"Lo lagi mikirin apa tan?" Tanya tika dari sebelah tania yang sedari tadi hanya termenung memandang awan yang bergerak pelan di langit.
"Gue ragu buat pergi ke pendakian tika" jelas tania yang membuat tika langsung mebelalakkan matanya.
"Apa gue nggak usah ikut ya?" Tanya tania mengalihkan pandangannya.
"Yah ampun tan, ini udah mau berangkat tinggal tunggu bus aja" jawab tika.
"emangnya kenapa sih? nggak mau ikut " tambah tika menatap tania berusaha mencari jawaban.
"Yah nggak papa sih cuman malas aja" jawab tania berusaha menanggapi dengan santai menyembunyikan perasaannya yang mulai tak karuan.
"andai lo tahu tika, disana banyak banget kenangan gue dengan orang yang sangat gue sayangi. dan gue nggak ingin kembali mengenang cerita itu" batin tania memandang lekat wajah teman di sampingnya berusaha menyampaikan keluhnya meski tak terucap
"Kalau nggak ada alasan yang kuat, ikut aja sih" ucap tika kembali memandangi ponselnya.
"belum apa - apa udah nyerah loe, makanya jangan sok kecakepan. apalagi buat cari perhatian" ujar rena dengan nada menyindir melewati tania dan tika.
membuat tika tak suka dengan tingkah rena yang selalu mencari masalah dengan tania. "Eh maksud lo apaan yah?" Tanya tika berdiri menghalangi jalan rena.
"Gue nggak bermaksud apa - apa, cuman nyaranin aja sih gue" ketus rena dengan melipat tangannya di dada.
"nyaranin ke teman loe ini biar nggak usah cari muka" tambah rena menunjuk tania dengan tatapannya.
"cari muka? gue udah punya satu sejak lahir buat apalagi cari muka hadeh rena rena" batin tania menatap tajam rena.
"loe kok segitunya, memang tania punya salah apa sama lo" ucap tika mulai menaikkan nada bicaranya.
"Emang yang gue omongin salah ya" ucap rena tersenyum sinis dengan nada ketusnya.
"Apa! mau nantangin lo? biasa aja tuh muka" ucap rena memandang tika yang menatapnya dengan sinis.
"Iya emang kenapa, lo pikir dengan kekuasaan keluarga loe di sekolah ini. gue akan takut sama lo" ucap tika mulai menunjuk wajah rena.
Wah asik nih kalau ada cakar mencakar, dijambak menjambak apalagi di kawasan sekolah auto masuk ruang BK.
"Udah! udah jangan diladenin tika, Dan lo rena kita lihat nanti dan siapa sebenarnya yang lemah di sini" ucap tania membuka suara untuk melerai mereka.
"Cihh bilang aja lo takut sama gue" ucap rena setelah tania menarik tika menjauh dari rena.
"Terserah apa kata lo, tapi gue nggak sama seperti loe, dan gue bakalan bukti in kalau yang diam belum tentu lemah" ucap tania penuh dengan penekanan.
"Dengar tuh" tambah tika sambil menjulurkan lidahnya.
"Lo kok tarik gue sih" ucap tika kesal mendudukkan diri di kantin sekolah.
"Udah lah kita buktiin aja ke rena kalau kita bisa" ucap tania menyerahkan sebotol air mineral dingin.
"Tapi tan, rena itu perlu diberi pelajaran biar dia nggak semenah - menah lagi. terutama sama lo" kata tika dengan emosi yang menggebu - gebu.
"Iya gue tahu, tapi nggak harus pake ototkan ngelawan rena" kata tania tersenyum tipis.
"Kan bisa pake cara yang lebih halus. tanpa melibatkan kekerasan" tambah tania menepuk pelan bahu tika.
"Iya sih, tapi setidaknya lo biarin gue cakar mukanya sekali aja. Atau jambak rambutnya sebentar aja" ucap tika dengan angannya. "Tapi lo jadi kan ikut?" Tanya tika memastikan.
"Jadi dong, kalau ngga jadi gimana cara bukti in ke rena coba" ucap tania tersenyum.
"Nah gitu kan enak, ini baru teman gue" ucap tika menepuk bahu tania.
"Ternyata mulut pedas rena ada gunanya juga hehehe" batin tika terkekeh.
Setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam akhirnya mereka sampai di tempat pendakian. karena lamanya perjalanan dari yang diperkirakan akhirnya panitia memberi peserta waktu istirahat. untuk memulihkan setelah perjalanan menggunakan bus sekolah. acara pembekalan dan pengenalan pun diundur pada malam hari.
Tenda para siswa cewek dipisah dengan tenda para siswa cowok. untuk menghindari hal - hal yang tak di inginkan. sedangkan mengenai konsumsi mereka sudah disiapkan oleh panitia lengkap dengan cemilannya. Jadi para peserta pendakian nggak terlalu ribet sama barang bawaan yang terlalu banyak.
Saat acara pengenalan berlangsung tania dan tika memutuskan mengambil tempat di barisan agak depan.
namun seiring berjalannya waktu, dan acara yang mulai terasa membosankan bagi tania.
"Pindah ke belakang yuk tika" ajak tania sedikit berbisik.
"Disini aja, biar lebih jelas kelihatan" tolak tika sambil tersenyum - senyum.
"dih ngapain senyum - senyum begitu?" tanya tania menanggapi senyum tika.
"habisnya panitia cowoknya pada cakep - cakep sih" ucap tika sedikit terkekeh.
"Ganteng dari mana coba, gue kira loe udah ada irfan" ucap tania berusaha mengedarkan tatapannya mengamati setiap panitia di depan mereka.
"Irfan kan masih belum tersegel, jadi masih milik bersama hahaha" ucap tika tertawa. "Siapa tahu dia ntar jodoh sama orang lain. Yah gue buang - buang waktu dong" kata tika yang ada benarnya juga toh irfan juga selalu bersikap baik, manis sama yang lain. "Terserah lo deh, gue ke belakang ya" ucap tania yang di jawab anggukan tika.
Saat tania berpindah ke barisan belakang, berpindah dengan mengendap - endap agar tidak terlalu kelihatan, karena alat penerang cuman api unggun yang di kelilingi anak- anak. maka pergerakan tania tidak terlalu mengundang perhatian.
pojokan memang merupakan tempat yang mempunyai efek tersendiri, yang membuat rasa kantuk semakin membara, hingga petikan gitar membuyarkan kantuk tania, gitar yang mengiringi seseorang bersenandung (Adera-lebih indah). Nggak seperti cewek - cewek lain yang tersenyum terhanyut dengan pesona lintang dan ikutan bernyanyi. Tania malah tertegun dengan mata yang mulai berair. "kenapa sesak banget yah? Dengar lagu ini. Harusnya gue bisa buat biasa aja. Toh itu udah lama" batin tania mengenang perasaan yang entah seberapa dalam sudah dikuburnya.
untuk pertama kalinya setelah pelariannya, tania menunjukkan sisi lemahnya yang ditandai dengan luruhnya butiran hangat dari pelupuk matanya. semua kenangan yang sudah samar - samar kembali terlintas dengan jelas.
berharap tak ada yang memperhatikannya tania segera berlari ke arah belakang dan berhenti tepat di toilet umum, tempat ternyaman mengunci diri. merenung serta mengeluarkan semua yang masih tertahan. sesuai dengan yang tania duga kembalinya dia ke kota ini akan membuka luka itu kembali dengan segala kenangan yang pernah ia lewati bersama orang yang kini hanya menjadi bagian dari cerita masa lalu.
Cinta pertama yang indah, memberi sensasi dan rasa tersendiri. membuat dunia lebih berarti serta mengambil ruang tersendiri dalam diri.
saat kau menggenggamnya terlalu erat, suatu waktu saat Tuhan ingin mengambilnya kembali maka dirimulah yang paling tersakiti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments