Pesan Lagi?

Terbangun dalam pelukan seseorang, cukup mengejutkan bagi Shafa. Karena biasanya dia akan langsung pergi setelah memuaskan pelanggannya, mau jam berapa pun itu, dia akan langsung pergi. Tapi, malam ini dia malah tertidur sampai pagi. Lebih terkejut lagi karena pria yang bermalam dengannya semalam, masih berada disini dan bahkan memeluknya.

Shafa mencari keberadaan ponselnya, melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 7 pagi. "Duh, aku ada kuliah pagi. Harus cepat cepat pulang"

Shafa melirik pada pria yang masih terlelap tanpa busana di sampingnya. Sejenak tatapan matanya tidak teralihkan, wajah tampan, hidung mancung, dengan rahang yang tegas dan bentuk tubuh yang begitu terawat dan indah dilihat.

Sial, kenapa kamu ini Shafa? Jangan terpesona dengan pria seperti dia, mau bagaimana pun dia adalah pria yang sama dengan pria lain. Membelimu hanya untuk kepuasan naf*sunya saja.

"Argh...." Shafa memegang perutnya yang lagi-lagi terasa sakit. Padahal dia tidak sedang datang bulan. Tapi perutnya selalu sakit akhir-akhir ini. "Sepertinya aku harus periksa ke Dokter"

Shafa turun dari tempat tidur, mengambil pakaiannya yang bercecer dan memakainya kembali. Dia mengambil tas dan ponselnya.

"Kau mau kemana?"

Suara bariton itu menghentikan langkahnya menuju pintu kamar. Shafa berbalik dan melihat Bara sudah bangun, dia sedang memakai jubah mandi.

"Aku harus pulang dulu, Tuan. Ada kuliah pagi"

Mata Bara sedikit menyipit kaget, satu alisnya terangkat. "Kau kuliah?"

Shafa tersenyum miris, pertanyaan Bara ini seolah dia tidak percaya jika orang seperti Shafa masih mementingkan pendidikan. Justru dengan dia kuliah dan bisa sampai lulus, adalah harapannya untuk bisa keluar dari dunia hitam ini dan menjalani kehidupan normal seperti kebanyakan orang.

"Ya, aku harus kuliah" ucap Shafa seraya berbalik.

"Tapi aku belum membayarmu"

Shafa memejamkan mata, rasanya masih begitu sakit ketika mendengar kalimat seperti itu dari setiap pelanggannya. Seolah kalimat itu telah menyadarkan jika dia hanya seorang perempuan bayaran yang tidak ada lagi harga diri untuk di pertahankan.

"Untuk membayar, langsung transfer saja ke rekening Mommy aku. Soalnya dia yang mengurus semua pembayaran itu"

Shafa terkejut saat tiba-tiba tangannya di tarik hingga dia terjatuh dalam pelukan Bara. Tangan Bara melingkar di lehernya, tatapannya begitu mengerikan.

"Aku belum puas denganmu. Bisa aku pesan lagi kau malam ini?"

Hati Shafa menjerit, ingin sekali dia menolak. Tapi, sekali lagi ini adalah pekerjaannya. Shafa harus sadar diri akan itu.

"Silahkan hubungi Mommy aku saja"

Bara tersenyum sinis merendahkan, tangannya mencengkram dagu Shafa dengan cukup kuat. Membuat Shafa meringis pelan. Bekas ciumannya semalam masih terlihat jelas di leher jenjang gadis itu.

"Kau memang serendah ini ternyata, dan mulai sekarang kau akan semakin tersiksa karena sudah masuk dalam perangkapku, Laurent"

Shafa memejamkan matanya, rasanya sakit sekali mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Bara.

Sepertinya dia sudah lupa nama asliku, kita hanya bertemu sekali. Mana mungkin dia mengingatnya.

"Aku pergi dulu, Tuan"

Shafa segera keluar dari kamar itu, dia tidak mau terus berada disana dan hanya semakin tersiksa dengan segala ucapan Bara yang benar-benar melukai hatinya. Meski sebenarnya apa yang di ucapkan oleh Bara adalah sebuah kenyataan.

*

Shafa kembali ke rumahnya setelah menjalani kuliah pagi. Rumah yang diberikan oleh Mom Erlin untuknya selama dia masih menjadi anak buahnya. Shafa duduk di sofa, melihat tanggal di ponselnya.

"Sudah waktunya pembayaran ke Rumah Sakit Ibu. Sebaiknya aku pergi dulu"

Shafa segera mandi dan bersiap, dia pergi menggunakan mobilnya menuju Rumah Sakit Jiwa tempat Ibunya di rawat. Setiap sampai disana, ada rasa hampa, hancur, dan luka yang tidak kunjung sembuh.

Shafa baru bisa mengerti kenapa dulu Ibunya selalu mengingatkan padanya agar tidak masuk pada dunia malam ini. Karena ternyata Shafa adalah anak yang tidak jelas siapa Ayahnya, karena Ibu juga mantan seorang wanita penghibur.

"Permisi Sus, saya mau membayar biaya Ibu Rani"

"Oh baik, tunggu sebentar saya cek dulu"

"Bagaimana keadaan Ibu saya sekarang? Apa bisa bertemu?"

"Tadi pagi Ibu Rani kembali histeris, dan akhirnya diberikan suntik obat penenang. Untuk saat ini sebaiknya jangan dulu di temui. Mbak Shafa bisa melihat dari luar ruangan saja dulu"

Shafa hanya menghela napas lelah, berharap suatu hari Ibunya akan kembali normal seperti dulu. "Baik Sus, saya hanya ingin melihat keadaannya saja"

Setelah selesai melakukan pembayaran, Shafa pergi ke ruangan Ibunya. Hanya bisa menatap dari luar pintu, melihat dari kaca yang terpasang di pintu. Tatapan mata Ibu masih begitu gelisah, raut ketakutan selalu terlihat. Rambutnya acak-acakan, bajunya juga. Wajah yang dulu cantik dan terawat, kini sudah tidak terawat lagi.

"Bu, cepat sembuh ya biar aku ada tempat lagi untuk bersandar. Ada yang mau memeluk aku lagi saat sedang sedih. Aku lelah, tapi aku tidak akan menyerah untuk Ibu. Semua pengobatan Ibu harus tetap berjalan, meski aku harus melanggar janjiku pada Ibu. Karena pada akhirnya aku harus menjalani dunia malam ini"

Shafa menghembuskan napas kasar, dia menempelkan tangannya di kaca sebelum berlalu pergi. Bisa melihat Ibunya saja, sudah cukup baginya. Meski belum bisa bertemu dan mengajaknya bicara.

Saat sampai di parkiran mobil, Shafa merasakan perutnya kembali sakit. Dia memegang perutnya dengan sedikit membungkukan tubuh.

"Arghhh... Aku belum sempat ke rumah sakit. Sebaiknya beli obat pereda nyeri dulu"

Shafa pergi ke apotek sebelum pulang ke rumah, membeli obat pereda nyeri untuk rasa sakitnya. Hari sudah semakin gelap, Shafa semakin merasa lelah untuk menghadapi malam. Karena setiap malam adalah waktu dimana dia menjadi sosok Laurent yang menjual tubuhnya.

Duduk di depan cermin meja rias, Shafa menatap pantulan dirinya sendiri dengan senyum miris. Pakaian terbuka ini, adalah pakaian yang ingin dia buang jauh. Riasan ini, ingin dia hapus sampai bersih. Shafa benci menjadi Laurent, dia hanya ingin menjadi Shafa selamanya. Tapi sayang, dunia sudah membawanya terjun pada dunia ini.

Selama perjalanan, Shafa selalu menutupi pakaian terbukanya ini dengan jaket. Baru saat dia sampai di tempat hiburan malam ini, dia melepas jaketnya dan memulai hari sebagai Laurent.

"Ya ampun kenapa datang terlambat, Sayang. Sudah ada yang menunggumu dari tadi" ucap Mom Erlin.

Shafa tersenyum masam, lalu mengikuti Mom Erlin menuju meja tamu. Cukup tertegun karena ternyata Bara benar-benar berada disana. Ucapannya tadi pagi bukanlah bercanda, ketika dia ingin memesan Shafa lagi.

"Kau punya pelet apa sih Laurent? Sampai orang seperti Tuan Bara terus datang dan mencarimu" ucap salah seorang teman Shafa.

"Hey, Laurent ini bukan hanya di cari Tuan Bara. Tapi sudah di beli dengan full"

"Maksudnya, Mom?"

"Sudah, kamu layani dulu Tuan Bara. Nanti Mom akan jelaskan"

Shafa menatap Mom Erlin dengan bingung, tapi kerlingan mata Mom Erlin jelas menunjukan jika dia begitu senang malam ini. Dengan langkah ragu, Shafa mendekat pada Bara.

Ya Tuhan, kapan ini berakhir?

Bersambung

Mampir di karya temenku ya.

.

Terpopuler

Comments

ken darsihk

ken darsihk

Hanya bisa bilang sabar Shafa ujian hidup mu ngeri 2 syedap , kamu pasti bisa melalui nya
Jangan kau abaikan rasa sakit perut mu itu Shafa

2025-09-02

0

dika edsel

dika edsel

kau tanya siapa sha...,klo kau tanya aku..jelas aku tdk tau??? aku kok khawatir dgn sakit perut si shafa,dia sakit apa?? sakit serius kah ..??

2025-09-01

0

Kar Genjreng

Kar Genjreng

loe ko sudah ikutan coment ya kpn punya

2025-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama Dan Ciumana Pertama
2 Cerita Di Balik Luka
3 Pesan Lagi?
4 Wanita Bayaran
5 1M?
6 Pasang Kontrasepsi
7 Siapa Aura?
8 Diri Yang Sudah Hina
9 Jaga Hati
10 Apa Tujuannya Membayarku?
11 Kenapa Aku?
12 Siapa Sebenarnya Aura?
13 Sadar Akan Posisimu
14 Pingsan
15 Bentuk Hukuman Dari Tuhan
16 Apa Ayahku Benar Ada?
17 Tidak Akan Bersamaku Selamanya
18 Mungkinkah Jatuh Cinta?
19 Harus Tetap Kuat
20 Mata Besar Seperti Boneka
21 Perasaan Yang Tidak Bisa Dibohongi
22 Hari Kelulusan
23 Foto Bersama
24 Tidak Ada Alasan
25 Harus Hamil?
26 Jatuh Cinta Pada Orang Yang Salah
27 Lepas Kontrasepsi
28 Cinta Yang Tidak Akan Terbalas
29 Kenapa Aku Memilihnya
30 Dilatih Untuk Tetap Kuat
31 Mencintai Terlalu Salah
32 Aura Sadar
33 Keputusanku Dan Pilihanku
34 Teman?
35 Sebuah Perbedaan
36 Perbedaan Yang Menjadi Penghalang
37 Akhir Dari Semuanya
38 Harus Memilih Satu Diantara Dua
39 Bukan Akhir, Tapi Awal Kehidupan Baru
40 Suamiku Sudah Meninggal
41 Aku Kalah, Ternyata Aku Merindukanmu
42 Tidak Menyentuh Aura
43 Kotak Di Bawah Tempat Tidur
44 Kemarahan Bara
45 Belum Selesai Hukuman Dari Tuhan
46 Bertemu Mom Erlin
47 Tentang Rani, Masayu, Dan Reno
48 Sidang Perceraian
49 Sebuah Kenyataan Part 1
50 Sebuah Kenyataan Part 2
51 Terbiasa Sendiri
52 Bukan Kamu Yang Salah
53 Kau Tetap Aura-ku!
54 Jangan Ganggu Kami Lagi!
55 Butuh Penggantiku
56 Tidak Selamanya Bisa Menemanimu
57 Ibu Mengetahui Semuanya
58 Jangan Berikan Aku Kabar Kematianmu
59 Jika Dunia Jahat, Aku Yang Melindungimu
60 Menemukan Rumahku
61 Tidak Merestui
62 Terima Kasih Karena Masih Menerimaku
63 Kebohongan Yang Menghancurkan
64 Persidangan
65 Menulis Cerita Kita Sendiri
66 Gaun Pengantin Yang Kebesaran
67 Alvino Dan Aku Membutuhkanmu
68 Pernikahan
69 Epilog
70 Napas Dulu Bentar
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Pertemuan Pertama Dan Ciumana Pertama
2
Cerita Di Balik Luka
3
Pesan Lagi?
4
Wanita Bayaran
5
1M?
6
Pasang Kontrasepsi
7
Siapa Aura?
8
Diri Yang Sudah Hina
9
Jaga Hati
10
Apa Tujuannya Membayarku?
11
Kenapa Aku?
12
Siapa Sebenarnya Aura?
13
Sadar Akan Posisimu
14
Pingsan
15
Bentuk Hukuman Dari Tuhan
16
Apa Ayahku Benar Ada?
17
Tidak Akan Bersamaku Selamanya
18
Mungkinkah Jatuh Cinta?
19
Harus Tetap Kuat
20
Mata Besar Seperti Boneka
21
Perasaan Yang Tidak Bisa Dibohongi
22
Hari Kelulusan
23
Foto Bersama
24
Tidak Ada Alasan
25
Harus Hamil?
26
Jatuh Cinta Pada Orang Yang Salah
27
Lepas Kontrasepsi
28
Cinta Yang Tidak Akan Terbalas
29
Kenapa Aku Memilihnya
30
Dilatih Untuk Tetap Kuat
31
Mencintai Terlalu Salah
32
Aura Sadar
33
Keputusanku Dan Pilihanku
34
Teman?
35
Sebuah Perbedaan
36
Perbedaan Yang Menjadi Penghalang
37
Akhir Dari Semuanya
38
Harus Memilih Satu Diantara Dua
39
Bukan Akhir, Tapi Awal Kehidupan Baru
40
Suamiku Sudah Meninggal
41
Aku Kalah, Ternyata Aku Merindukanmu
42
Tidak Menyentuh Aura
43
Kotak Di Bawah Tempat Tidur
44
Kemarahan Bara
45
Belum Selesai Hukuman Dari Tuhan
46
Bertemu Mom Erlin
47
Tentang Rani, Masayu, Dan Reno
48
Sidang Perceraian
49
Sebuah Kenyataan Part 1
50
Sebuah Kenyataan Part 2
51
Terbiasa Sendiri
52
Bukan Kamu Yang Salah
53
Kau Tetap Aura-ku!
54
Jangan Ganggu Kami Lagi!
55
Butuh Penggantiku
56
Tidak Selamanya Bisa Menemanimu
57
Ibu Mengetahui Semuanya
58
Jangan Berikan Aku Kabar Kematianmu
59
Jika Dunia Jahat, Aku Yang Melindungimu
60
Menemukan Rumahku
61
Tidak Merestui
62
Terima Kasih Karena Masih Menerimaku
63
Kebohongan Yang Menghancurkan
64
Persidangan
65
Menulis Cerita Kita Sendiri
66
Gaun Pengantin Yang Kebesaran
67
Alvino Dan Aku Membutuhkanmu
68
Pernikahan
69
Epilog
70
Napas Dulu Bentar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!