🌹JANGAN LUPA KASIH VOTE, BINTANG LIMA SAMA ULASAN YANG BAIK YA. AJAK YANG LAIN JUGA BUAT BACA CERITA INI.🌹
🌹JANGAN LUPA FOLLOW IGEH EMAK DI : @REDLILY123.🌹
🌹EMAK SAYANG KALIAN, JADI SELAMAT MEMBACA YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK.🌹
Medina kembali mengecek ponselnya setelah mandi, ternyata di sana tidak ada satu pun pesan yang dikirimkan oleh Luke setelah dia menelponnya berulang kali sebelumnya.
“Astaga, dia benar benar marah. Apa yang harus aku lakukan?” gumamnya bingung.
Mencoba kembali, Medina mencoba menghubungi Luke, tapi seperti sebelumnya pria itu tidak membacanya. Membuat Medina mencoba mengirim pesan duluan.
TO : My Love
ME : Luke Sayang, aku minta maaf karena semalam pulang terlambat. Lagipula kau tahu aku selalu bosan jika bermalam denganmu, kita tidak melakukan apa pun.
Pesan itu dibaca, tapi tidak dibalas.
“Dia benar benar marah,” ucap Medina menyerah, dia memilih untuk menemuinya nanti dengan membawa sesuatu.
Ini tidak seperti biasanya. Bertahun tahun mereka berpacaran dan sudah terbiasa dengan yang namanya hilang kominukasi, bahkan pernah sampai satu bulan lamanya. Tapi tahun ini Luke lebih sensitive dari sebelumnya, membuat Medina gelisah.
Saat sedang mengeringkan rambut dengan hair dryer, Medina mendapatkan telpon dari Kakek Nobles yang mana membuatnya semangat.
“Hallo, Kakek, apa kau punya kabar bagus untukku?”
“Hallo, Medina. Bagaimana pagimu?”
“Oh ayolah, Kakek, aku akan membaik jika mendapat informasi darimu,” bujuk Medina dengan suara yang manja.
Kakek Nobles tertawa di sana. “Cucu kesayanganku, Luke setuju untuk pergi ke Selandia Baru akhir pekan ini.”
“Benarkah?” tanya Medina dengan senang.
“Tentu saja, tapi dia sepertinya agak marah padamu. Carilah cara untuk membuat amarahnya reda.”
“Akan aku lakukan, aku menyayangimu, Kakek,” ucap Medina menutup telponnya.
Dia sangat senang bisa membawa Luke ke rumah orangtuanya. Karena meskipun mereka saling mengenal, Luke tidak bertemu dengan orangtuanya sejak mereka berpacaran, mereka hanya saling mengenal saat Luke masih kecil dan kedua orangtuanya masih hidup.
Dengan penuh kegembiraan, Medina turun ke lantai bawah. Dan kesenangannya bertambah saat melihat Rara sedang membersihkan bagian dapur dengan sikat kecil. Gadis itu benar benar menurut dan menjadikan itu hiburan bagi Medina.
Karena penasaran bagaimana gadis itu mengeluarkan emosi, Medina menyenggol vas di sampingnya.
CRAAAAYYY!
Seketika Rara menengok ke arah sana.
“Upsss… bersihkan cepat.”
Tanpa berkata kata, Rara mendekat dengan membawa peralatan pembersih. Membuat Medina menggelengkan kepalanya heran, “Benar benar manusia tanpa nyawa.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
“Anda baik baik saja, Tuan?” tanya Dev saat Luke kembali ke dalam mobil.
“Apa aku terlihat baik baik saja?”
Kalimat yang membuat Dev tertawa. “Beliau masih teguh pendirian ternyata.”
“Aku tidak paham bagaimana dia sangat menyayangi Medina.”
“Beliau mengetahui bagaimana anda sangat menyukai Nona Medina saat anda kecil, Tuan.”
“But, itu saat aku masih kecil, Dev. Tidak berlaku sekarang, aku tidak tertarik dengan wanita manapun.”
“Kenapa anda tidak berani mengatakannya, Tuan?” tanya Dev menatap majikannya lewat spion dalam mobil.
Luke berdesah kesal di sana. “Dia mungkin akan mati saat itu juga.”
Kalimat yang akhirnya membuat kedua orang itu tertawa.
“Kenapa anda tidak menyukai Nona Medina lagi, Tuan?”
“Kau tahu bagaimana sikapnya yang membuatku tidak tertarik. Apalagi saat aku melihat dia memperlakukan asisten di rumahnya.”
“Rara Kanazawa?”
“Siapa lagi jika bukan dia?” gumam Luke. “Dia memperlakukan gadis kecil itu dengan kejam.”
“Sesuai kesepakatannya, keluarga Kanazawa berhutang banyak pada orangtua Nona Medina.”
“Kau tahu seberapa banyak?”
“Satu per dua belas dari kekayaanmu.”
Luke terkejut. “Itu kecil, Dev.”
“Tidak untuk keluarga Kanazawa yang saat itu terlibat banyak masalah.”
“Kasihan sekali, dia hanya gadis kecil.”
“Tapi umurnya sudah menginjak 24 tahun, Tuan.”
“Tapi cukup jauh denganku yang berumur 35 tahun, Dev.”
“Oke, valid sekali.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Rara kembali ke kamarnya dengan sepotong roti saat dia telah selesai membersihkan semuanya. Di dalam kamar yang sempit itu, Rara menatap foto keluarganya yang terpasang di figura di nakas kecil.
Terdapat dua saudari kandungnya, satu adik laki laki juga ayah dan ibunya yang tersenyum bahagia. Dan mereka dengan tega meninggalkan dirinya hidup sendirian di bumi.
Sambil mengunyah roti, tatapan Rara pada foto itu terlihat kosong. Nyawanya hilang bersamaan dengan kejatuhan keluarganya.
“Rara!” teriak Medina dari luar.
Rara sudah seperti robot hidup, dia menyimpan sisa roti dan keluar dari kamarnya.
“Ya, Nona?”
“Siapkan cemilan, temanku akan datang.”
Tanpa berkata apa apa lagi, Rara pergi ke dapur untuk melakukan perintah majikannya. Sementara Medina pergi ke halaman rumah untuk menunggu Isa.
Beberapa menit di sana sampai akhirnya mobil BMW hitam datang.
“Isa, kenapa kau sangat lama?” tanya Medina kesal.
“Maaf, aku baru saja membeli beberapa pakaian yang cantik.”
“Tidak baik membuat orang menunggu.”
“Hei, ayolah. Aku minta maaf, aku membelikan ini untukmu,” ucap Isa memberikan papper bag.
“Woahh, thank you so much. Kau yang terbaik. Ayo masuk.”
Wajah Isa tampak ragu. “Pembantumu itu ada?”
“Kenapa kau selalu menanyakan dia?”
“Dia menakutkan, seperti tidak punya nyawa dan dikendalikan oleh hantu.”
Medina tertawa lepas. “Menyenangkan melihatnya seperti itu,” ucap Medina. “Dulu aku kesal pada anak kecil yang ceria karena digadang gadang akan menjadi model terkenal di dunia. Sekarang senyuman itu hilang, aku suka.”
“Kau benar benar kejam,” ucap Isa dengan candaan sambil masuk ke dalam.
Dan benar saja, dia melihat bagaimana wajah Rara yang pucat seperti manusia hidup.
“Dia menakutkan.”
“Aku mengundangmu bukan untuk membicarakannya, aku ingin memberimu kabar kalau aku akan ke Selandia Baru bersama Luke.”
“Woahhhh, ada kejadian apa sehingga kau mau berpergian dengannya?”
“Aku akan meminta orangtuaku untuk membujuknya agar aku tetap menjadi model sesudah menikah.”
Isa terkekeh. “Kau kini sadar kalau pacarmu itu menjadi incaran banyak wanita?”
Medina mengangguk. “Aku ingin kau memberitahukan ini pada salah satu reporter.”
“Kau tahu mereka tidak pernah berani menerbitkan berita tentang Luke.”
“Semua orang harus tahu, dia harus tetap menjadi milikku sampai kapan pun. Tapi sekarang dia sedang marah.”
“Kenapa?”
“Karena aku tidak punya waktu untuknya,” ucap Medina. “Dan aku masih bingung cara membujuknya, bertahun tahun dia tidak pernah marah padakku dan membiarkanku melakukan apa pun. Tapi semenjak Kakeknya sakit dia jadi sensitive.”
“Pergilah ke sana dan bujuk dia.”
“Aku tidak pernah melakukan itu sebelumnya.”
“Maka sekarang lakukan, dengan bawa makan siang.”
“Apa yang harus kau beli?”
“Buat, jangan beli. Minta pada pembantumu itu.”
Kebetulan saat itu Rara datang membawa cemilan, membuat Medina berkata, “Rara, buatkan makan siang. Aku akan memberikannya pada calon suamiku.”
Rara mengangguk. “Makanan seperti apa, Nona?”
“Makanan Jepang,” ucap Medina yang membuat Rara berhenti bergerak sesaat.
“Baik, Nona.”
Ketika Rara sudah pergi, Isa berkata, “Kau sangat berani meminta itu, aku yakin dia tidak ingin mengingat darimana dirinya berasal.”
Medina meminum teh dengan santai. “Dia harus tahu darimana dirinya dipungut.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
halimah abdul hayes
Medina sangat kejam
2023-10-17
0
Indria Agustini
kakek yg bodoh....
2022-12-17
1
susi
mqn z yg bkin klrganya Rara jatuh adalh krena klrga Medina sendiri..dsni q baca klo dl anak kecil periang & skrng sprti robot 😅😅
2022-12-15
0