"Hahaha" tawa tania memenuhi kamar tidurnya, saat salah satu karakter kartun sedang melakukan hal bodoh. menonton kartun favorit memang waktu - waktu yang punya sensasi tersendiri bagi penonton setia. Drttt..... drttt..... dering ponsel tania yang menandakan panggilan masuk.
Tania yang merasa terganggu langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat layar ponselnya.
"Halo, slamat malam ada yang bisa saya bantu?" ucap tania setelah tersambung.
"Yeh nggak usah seformal itu kali, ini gue tika" ucap penelpon dengan suara yang terdengar jengkel.
"Hmm kenapa?, tumben malam - malam telfon gue" tanya tania memperbaiki posisi duduknya.
"Lo ikut pendakian minggu depan kan?" Tanya tika langsung pada inti pembicaraannya.
"Nggak ah" ucap tania mengambil guling yang tergeletak di sampingnya.
"Kenapa?" tanya tika kembali dengan nada sedikit berat.
"emang apa untungnya gue ikut, lebih baik gue di rumah nonton spongebob tetangganya squitward" pungkas tania
"yah rugi loh?, padahal nih ya! Ini kesempatan bagus loh" ucap tika dengan nada yang menandakan ketertarikannya mengikuti kegiatan tersebut.
" kesempatan buat apa?" Tanya tania tak mengerti dengan maksud tika.
"Yah gue ngerasa kak Lintang tertarik sama lo" ucap tika antusias.
"Perasaan lo aja kali" sangkal tania.
"Gue tuh yakin, buktinya nih tadi kak Lintang merhati-in lo terus tahu" kata tika khas dengan emak - emak yang suka ngibah.
"Tahu ah, gue juga nggak peduli" ucap tania membaringkan tubuhnya di ranjang dengan ukuran king.
"Yaudah deh nggak papa kalau nggak tertarik sama kak lintang, tapi ikut ya?" Kata tika memohon.
"ikut dong, biar aku ada temannya nanti di sana" ucap tika kembali dengan suara yang dibuat imut.
"Yaudah deh ntar gue fikirin lagi" ucap tania pasrah.
"Gitu dong, yaudah good night tania" ucap tika.
"Good night tika" ucap tania sebelum sambungan terputus.
Ting bunyi ponsel tania menandakan pesan masuk
"Hai tania" hanya itu yang ditulis dari nomor yang tidak tania kenal. Setelah diabaikan hampir 5 menit. Pesan dari nomor yang sama kembali masuk ke kotak pesan.
"Di read doang, ini gue irfan tan. Tika yang kasih nomor lo".
Tania : oh lo fan, kenapa?
Irfan : lo mau ikut pendakian nggak?
Tania : nggak ah, lagi malas
Irfan : usaha-in ikut yah, anak sekelas pada ikut semua loh?
Irfan : ikut yah biar makin kompak kita sekelas
Tania : yaudah gue ikut.
Irfan : ok gue daftar ya
Tania melempar ponselnya asal.
"kenapa harus tempat itu lagi, tempat yang mengingatkan tawa bahagia yang menyakitkan itu" batin tania memeluk erat guling hingga air mata pun kembali mengalir. hingga tania tertidur setelah lelah menumpahkan air matanya.
"Kalian tega" ucap tania berulang dari bawah alam mimpinya.
entah kenangan seperti apa yang sedang bermain di dalam mimpinya hingga bulir hangat ikut mengalir dari sudut mata yang terpecam rapat.
Saat terjaga dari tidurnya, tania melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul 3 pagi. Karena sudah tidak bisa tertidur kembali. Tania memutuskan untuk berendam di bath up.
"Loh non, kok berangkatnya pagi bener?" tanya bi saron setelah melihat tania yang sudah rapi menuruni setiap anak tangga. "Maaf ya non, bibi belum buat sarapan" tambah bi saron.
"Nggak papa bi, bikin susu sama roti isi aja bi" ucap tania mendudukkan dirinya di meja makan.
"saya tungguin bi" ucap tania mengambil ponselnya mengabari tika akan kedatangannya ke rumahnya.
"Baik non" ucap bi saron segera menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk anak sang majikan.
"Bi kapan papi sama mami pulang?" Tanya tania setelah bi saron kembali dari dapur membawa nampan yang berisi segelas susu dan beberapa roti bakar.
"minggu depan non, itu sih kata bapak" jawab bi saron mencoba mengingat jadwal kepulangan sang tuan rumah.
Setelah sarapan tania langsung berangkat menggunakan motornya yang dia gunakan saat orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis.
Dan di sinilah tania berada sekarang berdiri ragu di depan sebuah rumah sederhana yang rindang dengan pohon serta indah dengan tanaman hias yang terawat dengan baik.
"Cari siapa nak" ucap seorang perempuan paruh baya yang keluar dengan membawa plastik hitam besar yang bisa di diketahui itu sampah rumah tangga.
"Nyari tika bu, saya tania teman sekelasnya" ucap tania memperkenalkan diri, yang sudah duduk di kursi depan rumah.
"Mari masuk nak, udara di luar dingin" ucap rita setelah meletakkan plastik hitam di tempat sampah.
"Iya tante, terima kasih" ucap tania mengekor di belakang rita.
"Tikanya mungkin belum bangun tuh, nak" ucap rita menunjuk pintu kamar yang masih tertutup rapat.
"Nggak papa tante saya tunggu disini saja" ucap tania mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengan tv.
"Bu kopi bapak mana?" tanya jery keluar dari salah satu ruangan yang sudah mengenakan seragam satpam lengkap.
"Eh ada tamu" ucap jery menyadari kehadiran tika.
"Temannya tika ya?" Tanya jeri duduk di samping tania.
"Iya om" Ucap tania tersenyum simpul.
Jery yang memiliki sifat yang mudah berbaur sangat mudah akrab dengan tania.berbicara dengannya pun selalu nyambung tidak terlalu kaku dan terkesan santai.
"Sarapan sudah siap, mari sarapan dulu nak" ucap rita tersenyum ramah pada tania.
"Iya tante makasi, saya tunggu tika saja dulu" ucap tania masih duduk manis di depan tv.
"Eh tania, lo kapan datangnya?" Tanya tika yang baru keluar dari kamarnya dengan pakaian tidur tapi rambutnya ditutupin dengan handuk.
"Dari tadi, Perasaan gue udah kabarin loe" ucap tania.
"Udah sini sarapan, nanti kalian telat lagi" ucap rita memanggil dua anak yang masih hendak berbincang.
"Loe kok tumben datang ke rumah gue?" Tanya tika disela makannya.
"Ya nggak papa, kan dia teman kamu nak" celetuk jery.
"Makan yang banyak tan" ucap rita, sedang tania hanya tersenyum
"Gimana masakan ibu enak nggak?" Tanya rita kembali meminta pendapat tania.
"Nggak cuman enak tante. Enak banget malah" ucap tania tersenyum.
"andai saja papi sama mami bisa kayak mereka. Pasti nggak bakalan susah kalau mau cerita apa saja. Tapi mereka terlalu sibuk dengan urusan bisnis mereka" batin tania melihat keakrapan keluarga tika.
setelah sarapan bersama selesai Tania kembali ke kursi di depan tv. sembari menunggu tika siap - siap ke sekolah. Sedang pak jery sudah berangkat dan rita sudah pergi ke pasar. Tania mengambil ponselnya. Ternyata ada beberapa notifikasi disana.
Irfan : pagi tania
Irfan : lagi apa tan?
Irfan : udah berangkat ya?
Tania :pagi irfan, gue lagi nunggu in tika
Irfan :loh kok bisa, emang lagi dimana
Tania: lagi di rumah tika. Nih udah mau berangkat
Irfan: oh ok, hati - hati di jalan ya
Irfan : sampai ketemu di sekolah
Tania : ok sip
Chatan tania dengan irfan.
Sebenarnya tania rada - rada malas menanggapi irfan. Apalagi semenjak tania tahu perasaan tika pada irfan. Tapi mau bagaimana pun mereka tetaplah teman sekelad. kalau tidak ditanggepin nanti dicap sombong lagi. Lagian irfan memang selalu baik pada tania semenjak kepindahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments