤭

2025-09-03

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama Dan Ciumana Pertama
2 Cerita Di Balik Luka
3 Pesan Lagi?
4 Wanita Bayaran
5 1M?
6 Pasang Kontrasepsi
7 Siapa Aura?
8 Diri Yang Sudah Hina
9 Jaga Hati
10 Apa Tujuannya Membayarku?
11 Kenapa Aku?
12 Siapa Sebenarnya Aura?
13 Sadar Akan Posisimu
14 Pingsan
15 Bentuk Hukuman Dari Tuhan
16 Apa Ayahku Benar Ada?
17 Tidak Akan Bersamaku Selamanya
18 Mungkinkah Jatuh Cinta?
19 Harus Tetap Kuat
20 Mata Besar Seperti Boneka
21 Perasaan Yang Tidak Bisa Dibohongi
22 Hari Kelulusan
23 Foto Bersama
24 Tidak Ada Alasan
25 Harus Hamil?
26 Jatuh Cinta Pada Orang Yang Salah
27 Lepas Kontrasepsi
28 Cinta Yang Tidak Akan Terbalas
29 Kenapa Aku Memilihnya
30 Dilatih Untuk Tetap Kuat
31 Mencintai Terlalu Salah
32 Aura Sadar
33 Keputusanku Dan Pilihanku
34 Teman?
35 Sebuah Perbedaan
36 Perbedaan Yang Menjadi Penghalang
37 Akhir Dari Semuanya
38 Harus Memilih Satu Diantara Dua
39 Bukan Akhir, Tapi Awal Kehidupan Baru
40 Suamiku Sudah Meninggal
41 Aku Kalah, Ternyata Aku Merindukanmu
42 Tidak Menyentuh Aura
43 Kotak Di Bawah Tempat Tidur
44 Kemarahan Bara
45 Belum Selesai Hukuman Dari Tuhan
46 Bertemu Mom Erlin
47 Tentang Rani, Masayu, Dan Reno
48 Sidang Perceraian
49 Sebuah Kenyataan Part 1
50 Sebuah Kenyataan Part 2
51 Terbiasa Sendiri
52 Bukan Kamu Yang Salah
53 Kau Tetap Aura-ku!
54 Jangan Ganggu Kami Lagi!
55 Butuh Penggantiku
56 Tidak Selamanya Bisa Menemanimu
57 Ibu Mengetahui Semuanya
58 Jangan Berikan Aku Kabar Kematianmu
59 Jika Dunia Jahat, Aku Yang Melindungimu
60 Menemukan Rumahku
61 Tidak Merestui
62 Terima Kasih Karena Masih Menerimaku
63 Kebohongan Yang Menghancurkan
64 Persidangan
65 Menulis Cerita Kita Sendiri
66 Gaun Pengantin Yang Kebesaran
67 Alvino Dan Aku Membutuhkanmu
68 Pernikahan
69 Epilog
70 Napas Dulu Bentar
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Pertemuan Pertama Dan Ciumana Pertama
2
Cerita Di Balik Luka
3
Pesan Lagi?
4
Wanita Bayaran
5
1M?
6
Pasang Kontrasepsi
7
Siapa Aura?
8
Diri Yang Sudah Hina
9
Jaga Hati
10
Apa Tujuannya Membayarku?
11
Kenapa Aku?
12
Siapa Sebenarnya Aura?
13
Sadar Akan Posisimu
14
Pingsan
15
Bentuk Hukuman Dari Tuhan
16
Apa Ayahku Benar Ada?
17
Tidak Akan Bersamaku Selamanya
18
Mungkinkah Jatuh Cinta?
19
Harus Tetap Kuat
20
Mata Besar Seperti Boneka
21
Perasaan Yang Tidak Bisa Dibohongi
22
Hari Kelulusan
23
Foto Bersama
24
Tidak Ada Alasan
25
Harus Hamil?
26
Jatuh Cinta Pada Orang Yang Salah
27
Lepas Kontrasepsi
28
Cinta Yang Tidak Akan Terbalas
29
Kenapa Aku Memilihnya
30
Dilatih Untuk Tetap Kuat
31
Mencintai Terlalu Salah
32
Aura Sadar
33
Keputusanku Dan Pilihanku
34
Teman?
35
Sebuah Perbedaan
36
Perbedaan Yang Menjadi Penghalang
37
Akhir Dari Semuanya
38
Harus Memilih Satu Diantara Dua
39
Bukan Akhir, Tapi Awal Kehidupan Baru
40
Suamiku Sudah Meninggal
41
Aku Kalah, Ternyata Aku Merindukanmu
42
Tidak Menyentuh Aura
43
Kotak Di Bawah Tempat Tidur
44
Kemarahan Bara
45
Belum Selesai Hukuman Dari Tuhan
46
Bertemu Mom Erlin
47
Tentang Rani, Masayu, Dan Reno
48
Sidang Perceraian
49
Sebuah Kenyataan Part 1
50
Sebuah Kenyataan Part 2
51
Terbiasa Sendiri
52
Bukan Kamu Yang Salah
53
Kau Tetap Aura-ku!
54
Jangan Ganggu Kami Lagi!
55
Butuh Penggantiku
56
Tidak Selamanya Bisa Menemanimu
57
Ibu Mengetahui Semuanya
58
Jangan Berikan Aku Kabar Kematianmu
59
Jika Dunia Jahat, Aku Yang Melindungimu
60
Menemukan Rumahku
61
Tidak Merestui
62
Terima Kasih Karena Masih Menerimaku
63
Kebohongan Yang Menghancurkan
64
Persidangan
65
Menulis Cerita Kita Sendiri
66
Gaun Pengantin Yang Kebesaran
67
Alvino Dan Aku Membutuhkanmu
68
Pernikahan
69
Epilog
70
Napas Dulu Bentar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!